KUCING peliharaan cenderung berubah jadi lebih gemuk setelah menjalani proses kebiri atau sterilisasi yang dilakukan oleh dokter hewan. Mengenai hal itu, banyak orang yang mungkin bertanya-tanya mengapa si kucing bisa gemuk?
Menurut Dokter hewan Kurnia Suanda, kucing menjadi lebih gemuk setelah steril karena faktor hormon. Karena, setelah proses sterilisasi, kucing tidak lagi terdorong untuk berkembang biak. "Hormon stres dan kawinnya stop, fokusnya hanya makan, tidur dan main saja, jadi semakin gemuk dan jadi makin lapar," ujar Dokter Kurnia seperti yang dikutip dari laman Antara.
Baca juga:
Pemilik Kucing Tergemuk di Dunia Tuai Kecaman dari Warganet

Apabila si kucing terlalu gemuk, maka pemilik dapat memilih makanan yang dibuat khusus untuk hewan yang sudah disteril. Sebaiknya, sesuaikan porsinya dengan kebutuhan kucing, takar sesuai dengan berat badannya. Biasanya informasi takaran tertera di setiap kemasan makanan kucing.
Lantas bagaimana bila si kucing terlihat kelaparan meski takaran sudah sesuai dengan berat badannya? Menurut Kurnia, bila kucing masih terlihat kelaparan, sebetulnya nutrisinya sudah tercukupi, kamu cukup memberikannya snack.
Perihal pembagian porsi, Kurnia menyerahkan semua kepada preferensi setiap orang. Apabila terbiasa memberi makan dua kali sehari, takaran yang disarankan cukup dibagi dua saja.
Untuk makanan, Dokter Kurnia menyarankan untuk memberikan makanan yang tidak mengandung pewarna kimia serta penyedap rasa. Selain itu, disarankan pula untuk mengganti sumber protein kucing peliharaanmu setiap enam bulan sekali, guna menghindari risiko alergi.
"Ketika memutuskan memberi protein dari beef, kalau tidak ada reaksi selama enam bulan, rotasi dulu ke protein yang lain, misalnya ikan," ujarnya.
Baca juga:
Felis Nigripes, Kucing Lucu Paling Mematikan di Dunia

Langkah tersebut bisa membantu untuk menekan risiko munculnya alergi pada kucing yang sensitif. Memberikan makanan yang sama dalam jangka waktu yang panjang bisa membuat si kucing yang sensitif menjadi alergi.
Karena itu, sebaiknya mencari sumber protein berbeda untuk kucing kesayanganmu setiap enam bulan sekali. Kurnia menjelaskan, brand makanan tidak menjadi masalah, terpenting proteinnya berbeda.
Untuk makanan kucing kualitasnya wajib menjadi perhatian. Karena, makanan dengan kualitas rendah tidak mengandung nutrisi sempurna bagi kucing. Makanan tersebut hanya mengenyangkan, namun tidak menutrisi bulu dan kulit.
Selain itu, makanan yang tidak berkualitas pun meningkatkan risiko sakit saat diberikan dalam jangka panjang. "Daripada kompensasinya nanti harus berobat ke dokter hewan, lebih baik berikan nutrisi yang baik sejak awal," jelas Kurnia. (Ryn)
Baca juga:
Tiga Hal Penting yang Harus Diperhatikan Sebelum Memelihara Hewan