Lidah Mertua Mampu Serap Polutan Udara

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Selasa, 19 September 2023
Lidah Mertua Mampu Serap Polutan Udara

Sansevieria atau lidah mertua ini mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di udara. (Foto: Freepik/freepik)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KONDISI polusi udara yang masih meningkat membuat kita harus terus berupaya untuk memperbaiki kualitas udara di sekitar. Salah satu upayanya dengan melakukan menanam tanaman yang dapat menyerap polutan dan menghasilkan udara baru.

Tanaman lidah mertua atau yang dalam bahasa ilmiah bernama Sansevieria merupakan tanaman hias yang cukup populer saat ini. Selain memiliki keunikan pada keindahan bentuk fisiologisnya yang sensual, tanaman ini disinyalir memiliki kelebihan dapat menyerap polutan.

Baca Juga:

Polusi Udara Sebabkan Angka Penyakit Respirasi Tinggi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA tahun 1999, sansevieria atau lidah mertua mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang ada di udara.

Dianjurkan menanam lidah mertua di dalam ruangan, karena ketika tanaman ini diletakkan di luar ruangan, daya serap polutannya tidak akan optimal. (Foto: freepik/rawpixels)

Hasil penelitian NASA tersebut diyakini juga oleh Peneliti Bidang Ekofisiologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nuril Hidayati. Nuril mengatakan bahwa selain kemampuan menyerap 107 polutan, lidah mertua juga mampu memproduksi oksigen (O2) sepanjang waktu, berbeda dengan tanaman lainnya yang pada waktu pagi dan siang mengeluarkan oksigen, namun malam hari mengeluarkan karbondioksida.

"Lidah mertua juga memiliki senyawa yang dapat merombak polutan dan mengubahnya menjadi asam amino," kata Nuril.

Selain itu, tanaman ini dapat berasosiasi dengan mikroba, mengubah toksik menjadi nontoksik, serta mampu menyerap radiasi dari alat-alat elektronik di dalam ruangan.

Baca Juga:

Waspada, Dampak Polusi Udara Bagi Anak

Memelihara tanaman lidah mertua sangat praktis. Lidah mertua tidak membutuhkan perlakuan khusus seperti tanaman hias lainnya. Sebab lidah mertua termasuk tanaman sukulen yang memiliki daun dengan kandungan air tinggi untuk bertahan hidup. Sehingga, dapat tumbuh dengan media tanah yang tingkat kesuburannya kurang.

Lidah mertua juga mampu memproduksi oksigen (O2) sepanjang waktu. (Foto: Freepik/wayhomestudio)

Selain itu, lidah mertua mampu hidup di banyak kondisi suhu udara, baik di dalam maupun di luar ruangan, dengan pencahayaan maupun tanpa pencahayaan. Bahkan Nuril menganjurkan bahwa tanaman lidah mertua ini hanya cocok untuk diletakkan di dalam ruangan (indoor). "Hal ini dikarenakan ketika tanaman lidah mertua diletakkan di luar ruangan, daya serap polutannya tidak akan optimal ketimbang jika diletakkan di dalam ruangan," jelasnya.

Nah, tidak ada salahnya loh jika saat ini kamu mulai menanam lidah mertua dan memasukkannya ke dalam rumah dan/atau ruangan kantormu. Melihat kondisi polusi udara yang juga belum membaik, keberadaan tanaman lidah mertua di sekitarmu dapat menciptakan udara baru yang baik untuk kesehatanmu dan orang sekitar. (dgs)

Baca Juga:

Pengaruh Polusi pada Kesehatan Kulit

#Kesehatan #September Sebangsa Seudara
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan