APAKAH kamu punya rekan kerja yang memiliki queen bee syndrome? Istilah ini ditujukan bagi para perempuan yang memiliki power di lingkungannya, tetapi cenderung bersikap terlalu kritis terhadap bawahan perempuan. Seorang queen bee digambarkan sebagai sosok perempuan yang memiliki kekuasaan tapi bersikap egois dan seenaknya sendiri.
Wah, punya rekan kerja macam gini sih bisa merepotkan. Apa jangan-jangan kamu seorang queen bee? Melansir dari laman YourPeople, pada 2017 The Atlantic pernah menerbitkan sebuah artikel mengenai queen bee syndrome.
Baca juga:
Artikel tersebut membeberkan kenyataan pahit bahwa kebanyakan pelakunya ternyata perempuan yang mengaku pro gerakan feminis. Keinginan untuk diakui dalam berbagai sektor masyarakat membuat ambisi yang positif membuahkan persaingan negatif. Padahal seharusnya perempuan bisa saling merangkul demi kemajuan bersama, bukan?
1. Harus mau menerima kritik

Si queen bee sangat anti kritik. Jadi bagi para perempuan, jika mulai enggak suka menerima kritik bisa jadi pertanda bahwa kamu sudah terjerat queen bee syndrome. Sifat seperti ini harus segera dibuang jauh-jauh. Karena pada dasarnya manusia membutuhakan kritik untuk meningkatkan kualitas diri.
2. Mengedepankan rasa empati

Bukan hanya kepada sesama perempuan saja kamu harus mengedepankan rasa empati, tetapi juga kepada semua orang di berbagai kalangan. Masalah utama si queen bee adalah dirinya selalu mengintimidasi keberadaan bawahan yang sama-sama perempuan.
Coba lah untuk bekerja sama dengan tim baik atasan mau pun bawahan dengan menggunakan hati. Bukankah kunci utama membangun teamwork yang hebat adalah dengan ikatan kekeluargaan yang erat?
Baca juga:
Belajar dari Serial 'Emily In Paris' untuk Sukses dalam Karier
3. Terbuka untuk berteman dengan siapa saja

Nah ini dia ciri khas si queen bee, mereka ogah berteman dengan orang yang jabatannya masih rendah. Kamu harus bisa terbuka untuk berteman dengan siapa saja meskipun dia merupakan bawahanmu di kantor.
Dengan memperluas pertemanan, kamu juga dapat memperluas jaringan pekerjaan. Baik kamu dan bawahan akan mendapatkan keuntungan yang sama. Kamu bahkan berhak meminta nasihat dari bawahan lho.
4. Mencari mentor

Menjadi pemimpin yang baik membutuhkan jam kerja yang tinggi. Namun, saat ini banyak sekali kelas mentor yang bisa kamu hadiri untuk memperbaiki skill dalam memimpin sebuah tim. Jangan malu untuk mencari mentor yang bisa kamu andalkan setiap saat. (mar)
Baca juga: