Kesehatan Mental

Mencium Bau Badan Orang Lain Bisa Redakan Kecemasan Sosial

Dwi AstariniDwi Astarini - Sabtu, 01 April 2023
Mencium Bau Badan Orang Lain Bisa Redakan Kecemasan Sosial

Penelitian mengungkapkan bahwa mengendus bau badan orang lain sebagai terapi kecemasan sosial. (foto: Pexels.com_Andres Ayrton)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BAU badan orang lain bisa jadi penyelemat bagi mereka yang acap mengalami kecemasan sosial (social anxiety). Temuan itu diungkap para peneliti Swedia. Hasil mengejutkan itu didapat lewat penelitian terhadap beberapa puluh sukarelawan. Menurut mereka, mengendus baru badan orang lain mungkin bermanfaat dalam terapi kecemasan sosial.

Para ilmuwan menggunakan keringat ketiak dalam percobaan yang memunculkan dugaan bahwa bau dapat mengaktifkan jalur otak yang terkait dengan emosi dan menawarkan efek menenangkan. Meski demikian, seperti dikabarkan BBC, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah hasil penelitian itu benar-benar efektif mengurangi kecemasan sosial. Para peneliti mempresentasikan beberapa temuan awal mereka pada konferensi medis di Paris, Prancis, pekan ini.

BACA JUGA:

5 Tips Atasi Social Anxiety

Ketika dilahirkan, bayi punya penciuman sangat kuat dengan preferensi untuk ibu dan air susu ibu (ASI). Aroma dapat membantu manusia merasakan bahaya dari makanan atau asap, misalnya saat berinteraksi dengan lingkungan. “Aroma juga membuat makanan lebih enak dan bisa membangkitkan ingatan yang kuat,” ucap Elisa Vigna, peneliti utama dari Institut Karolinska di Stockholm.

aroma badan
Aroma dideteksi reseptor bagian atas hidung. (foto: Pexels.com_Cottonbro Studio)

Aroma dideteksi reseptor di bagian atas hidung. Sinyal dari reseptor itu kemudian diteruskan langsung ke sistem limbik, wilayah otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Para peneliti Swedia berpendapat bahwa aroma atau bau badan manusia dapat mengomunikasikan keadaan emosi kita, bahagia, atau cemas. Misalnya menimbulkan anggapan serupa pada orang lain yang menciumnya.

Peneliti meminta sukarelawan untuk menyumbangkan keringat ketiak saat mereka menonton film bahagia. Selanjutnya, 48 perempuan dengan kecemasan sosial setuju untuk mengendus beberapa sampel tersebut. Mereka juga menerima terapi yang lebih konvensional yang disebut sebagai mindfulness. Mereka didorong untuk fokus dan tidak memikirkan hal-hal yang negatif.

BACA JUGA:

Cara Menghilangkan Anxiety dalam Sebuah Hubungan Asmara

Beberapa perempuan diberi bau badan asli untuk diendus, sedangkan sebagian yang lain diberi udara bersih. Mereka yang mendapat keringat asli melakukan terapi dengan lebih baik. Vigna mengatakan keringat yang dihasilkan seseorang saat menonton film bahagia memiliki efek yang sama dengan ketakutan saat menonton film horror.

pasangan

Mencium bau badan manusia dapat mengomunikasikan keadaan bahagia. (foto: Pexels.com_Ketut Subiyanto)

“Jadi amat mungkin ada sesuatu tentang sinyal kemo manusia dalam keringat secara umum yang memengaruhi respons pengobatan. Sebagian keringat di kulit tidak berbau,” tutupnya. Berbeda dengan kelenjar keringat di ketiak yang akan menghasilkan senyawa nan menyebabkan bau badan.(dkr)

BACA JUGA:

Atasi Anxiety dengan Cara Alami

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Bagikan