Ma'Nene, 'The Walking Dead' dari Toraja


Tradisi Ma'Nene Tana Toraja Instagram visit_sulsel
MerahPutih Budaya - Bagi Anda pecinta serial Televisi Amerika "The Walking Dead" pastinya anda sudah tidak asing dengan mayat yang berjalan 'menghantui' para manusia.
Tapi itu hanya anda lihat dari layar kaca dan merupakan cerita fiktif belaka. Dan di Tana Toraja, Anda bisa menemukan hal yang mirip dengan apa yang ada dalam cerita "The Walking Dead" yang benar-benar nyata.
Mayat tersebut bukan untuk menyerang penduduk kota, melainkan mayat berjalan menjadi salah satu keunikan budaya di Tana Toraja.
Upacara mayat berjalan di Tana Toraja yang sekaligus menjadi budaya tersebut dikenal dengan nama Ma’ Nene. Upacara adat ini dilakukan dalam rangka mengganti pakaian mayat para leluhur.
Terbilang unik dan khas, mengingat ritual Ma’nene dilakukan khusus oleh masyarakat Baruppu, di pedalaman Toraja Utara. Ritual Ma’nene dilakukan setiap tiga tahun sekali dan biasanya dilakukan pada bulan Agustus.
Hal ini mengingat upacara Ma’ Nene hanya boleh dilaksanakan setelah musim panen yang jatuh pada bulan Agustus.
Masyarakat Toraja percaya jika ritual Ma’ Nene tidak dilakukan sebelum masa panen, maka sawah-sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan secara tiba-tiba oleh berbagai jenis hama.
Ma’ Nene diawali dengan pengambilan mayat dari perkuburan Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, ibu kota Kabupaten Toraja Utara.
Tahap ini diiringi dengan serangkaian doa-doa dari tetua masyarakat Toraja, kemudian mayat diangkat dan dimandikan kembali, dicat, didandani dan dipakaikan sejumlah pakaian seperti manusia yang hidup.
Mereka dibawa berjalan dengan diiringi lagu-lagu juga tarian daerah Toraja.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Waspada Bencana Hidrometeorologi, Tana Toraja Tetapkan Tanggap Darurat Akibat Longsor

Kemenkum Sahkan Kerbau Belang Tedong Bonga Kekayaan Intelektual Komunal Sumber Daya Genetik Asli Toraja
