MerahPutih.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah mengikat melakukan koalisi dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), untuk mengusung capres dan cawapres.
Bahkan, kedua partai telah membentuk sekretariat bersama untuk menguatkan gerakan dan komunikasi. Namun, kedua partai tetap melalukan manuver dengan melakukan pertemuan-pertemuan politik dengan partai lain.
Baca Juga:
Koalisi Gerindra-PKB Bisa Bubar jika Khofifah Jadi Cawapres Prabowo
Gerindra menetapkan Prabowo Subianto, yang saat ini menjadi Menteri Pertahanan untuk kembali menjadi calon presiden. Dan PKB, masih ngotot untuk menjadikan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menjadi Calon Wakil Presiden.
Namun, belakangan terjadi pertemuan tertutup antara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo.
Pertemuan Prabowo dan Khofifah adalah pertemuan kedua antara Prabowo dan Khofifah sejak 3 Mei 2022 yang sama-sama berlangsung intensif dan digelar tertutup.
Bahkan, Prabowo tidak menampik dalam secara tidak langsung membahas tentang politik menjelang Pilpres 2024. Tetapi, Khofifah enggan mengomentari pertemuannya dengan Menhan Prabowo dan memilih langsung meninggalkan lokasi.
Koalisi yang dideklarasikan sejak Agustus tahun lalu diklaim masih tetap solid pascapertemuan tertutup antara Prabowo Subianto dengan Khofifah Indar Parawansa.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengaku, tidak dikabari tentang agenda pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang digelar di sela kunjungan kerja sebagai Menteri Pertahanan di Surabaya dengan Gubernur Jawa Timur tersebut.
"Agenda pertemuannya tidak dikabari. Sampai sekarang juga tidak diberi tahu hasil pertemuannya," kata Muhaimin menjawab pertanyaan wartawan di Surabaya, Rabu.
Muhaimin menyatakan, hubungan koalisi PKB dengan Gerindra sampai sekarang masih berlangsung baik. Koalisi dengan Gerindra untuk menghadapi kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 2024 justru harus dibuka seluas-luasnya dengan partai politik lain.
"Semakin banyak partai politik yang bergabung dalam koalisi semakin baik," ujar Cak Imin panggilan akrabnya.
Cak Imin mengungkapkan, sepanjang bulan Februari, dan akan terus berlangsung hingga Maret dan April mendatang, PKB akan terus melakukan komunikasi intensif antarpartai politik.
"Dengan begitu terbuka aliansi baru atau tambahan di antara yang sudah ada. Hubungan antar Partai Politik yang terpecah kami harap bisa bergabung," kata dia.
Muhaimin menegaskan PKB mengincar posisi Calon Presiden dalam kontestasi Pemilu 2024 dan masih bisa ditolerir seandainya ditakdirkan sebagai Calon Wakil Presiden.
Saat ini PKB sedang menjalin komunikasi intensif dengan Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Nasional Demokrat (NasDem).
"Sementara yang sudah berkomunikasi secara intensif Partai Golkar dan NasDem. Kemungkinan dua partai politik ini akan bergabung dalam koalisi bersama PKB dan Gerindra," katanya.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin jika aakhirnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bergabung akan menjadi cukup rumit, terutama dalam penentuan calon wakil presiden.
Ia menilai, ketika KKIR tidak bergabung dengan KIB, maka peluang kalahnya Prabowo Subianto kalau tetap berpasangan dengan Muhaimin Iskandar akan lebih besar dibanding dengan skema bergabung ke KIB dan Prabowo menjadi cawapres dari Ganjar Pranowo.
"Kalau dua koalisi itu bergabung, kemungkinan calon akan menjadi 2 atau tiga pasang saja. Tapi kalau mengusung sendiri-sendiri, KIB, KKIR, PDIP dan parpol yang mendukung Anies Baswedan, maka bisa jadi akan ada empat pasang calon di pilpres," katanya.
Baca Juga:
PKB Bermanuver, Gerindra: Perkuat Ikatan Koalisi