Rabeg, Hidangan Legendaris Kesultanan Banten

Eddy FloEddy Flo - Sabtu, 12 Maret 2016
Rabeg,  Hidangan Legendaris  Kesultanan Banten
Rabeg Menu Khas Kesultanan Banten (Foto: Sucitra)

Merahputih Kuliner- Menu khas Banten Rabeg, punya cerita istimewa dibalik penamaannya. Dulu, Kesultanan Banten yang mencapai zaman keemasan pada era Sultan Ageng Tirtayasa mewariskan satu hidangan legendaris dari sekian banyak menu yang memanjakan lidah penghuni istana.

Seperti dikatakan tokoh masyarakat Banten Embay Mulya Syarief, hidangan khas Banten ini berawal dari perjalanan Sultan Maulana Hasanuddin yang pergi berhaji pada Abad 17, sang penguasa ujung barat pulau Jawa dan sebagian Sumatera bagian selatan itu mendarat di sebuah kota wilayah Kerajaan Saudi Arabia bernama Rabiq. Kota yang dahulu bernama Al Johfa namun hancur disapu ombak, dan dibangun kembali menjadi sebuah kota yang indah.

Mendarat disana, Sang Sultan dihidangkan daging kambing yang bumbunya memikat lidahnya. Terkesan dengan rasanya ia menikmati hidangan itu dengan lahap, sultan sempat bertanya dengan bahasa arab, "Maa Haadza? (Apa ini)," tanyanya.

Tidak disebutkan bagaimana sultan bertanya, apakah menunjuk hidangan daging kambing, atau menunjuk ke bumi. Namun yang ditanya rupanya salah mengartikan pertanyaan Sultan, karena mengira pertanyaan yang dimaksud adalah soal tempat yang baru saja disinggahinya, padahal sultan bertanya soal hidangan kambing itu dan dijawab Rabiq.

Kembang Lawang, bumbu yang dicampurkan dalam Rabeg

Meninggalkan tempat tersebut, sultan meneruskan perjalanan haji. Namun, kelezatan rasa hidangan terus tertancap di lidahnya hingga terbawa pulang ke tanah airnya.

Setiba di tanah air, rasa daging kambing itu seperti memanggil manggil menerbitkan air liurnya. Maka dipanggillah chef istana, ia memerintahkannya untuk memasak daging kambing dengan cara Rabiq.

Yang diperintah kebingungan, karena tidak tahu cara memasaknya, akhirnya tim Chef Istana Kesultanan Banten bersatu padu mencari tahu bagaimana memasak hidangan yang dirindukan Sang Sultan dengan cara mereka-reka, dan untuk memberi rasa arab, chef menaburkan Star Annise (Bunga Lawang).

"Ternyata Sultan menyukainya, karena masakan itu tidak ada namanya, maka diberi nama Rabeg karena lidah orang Banten," ungkap Embay Mulya Syarief yang mengaku mendengar cerita itu saat ia remaja dari orangtuanya.

Sejak saat itu, hidangan beraroma khas Timur Tengah itu menjadi hidangan wajib dihadirkan di hadapan penghuni istana secara turun temurun. Kini, Rabeg menjadi hidangan bagi masyarakat Banten di pesta-pesta besar. Karena nikmatnya, sejumlah pengusaha kuliner juga melirik legenda kambing nusantara itu sebagai menu andalan mereka. (ctr)

BACA JUGA:

  1. Gerem Asem, Kuliner Khas Banten yang Bikin Nagih
  2. Sate Bandeng, Kuliner Khas Banten yang Paling Dicari
  3. Resep Unik Rabeg, Kuliner Khas Banten
  4. Baduy, Suku Adat Sunda di Selatan Banten yang Penuh Misteri
  5. Sejarawan Banten: Benteng Speelwijk Bukan Dibangun Belanda
#Budaya Banten #Rabeg Banten #Kuliner Khas Banten
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan