SEBUAH kapal tanker komersial seberat 134 ribu ton bernama Prism Courage, belum lama ini berlayar dari Teluk Meksiko ke Korea Selatan. Menariknya, kapal tersebut dikendalikan oleh sistem kecerdasan buatan yang disebut HiNAS 2.0.
Pihak Avikus, Anak perusahaan dari raksasa teknologi Korea Selatan Hyundai, mengumumkan bahwa Prism Courage dirancang untuk mengangkut gas alam. Kapal ini juga menjadi kapal besar pertama yang melakukan perjalanan laut lebih dari 10.000 km secara mandiri.
Baca Juga:
Transplantasi Rambut Robotik dengan Teknologi AI Hadir di Indonesia
Odditycentral mengatakan HiNAS 2.0 mampu menganalisis jenis pembacaan sensor secara real-time serta meresponsnya dengan cepat dan efisien. Kemudian, yang terpenting sistem tersebut sesuai dengan aturan hukum maritim.
Sama seperti pesawat terbang, kapal tersebut memiliki pilot otomatis sangat canggih, yang mampu menjaga mereka tetap pada jalur yang stabil, merespons titik arah dan arus GPS, serta membawa mereka ke pelabuhan.
Tapi, berlayar secara mandiri selama puluhan ribu kilometer melalui Atlantik, jauh lebih rumit dibandingkan menempatkan kapal dengan autopilot.
Menariknya, selain mengemudikan tanker secara real-time, HiNAS 2.0 Avikus juga mampu memilih rute optimal, dan kecepatan terbaik untuk mencapai tujuannya, dengan menganalisis data yang dikumpulkan melalui sensor canggih. Sistem tersebut bisa mengimbangi cuaca serta ketinggian gelombang, serta membuat untuk tidak terlalu dekat dengan kapal lain guna menghindar tabrakan.
Prism Courage meninggalkan Freeport, Texas pada 1 Mei 2022, dan melewati Terusan Panama menuju Samudra Pasifik. Kemudian, kapal tersebut berlayar 33 hari untuk tiba di Terminal LNG Boryeong di Korea Selatan. Untuk bagian akhir pelayaran ditangani oleh sistem bertenaga AI HiNAS 2.0, dan kinerjanya dipantau serta dievaluasi oleh otoritas pelayaran Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Baca Juga:
Tempat Tidur Pintar dengan Teknologi AI, Bikin Si Kecil Lebih Nyenyak
Data menunjukan bahwa sistem kecerdasan buatan memberikan sebuah peningkatan efisiensi bahan bakar sebesar 7 persen, serta pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 5 persen. Kemudian, sistem secara akurat bisa mengenali lokasi kapal terdekat serta bermanuver untuk menghindari tabrakan sekitar 100 kali.
"Teknologi navigasi otonom Avikus sangat membantu dalam uji lintas laut ini terutama untuk mempertahankan rute navigasi, mengubah arah secara mandiri, dan menghindari kapal di dekatnya, yang semuanya meningkatkan kenyamanan kerja awak kapal," ujar Kapten Prism Courage Young-hoon Koh.
Avikus mampu menghasilkan pelayaran otonom yang mumpuni hanya dalam waktu 2 tahun. Versi terbaru HiNAS sudah dipamerkan awal tahun 2022 ini pada pameran teknologi CES 2022. Menyusul keberhasilan terbarunya, Avikus sudah mengumumkan rencana untuk mengkomersialkan sistem HiNAS 2.0 setelah menerima sertivikasi dari American Bureau of Shipping. (Ryn)
Baca Juga:
Teknologi AI Bisa Deteksi COVID-19 Hanya dengan Mendengarkan Suara Batuk