Lakon Hidup Jack John, Robot Gagap Enam Juta Dollar Berharta Sepeser

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Selasa, 21 Januari 2020
Lakon Hidup Jack John, Robot Gagap Enam Juta Dollar Berharta Sepeser
Jack John Robot Bergigi Besi. (MP grafis/Aji Wandi)

KEPALA plontos. Mata belok. Gigi besi besar bergerigi. Anting di kuping kiri. Bertubuh bongsor bak buah pir. Berbaju kulit sempit. Kekecilan. Perut buncit tersembul. Bicara gagap. Lebih sering cengengesan. Gerak pun kaku. Tak heran bila musuh bebuyutan Spion Enam Juta diperankan Dono pada film Manusia 6.000.000 Dollar usungan Warkop DKI itu dinamakan Robot.

Meski tingkahnya seperti bocah, Kontet (Don Nasco) kepala komplotan penculik sangat andalkan kemampuan Robot lantaran memiliki tenaga super. Mampu angkat sekaligus robek kap mobil dengan tangan kosong. Mudah lempar dan bikin orang menyangsang di pohon. Hobi gares baut baja. Robohkan tembok pun perkara sepele.

Baca juga:

Jargon Kocak Personil Warkop DKI Ini Bisa Bikin Kamu Ngakak

Film plesetan The Six Million Dollar Man itu memang melambungkan nama Jack John. Generasi 90-an bahkan lebih ingat Robot ketimbang Spion Enam Juta. Pria bernama lengkap Jack Johanes (John) itu memang lebih terkenal sebagai aktor di film komedi. "Jack sebenarnya mempunyai bakat besar sebagai pemain watak. Dan tidak cocok sebagai pelawak. Namun berperan apa saja Jack mampu. Yang humor, sedih, mesra, bahkan sadis, ia mampu membawakannya dengan baik," kata sutradara teater dan film Putu Wijaya dikutip Minggu Merdeka, 1 Juni 1979.

Lakon hidup Jack memang tak secemerlang perannya di layar lebar. Pria kelahiran Banda Neira tahun 1934 itu tak langsung menjajal dunia peran. Ia sempat menjadi supir bus malam. Namun, Jack harus alih pekerjaan lantaran menabrak mati dua orang sekaligus.

Setelah kejadian itu, pria berbobot 150 kilogram itu terlibat dalam kerja pengecoran beton di daerah Kebon Nanas. Mula-mula menjadi supir selama 3 bulan, lalu naik jabatan menjadi operator, asisten supervisor, dan supervisor. "Tapi rupanya jiwa saya tidak ke sana, melainkan ke dunia seni, khususnya film," kata Jack.

Ia memang mengaku sempat kesulitan mendapat kerja lantaran bentuk tubuhnya. Sejak umur sembilan tahun, Jack acap dipanggil badut lantaran bertubuh kelewat gemuk, berkepala botak, dan tak pernah memakai baju.

"Jadi orang gemuk sebenarnya banyak susahnya," kata ayah dengan empat orang anak tersebut. "Buang air saja, saya mesti sebentar-sebentar bangun. Tak betah jongkok lama-lama".

Soal makan, lanjut Jack, orang gemuk bahkan keluar uang lebih banyak. "Rata-rata empat kali sehari," kata Jack menghitung pengeluaran. Ia menjumlah jatah uang makan untuk jajan di luar rumah perhari sebesar tujuh ribu lima ratus di tahun 1979.

Lain lagi kalau tidur. Orang gemuk, sambung Om Jack biasa dipanggil, tak pernah bisa tidur panjang dan selalu terbangun tiap dua jam sekali. "Hanya istimewanya, dua jam itu pulas setengah mati". Meski sering beroleh ejekan, tubuh gemuknya ternyata membawa rezeki.

Baca juga:

Kenang Perjalanan Aktor Kenamaan Indonesia, Mashud Pandji Anom

Ia terpilih ikut main bersama aktor ternama AN Alcaff dan Bambang Hermanto dalam film Lewat Djam Malam tahun 1954 garapan sutradara kawakan Usmar Ismail. Setelahnya, kali kedua berlakon di film Harimau Tjampa. Jack beroleh honor lima ratus rupiah. Honorarium itu, di tahun 1954, sangat cukup untuk hidup sehari-hari tapi tak cukup untuk bertahan hidup bertahun-tahun.

Setelah Harimau Tjampa, Jack baru mendapat panggilan shooting lagi lebih-kurang 23 tahun kemudian. Selama rentang itu, ia praktis menganggur. Jack terpaksa menjual rumah, dan membeli sepetak rumah lebih kecil untuk istri serta keempat buah hati. Selisih hasil penjualan rumah digunakan untuk menyambung hidup. Saban hari harus hidup prihatin. Bahkan, merokok pun harus mencari puntung. Tak ada uang.

Masa gelap itu perlahan memudar saat pihak Ardiyasa Film pada 17 Juli 1977 menghubunginya untuk bermain dalam film komedi bertajuk Sinyo Adi. Ia bermain bersama Adi Bing Slamet, Eddy Sud, Mang Udel, Laila Sari, dan Suroto. Dari film itu, Jack kemudian kebanjiran tawaran. Setahun usai Sinyo Adi, tepatnya tahun 1978, sebanyak enam film telah dimainkan Jack John, mulai dari Gudang Uang, Duyung Ajaib, Goyang Sampai Tua, Modal Dengkul Kaya Raya, Tuyul, dan Pandangan Pertama.

Setahun berselang, giliran Jack bermain bersama aktris cilik nan tengah naik daun, Ira Maya Sopha dalam film Ira Maya Si Anak Tiri, lalu Bulan Madu, Sepasang Merpati, dan Cinderella. Jack terbilang aktor laris. Namun, bila dibanding dengan aktor atau aktris lain, keadaan keuangannya sangat memprihatinkan. Mengapa?

Produser, menurutnya, selalu mengontraknya bermain dengan tawaran rendah. Kesepakatan itu diambil juga dalam keadaan kepepet. Kontrak secara legal bahkan baru terjadi pada film Modal Dengkul Kaya Raya. Pernah satu ketika Jack mendapat peran di film Bayang-Bayang Kelabu Kelabu (1979). Ia bahkan telah dipanggil dua kali dan diambil steel foto, juga ikut selamatan. "Eh tahu-tahu filmnya telah rampung. Tanpa sepatah kata maupun surat pemberitahuan".

Jack tak melulu mendapat sial. Selama berkecimpung di dunia perfilman, ia sangat senang dan berkesan saat proses shooting film Tuyul. Dari produser, sutradara, make up, sampai crew semuanya seperti keluarga. Para pemain pun mendapat perhatian.

Ketika jurnalis M Hadi dari Minggu Merdeka bertanya tentang, "Andai pasaran film merosot, sehingga pemain nganggur, maka Jack akan melakukan apa untuk menyambung hidup?".

Jack menengadah wajah ke langit-langit rumah. Bola matanya mondar-mandir. Tiba-tiba matanya basah saat melihat anaknya sedang bermain di dekatnya, lalu memandang istrinya. "Saya harus menyerah kepada Tuhan, Bung!" tegasnya. "Soalnya untuk kerja rasanya tidak mungkin lagi. Saya hanya mengandalkan film dalam hidup saya. Lainnya tidak," pungkas Jack John. (*)

Baca juga:

Perjalanan Rudy Badil, Sahabat Soe Hok Gie dan Pendiri Warkop

#Warkop DKI #Film Indonesia
Bagikan
Bagikan