KUE bertekstur empuk, lengket, menyerupai dodol, dan berasa manis ini selalu identik dengan perayaan Imlek. Ya, inilah kue keranjang atau disebut juga sebagai dodol cina, kue bakul, dan kue manis.
Dilansir dari laman National Geographic, kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajikan saat perayaan Imlek. Di Tiongkok, kue ini dikenal dengan nama Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut sebagai Ti Kwe.
Ti Kwe memiliki arti sebagai kue manis yang disusun secara bertingkat. Penyusunannya dari bawah hingga tingkat atas. Semakin ke atas, semakin kecil.
Penyusunan ini tentu saja memiliki arti. Mereka mempercayainya sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Asal-usul kue keranjang sarat dengan mitos. Ini berkaitan dengan raksasa Nian yang hidup pada zaman Tiongkok kuno.
Nian hidup dan tinggal di sebuah gua di gunung. Dia akan keluar berburu ketika lapar.
Pada musim dingin, banyak hewan berhibernasi. Ini membuat Nian turun ke desa dan mencari korban untuk disantap. Masyarakat desa takut dengan Nian selama puluhan tahun.
Baca juga:

Sampai akhirnya ada seseorang warga desa bernama Gao yang memiliki ide membuat beberapa kue sederhana. Kue tersebut berbahan campuran tepung ketan dan gula.
Setelah matang, kue itu diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian. Ketika mencari mangsa, Nian melihat kue keranjang di setiap rumah dan memakannya hingga kenyang. Nian pun kembali ke gua meninggalkan desa.
Sejak saat itu penduduk desa membuat kue keranjang saban musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia. Juga untuk mengingat jasa Gao yang sudah berhasil mencegah Nian memburu manusia dan menemukan kue beras tersebut.
Tak sekadar panganan khas Imlek, kue ini miliki sejumlah makna. Secara filosofi, kue keranjang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat yang lengket memiliki arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu.
Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, dan memberikan yang terbaik dalam hidup.
Bentuk kue keranjang yang bulat dan tidak memiliki sudut mewakili makna kekeluargaan. Ini bermakna bahwa keluarga lebih penting dan akan selalu bersama tanpa batas waktu. Kue keranjang menjadi pengharapan adanya kerukunan hidup untuk menghadapi masa depan.
Baca juga:

Sedangkan untuk daya tahan kue keranjang yang lama memiliki arti hubungan yang abadi meski zaman berubah. Sikap saling tolong menolong sangat penting untuk mewujudkan pesan tersebut. Dengan kue keranjang, makna kekeluargaan akan selalu terjalin dengan baik.
Tekstur pada kue keranjang memiliki arti tentang kegigihan, keuletan, daya juang, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup.
Pembuatan kue keranjang memakan waktu 11-12 jam memiliki arti yang sangat penting mengenai proses. Ada pelajaran tentang kesabaran, keteguhan hati, dan cita-cita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pembuatan kue disertai oleh pikiran dan hati yang bersih dan jernih. Juga konsentrasi penuh. Tak ada tempat untuk prasangka buruk. Semua untuk menghasilkan kue yang enak dan tekstur yang sempurna.
Nah, jika semua nilai dengan sengaja dilanggar, kemungkinan kue keranjang yang dihasilkan akan tidak sempurna, lembek, dan berwarna pucat.
Karena itu, sebagai insan sudah seharusnya selalu berpikir positif dan membersihkan hati dari prasangka yang buruk. Maka kehidupan bisa dijalani dengan lebih baik.
Seiring waktu, kue keranjang menjadi salah satu buah tangan saat Imlek. (dgs)
Baca juga: