Tradisi Indonesia

Mengenal Tradisi Kenduri Jeurat Asal Aceh Ketika Lebaran

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 28 Mei 2021
Mengenal Tradisi Kenduri Jeurat Asal Aceh Ketika Lebaran
Tradisi ini sudah turun temurun. (Foto: steemkr.com)

TRADISI Kenduri Jeurat merupakan salah satu warisan budaya asal Aceh yang diwariskan nenek moyang sejak ratusan tahun lalu. Kegiatan tradisi ini berupa menyembelih kurban, memasak dan makan bersama yang dilaksanakan di kuburan.

Acara ini biasanya dilakukan ketika menjelang ramadan. Tetapi terkadang juga bisa dilaksanakan beberapa hari setelah lebaran (Idul Fitri). Tergantung dari hasil rapat desa yang sebelumnya dilakukan.

Baca juga:

Berbagai Tradisi Takbiran di Indonesia

Kenduri sendiri dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Sedangkan Jeurat (bahasa Aceh) memiliki arti kuburan atau makam.

Dilansir dari NU Online, salah satu tradisi masyarakat Aceh ini biasanya dilaksanakan satu sampai dua kali setahun (Idul Fitri dan Idul Adha). Tradisi tersebut Sekaligus untuk berziarah kubur orang tua dan anggota keluarga dengan menggelar acara kenduri di pemakaman.

Tradisi ini juga akan menyembelih hewan kurban kemudian memasaknya untuk dimakan bersama. (Foto steemit.com)

Tradisi ini masih dilakukan hingga sekarang. Daerah yang masih melakukannya seperti masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sebagian wilayah pantai barat-selatan Aceh, dan juga beberapa kabupaten lainnya di Aceh.

Prosesi kenduri jeurat berlangsung di sejumlah lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kecamatan Kuala Batee dan Babahrot. Kenduri ini digelar dengan perhelatan yang cukup besar. Sehingga, terkadang anggota keluarga yang berdomisili di luar daerah setempat, rela pulang ke kampung asal untuk melaksanakan kenduri jeurat.

Baca juga:

Nyadran, Tradisi yang Masih Hidup Hingga Kini

Menurut beberapa orang tua di Aceh, dari sisi agama, kenduri jeurat bertujuan memuliakan anggota keluarga yang sanak saudaranya sudah berpulang ke rahmatullah. Secara hukum adat, kenduri jeurat dipandang sebagai tradisi turun temurun sejak nenek moyang. Sebelum dilaksanakan tradisi kenduri jeurat, terlebih dahulu dilaksanakan musyawarah gampong, ini bertujuan untuk membentuk panitia khanduri.

Pada hari kenduri dilakukan, biasanya dilakukan bersih-bersih bersama di pemakaman. Setelah selesai, menjelang siang, memasuki acara inti diawali dengan pembacaan surat dari kitab suci Al-Qur'an, lalu dilanjutkan doa bersama dipimpin imam kampung setempat.

Anak yatim dijamu makan di tradisi ini. (Foto: Unsplash/Caroline Attwood)

Kegiatan kenduri jeurat terkadang juga diwarnai adanya santunan terhadap belasan anak yatim di lokasi kuburan. Anak yatim selain dijamu makan, juga bisa membawa makanan untuk dibawa pulang, ditambah santunan berupa uang sumbangan dari anggota keluarga atau ahli waris.

Untuk peralatan memasak, biasanya warga membawa peralatan sendiri atau meminjam alat yang berdekatan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Ditambah, Ada kebiasaan menyembelih anak kambing juga saat khanduri berlangsung. Namun, beberapa warga juga masih tetap membawa makanan dari rumah masing-masing untuk tambahannya.

Melihat dari banyak perspektif, tradisi tersebut bukan hanya bernilai pahala juga banyak sisi positif sosial. Selain dapat berkumpul dengan saudara dan keluarga, bersama-sama mendoakan anggota keluarga yang telah tiada. Sekaligus dapat menjalin dan mempererat tali silaturahmi antar islam. (rzk)

Baca juga:

Tradisi Adat Malam Selikuran Ramadan, Keraton Surakarta Bagikan 1.000 Tumpeng

#Wisata #Kuliner #Lipsus Bulanan #Tradisi #Ramadan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan