Jual Buah Pakai TikTok, Petani ini Cuan Maksimal

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Sabtu, 10 Juli 2021
Jual Buah Pakai TikTok, Petani ini Cuan Maksimal
(Foto: pixabay/aleksky)

SEORANG petani asal Tiongkok bernama Jin Gouwei seketika mendapat untung besar, berkat TikTok versi Tiongkok, Douyin. Jin meraih keuntungan senilai USD 46 juta atau sekitar Rp 669 miliar selama tahun 2020.

Singkat cerita, pada tahun 2018 Guowei seorang petani yang terlilit hutang, dan hanya menjajakan buah hati panennya pada wisatawan di jalanan Lijian. Tapi saat ini Guowei lebih dikenal dengan nama Brother Pomegranate.

Baca Juga:

Mengenal Keunggulan TikTok Jump

Seorang petani asal Tiongkok raup keuntungan fantastis berkat berjualan lewat TikTok versi Tiongkok, Douyin (Foto: liang taiping)

Brother Pomegranate merupakan akun Gouwei di Douyin, yang memiliki 7,3 juta pengikut. Menariknya, selama tahun 2020 Guowei mendapat pemasukan senilai 300 juta yuan atau sekitar Rp 699 miliar dari penjualan buahnya.

Bahkah, Guowei menjelaskan bahwa dirinya pernah menjual buah delima atau pomegranate senilai 6 juta yuan dalam waktu 20 menit.

Seperti yang dilansir dari laman Bloomberg, Guowei merupakan salah satu dari sekian banyak petani yang mengikuti penjualan buah dan sayur secara interakti lewat livestream.

Adapun pemasukan yang dihasilkan dari konten kreator pedesaan lewat Duoyin meningkat 15 kali lipat pada tahun 2020, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Guowei menjelaskan, proses panen buah-buahan itu merupakan hal yang sangat menarik bagi penduduk perkotaan. Hal itu lantaran mereka tidak memiliki pemandangan tersebut.

"Di desa, bahkan kegiatan rutin pun bisa menjadi konten visual yang menarik," tutur Guowei.

Selain Guowei, petani lainnya bernama Guo Chenceng kerap berinteraksi dengan 2,5 juta pengikutnya di Douyin. Dia menyiarkan secara langsung tentang proses panen buah dan sayur yang di tanamnya.

Pada siaran langsungnya, para penonton bisa langsung membeli hasil panen lewat tautan yang terdapat pada layar. Pada videonya, Chengcheng menunjukan beragam jenis sayur dan buah, dari mulai labu, hingga buah persik.

Banyak petani di Tiongkok yang menual buah serta sayurnya lewat aplikasi video secara livestreaming (Foto: guo xufeng)

Namun, Chengcheng bukan kali pertama menjual hasil panennya dengan memanfaatkan teknologi. Karena, sebelumnya dia telah memanfaatkan program dari WeChat, untuk memasarkan hasil panennya tersebut, hingga meraih 100 pesanan per hari.

Tapi, setelah memanfaatkan livestream, jumlah pesanan Chengcheng pun meningkat drastis menjadi 50 ribu pesanan setiap kali dia siaran. Tak ayal bila pemasukannya mencapai 8 juta yuan per bulan atau sekitar Rp 20 miliar.

Baca Juga:

GoFood dan TikTok Edukasi UMKM Kuliner Soal Pemasaran Digital

Guowei dan Chengcheng merupakan transmigran yang pindah ke pedesaan, setelah sebelumnya mereka tinggal di kota besar. Menurut Douyin, 54 persen dari influencer di pedesaan merupakan generasi muda yang kembali ke desa.

Tren tersebut terjadi lantaran pandemi COVID-19, yang memaksa pekerja migran untuk tinggal di kota asalnya, akibat adanya lockdown.

Selain itu, pada saat yang sama, para konsumen juga terjebak di rumah, hingga memaksa mereka lebih banyak memasak makanan dan berbelanja secara online.

Karena itu, permintaan pasar akan bahan baku makanan segar sontak meningkat drastis. Kemudian sejumlah marketplace dan e-commerce pun memberi kesempatan bagi petani berskala kecil untuk menjadi pengusaha.

Sejalan dengan tren tersebut, jumlah petani yang menjadi livestreamer pun jian meroket. Kabarnya terdapat lebih dari 100 ribu petani yang menyiarkan lebhi dari 2,5 juta video di Taobao live selama setahun belakangan ini. (Ryn)

Baca Juga:

Deretan Akun TikTok dengan Follower Terbanyak di Dunia

#Viral #Aplikasi TikTok #TikTok #Petani
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan