SABAN jelang Imlek, pernak-pernik berwarna merah mendominasi di sekitar kita. Mulai dari baju, lampion, hiasan bunga Mei Hua, angpao, sampai petasan. Kelenteng dan beberapa bagian bangunan lain yang berkaitan dengan kebudayaan Tionghoa juga ikut dicat dengan warna merah.
Tentu banyak orang yang sudah sadar bahwa Imlek dan merah itu selalu lekat, ibarat buah dan kulitnya. Namun, pernahkah kamu bertanya, sebenarnya apa makna warna merah saat perayaan Imlek?
Mengacu laman Prestige Online, sejak zaman dulu, masyarakat Tiongkok percaya bahwa warna memainkan peran penting dalam kehidupan. Tiap warna memiliki kaitannya sendiri dengan unsur-unsur alam.
Misalnya merah melambangkan api, kuning mewakili tanah, hijau atau biru menyimbolkan kayu, putih menandakan logam, dan hitam menggambarkan air.
Baca juga:
Sambut Tahun Kelinci Air, UNIQLO Hadirkan Koleksi Spesial Imlek

Nah, selain melambangkan api, warna merah juga erat kaitannya dengan keberuntungan, kesejahteraan, serta kekuatan. Warna ini juga menjadi warna tradisional suku Han, kelompok etnis mayoritas di Tiongkok.
Warna merah juga terkait dengan salah satu mitos terkenal di Tiongkok, loh. Syahdan, pada zaman dahulu kala, hiduplah monster yang disebut dengan Nian. Menurut legenda, monster ini datang setiap awal musim semi (sekira Februari) dan mengacau permukiman warga. Nian akan memangsa anak-anak dan memakan hasil panen.
Suatu hari, ada warga yang melihat Nian ketakutan dan pergi ketika bertemu seorang anak berbaju merah. Sejak saat itu, warga pun menghias desa serta rumah mereka dengan lampion dan memakai pakaian berwarna merah.
Ini sebentuk harapan agar Nian tidak lagi datang lain waktu atau tahun berikutnya. Selain itu, warna merah juga menjadi perayaan bahwa mereka telah berhasil melawan Nian atau si monster itu. Kata 'nian' juga berarti 'tahun', yang bisa juga bermakna seseorang telah melewati tahun baru.
Oleh sebab itu, hingga hari ini, ketika perayaan Imlek tiba, mayoritas orang mengenakan dan memasang warna merah untuk meningkatkan keberuntungan serta mengusir energi jahat. Masyarakat juga saling menyapa sambil berkata 'gong xi fa cai' yang berarti 'selamat' atau 'semoga Anda makmur atau kaya'.
Sementara di kalangan masyarakat Tionghoa yang bergaul rapat dengan orang Betawi di Jakarta, sapaannya 'sin tjun kiong hie' atau 'selamat musim semi baru'. Meskipun berbeda ucapan, kelompok ini juga mengenakan warna merah saat perayaan Imlek atau yang lebih sering mereka sebut sebagai Sin Tjia (Sin Cia).
Baca juga:

Warna merah juga kerap ditemukan dalam sebuah amplop yang disebut sebagai angpao. Kata ini diambil dari kata 'hong bao' yang berarti 'kantong merah'. Angpao biasanya berisi sejumlah uang.
Pemberian angpao bertujuan agar penerimanya selalu bahagia, sehat, dan makmur sepanjang tahun. Biasanya angpao diberikan kepada anak-anak, remaja, dan pekerja yang belum menikah. Angpao juga biasa diberikan oleh keluarga kepada kakek atau nenek.
Warna merah akan terus terlihat menyala hingga hari ke-15 perayaan Imlek. Hari ini menjadi tanda berakhirnya festival musim semi sejak awal pergantian tahun. Hari ke-15 ini disebut sebagai Cap Go Meh.
Biasanya, masyarakat merayakan Cap Go Meh dengan berbagai kegiatan. Ada yang mengadakan festival lampion pada malam hari. Ada pula yang menonton penampilan Barongsai. Selain Cap Go Meh, Barongsai juga kerap muncul untuk menghibur masyarakat di hari perayaan Imlek. Dan, sekali lagi, semuanya didominasi warna merah.
Kurang dari dua minggu lagi kita akan segera menyambut hari raya Imlek. Perayaan menuju tahun kelinci air tersebut akan jatuh pada Minggu, 22 Januari ini. Kini kamu sudah tahu makna warna merah. Semoga kamu bisa menghayati Imlek lebih dalam. (mcl)
Baca juga:
Ribuan Lampion sudah Dinyalakan, Warga Kota Solo Antusias Berfoto