Kesehatan Mental

Memutus Mata Rantai Trauma Antar-Generasi

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Senin, 22 Mei 2023
Memutus Mata Rantai Trauma Antar-Generasi
Semua jenis gangguan kesehatan mental bisa mengarah ke trauma antar generasi. (Cover: Pixabay/Fotorech)

TRAUMA antar-generasi (intergenerational trauma) mulai menarik perhatian para peneliti dan psikiater setelah rezim Nazi yang mengerikan berakhir pada 1945. Trauma antar generasi rupanya bisa turun temurun hingga tak terhitung lagi sampai ke berapa generasi.

Menurut beberapa peneliti, trauma antar generasi dimulai dari para korban Holocaust. Mereka yang selamat dan kembali ke pelukan keluarganya akhirnya memiliki karakter baru akibat dari trauma yang dibawanya.

Ada yang mengidap gangguan stres pascatrauma (PTSD/post-traumatic stress disorder), ada juga yang mengidap depresi akut hingga menghindari kontak sosial meskipun dengan anaknya sendiri. Mereka akhirnya bersikap buruk jika sesuatu tak berjalan sesuai dengan keinginannya.

Laman oie.duke.edu, menyebut bahwa peneliti akhirnya menyimpulkan trauma antar generasi juga bisa menyerang korban perang dan anggota keluarga yang mendapatkan perlakuan abusif dari para orangtuanya.

Baca juga:

Jeremy Renner Berjuang Lepas dari Trauma Kecelakaan Mengerikan

trauma generasi
Kamu bisa memutus rantai trauma antar generasi dengan bantuan psikiater. (Foto: Pixabay/JillWellington)

Dampak Trauma Antar-Generasi

Suami atau istri yang mendapatkan perlakuan abusif dari pasangannya juga berpotensi melampiaskan trauma kepada anak-anaknya. Kemudian anak-anak tersebut akan melakukan hal yang sama kepada keturunannya.

Efek traumatis dan dampak psikologis yang menjadi 'lingkaran setan' seperti inilah yang disebut sebagai trauma antar generasi.

Kamu pasti pernah mendengar cerita entah dari teman, atau dari berbagai kasus yang bermunculan di berita mengenai anak yang mendapatkan perlakuan kasar dari orangtua. Akibat tak bisa menahan bendungan amarah karena diperlakukan kasar, anak tersebut akhirnya membunuh kedua orangtuanya.

Tak hanya dalam lingkaran keluarga, ada juga kasus kekerasan yang dilakukan oleh teman atau bahkan orang asing yang bahkan tidak memiliki ikatan pertemanan dan dendam terhadap korbannya. Orang-orang yang mengalami trauma antar generasi cenderung tak bisa menahan amarah ketika sudah tersulut emosi.

Mereka tidak bisa mengendalikan sikap ketika tak sengaja atau sengaja disakiti perasaannya oleh orang lain. Bahkan tanpa sebab sekalipun, orang dengan trauma antar generasi bisa loh melampiaskan traumanya dengan menyakiti orang lain secara tiba-tiba hanya demi merasa lega untuk beberapa saat.

Kasus kriminal seperti kekerasan apalagi pembunuhan tak bisa ditoleransi. Meskipun para pelaku akhirnya mendapatkan diagnosa mengidap trauma antar generasi, bukan berarti mereka akan lolos dari jeratan hukum.

Mereka tetap harus membayar semua perbuatan sesuai dengan sanksi yang berlaku. Meski demikian kita tak boleh menutup mata atas trauma antar generasi yang mungkin terus bergulir di sekitarmu atau bahkan di dalam keluargamu sendiri.

Baca juga:

Normal Eve Narasikan 'Pascatrauma' dalam Sebuah Lagu

trauma
Banyak anak menjadi korban trauma antar generasi. (Foto: Pixabay/Anemone123)

Cara Memutus Trauma Antar-Generasi

Jika kamu salah satu korban trauma antar generasi, bukan tidak mungkin rantai traumatis tersebut berhenti di dirimu dan tak berlanjut ke generasi berikutnya.

Pertama, kamu harus bisa menerima bahwa dirimu memang mengalami trauma antar generasi dan terbuka untuk mendapatkan perawatan serta terapi dari psikolog atau psikiater.

Kedua, hindari lingkungan yang berpotensi menyentil rasa trauma di dalam dirimu agar proses penyembuhan luka trauma antar generasi berjalan tanpa gangguan.

Ketiga, terbukalah terhadap luka yang mengendap di dalam hatimu. Artinya, kamu tidak boleh malu untuk bercerita dan meminta saran dari orang-orang yang mendukung proses penyembuhanmu serta berbagi cerita kepada sesama korban trauma antar generasi. (Mar)

Baca juga:

4 Tanda Kamu Trauma karena Putus Cinta

#Trauma Healing #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.
Bagikan