Melukis Karikatur, dari Wajah hingga Kritik Sosial

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Jumat, 12 Agustus 2016
Melukis Karikatur, dari Wajah hingga Kritik Sosial
Pembuat atau pelukis karikatur di kawasan Bulak Sumur, dekat Hotel UGM, Sleman, DI Yogyakarta. (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)

MerahPutih Budaya - Di tengah tingginya pengguna internet, banyak bermunculan gambar-gambar unik dan lucu. Biasanya, gambar ini dikenal dengan sebutah "meme". Gambar meme diolah dari foto asli dengan dibubuhi kata-kata dan gestur parodi.

Dari meme yang bertebaran di internet, sebagian kecilnya merupakan seni lukis karikatur. Melalui karikatur, figur publik digambarkan lebih konyol dari karakter aslinya.

Bagi pelukis karikatur Anton, 44 tahun, di wajahlah letak seni karikatur yang sesungguhnya. Figur publik dapat dipoles karakternya melalui wajah. Menurutnya, sang tokoh figur publik bisa semakin kuat karakternya namun bisa pula semakin konyol. Hal ini tergantung wujud seperti apa yang ingin dibuat pelukisnya.

Anton merupakan salah satu dari sederetan pelukis karikatur di Bulaksumur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta. Mereka menjual jasa lukis karikatur dan menjual karya karikatur tokoh. Mulai dari tokoh-tokoh nasional hingga tokoh-tokoh dunia. Para pelukis di sini membuka showroom-nya tepat di pinggir jalan, tepatnya di perempatan jalan Hotel UGM. Mereka rata-rata sudah membuka showroom-nya sejak 5 hingga 10 tahun lalu.

"Saya di sini sudah 10 tahun. Saya ngelukis sudah dari dulu, ikut paman saya awalnya. Dulu pertamanya saya senang ngelukis wajah di Malioboro. Dari sana, saya pindah ke sini," katanya kepada merahputih.com, Rabu (10/8), di lapaknya.

Dalam melukis karikatur, menurut Anton, karakter wajah harus tampak sangat kuat. Segala yang ada di wajah harus terlihat jelas. Dan, imbuhnya, yang paling utama ialah ciri khas harus ditonjolkan. Misal, seseorang memiliki tahi lalat di pipinya, maka tahi lalat ini semestinya paling menonjol.

Menurut Anton, setelah karakternya kuat, barulah beberapa aspek ditambah dan dipoles sesuai permintaan. Misalnya, orang yang minta dilukis ingin ditampilkan ceria, maka dibentuklah sedemikian rupa gambaran keceriaannya. "Selama saya melukis, ya ada saja yang komplain. Ada yang komplain karena (hasil) lukisannya gak sesuai. Ada juga yang komplain seperti itu terus gak jadi diambil lukisannya. Ya ini sudah risiko," katanya.

Begitulah, kata Anton, dinamika mencari nafkah dari melukis karikatur. Pendapatannya pun tak menentu. Namun, ia mengalkulasi, hitungan rata-rata pendapatannya selama sebulan bisa mencapai Rp4 juta. "Kadang lebih juga. Harga lukisan saya, Rp80 ribu untuk hitam putih dan Rp100 ribu untuk yang warna," paparnya.

Anton memaparkan, permintaan jasa lukis karikatur tidak selalu ramai. Apalagi, saat ini sudah semakin banyak pelukis karikatur menjual jasanya. Bahkan, penawaran jasa online pun semakin luas. Namun, baginya, persaingan antarpelukis dan sepinya pembeli jasa bukanlah masalah besar. Pasalnya, di sela-sela waktu luang, ia justru mampu melukis sesuai kemauannya.

Biasanya ia melukis tokoh-tokoh yang tergolong figur publik. Baginya, melukis figur publik dapat mengekspresikan kritik sosial. Ia bisa menyampaikan pesan kritik sosialnya melalui lukisan karikatur tokoh pejabat yang ia lukis.

Salah seorang pelukis karikatur lainnya Verel, 29, menyatakan bahwa melukis baginya bukanlah pekerjaan yang penuh hitung-hitungan. Menurutnya, melukis karikatur merupakan jalan hidup yang dipilih berdasarkan hobi dan kesenangan.

"Saya senang kalau pelanggan saya senang. Saya senang kalau menghasilkan karya yang bagus. Melukis karikatur itu harus bisa membaca karakter wajah orang untuk diterapkan di lukisan," paparnya. (Fre)

BACA JUGA:

  1. Koran Filipina Buat Karikatur Sindiran Jokowi Vs Tiongkok
  2. Karikatur "Malaikat" Kecil Suriah dari Para Tokoh Seluruh Dunia
  3. Jauhkan Kesan Seram, Polisi Usung Karikatur Polisi Cilik
  4. Charlie Hebdo Akhirnya Berhenti Menggambar Karikatur Nabi Muhammad
  5. Meski Dikecam, Pameran Karikatur Nabi Muhammad akan Digelar di Inggris
#Yogyakarta #Seniman Karikatur
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan