Jingle-Jingle Pemilu Indonesia


Pembuatan lagu jadi bagian dari sosialisasi pemilu. (Ilustrasi: Merahputih.com/Bayu Samudro)
SEPERTI Piala Dunia, Pemilihan Umum di Indonesia selalu punya lagu (jingle) resmi. Salah satu yang terkenal adalah jingle "Pemilihan Umum" karya Mochtar Embut selama Pemilu Orde Baru pada 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun, lagu itu bukanlah lagu resmi pertama pemilu. Sejak diadakan kali pertama pada 1955, pemilu Indonesia telah punya lagu resmi.
Pembuatan lagu jadi bagian dari sosialisasi pemilu. Jawatan Penerangan (sekarang Kominfo) kerap memutar lagu itu saban menyosialisasikan pemilu ke rakyat Indonesia di berbagai penjuru.
"Penyiaran lagu itu adalah rangkaian dari penerangan tentang pemilihan umum, mengingat isinya: a. memberi pengertian tentang arti pemilihan umum; b. menganjurkan supaya tiap warganegara Indonesia menginsyafi kepentingan pemilihan umum," tulis Mimbar Penerangan, April 1955.
Teguh Esha, penulis buku Ismail Marzuki: Musik, Tanah Air, dan Cinta, menyebutkan bahwa lagu itu kali pertama diperdengarkan melalui studio RRI Jakarta pada 11 April 1953.
Lagu itu karya keroyokan Marius Ramis Dajoh, Ismail Marzuki, dan GWR Tjok Sinsu. Masyarakat menyambut antusias lagu itu.
"Telah diperdengarkan kepada hadirin lagu pemilihan umum yang mendapat perhatian serta sambutan-sambutan yang hangat," tulis Mimbar Penerangan Juni 1953.
Baca juga:
Lirik lagunya seperti ini.
"Marilah bersama memberi suara. Suara saudara sungguh kuasa menentukan dasar tujuan bersama. Membina Negara Nasional yang mulia. Pemilihan Umum! Ke sana beramai! Marilah, marilah saudara-saudara! Memilih bersama para wakil kita. Menurut pilihan, bebas rahasia. Itu hak semua warga senegara. Nyusun kehidupan adil sejahtera."
Tradisi menyertakan lagu dalam pemilu berlanjut pada masa Orde Baru. Lagu gubahan Mochtar Embut yang berirama mars ini bertahan cukup lama. Karena itu, ia begitu sohor. Liriknya berbunyi seperti berikut:
“Pemilihan Umum telah memanggil kita. Seluruh rakyat menyambut gembira. Hak demokrasi Pancasila, Hikmah Indonesia Merdeka. Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya, Pengemban Ampera yang setia. Dibawah Undang-Undang Dasar Empat Lima, Kita Menuju ke Pemilihan Umum”.
Kemunculan lagu ini berawal dari sayembara pemerintah pada 1970. "Untuk lebih memantapkan serta menggairahkan 'Pemilihan Umum' maka perlu digubah Lagu Pemilihan Umum," catat buku Pemilihan Umum 1971 terbitan Lembaga Pemilihan Umum.
Sebuah panitia khusus dan dewan juri dibentuk untuk menyeleksi lagu-lagu pemilu. Antara lain Atmoko, B. Sitompul, A.J. Sudjasmin, P. Gitomarjoyo, dan E.L. Pohan. Nama-nama ini sohor sebagai musisi handal pada masanya.
"Dari beberapa lagu yang diterima Panitia, Dewan Juri telah memutuskan lagu Pemilihan Umum hasil gubahan Mochtar Embut sebagai lagu terpilih dan merupakan lagu Pemilihan Umum yang resmi," lanjut buku Pemilihan Umum 1971.
Lagu ini ditetapkan sebagai satu-satunya lagu resmi pemilu melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri/Ketua Lembaga Pemilu No. 28/LPU/1970.

Lagu pemilu ibarat do'a sekaligus harapan pembuatnya. Lirik lagu ini menggambarkan pemilu yang disambut gembira oleh seluruh rakyat.
Namun, kenyataan di lapangan berbeda dari harapan lagu. Sekelompok orang tak bergairah dengan pemilu masa Orde Baru.
Mereka menilai ada sejumlah keganjilan sebelum dan selama masa kampanye Pemilu 1971. Mereka menganggap pemilu digelar secara tidak demokratis.
Arief Budiman, salah satu intelektual ketika itu, menyebut pemerintah membatasi pembentukan partai politik. Karena itulah jumlah peserta pemilu turun drastis daripada Pemilu 1955.
"Sebagai bentuk protes kami, masyarakat kemudian dianjurkan tidak perlu memilih. Atau mereka mencoblos kertas warna putih di luar gambar partai pada kertas suara. Nah aksi ini kemudian populer dengan istilah golongan putih atau golput," kata Arief Budiman dalam Arief Budiman Tukang Kritik Profesional.
Golongan Karya (Golkar) memenangi Pemilu 1971. Begitu terus sampai Pemilu 1997. Golkar selalu keluar sebagai pemenang pemilu. Hingga akhirnya muncul anekdot bahwa hasil pemilu sudah diketahui sebelum selesai.
Kritik lainnya pada pemilu Orde Baru juga terlontar melalui plesetan lagu pemilu. "Mulai dinyanyikan pada Pemilu 1992, syair lagu plesetan boikot pemilu kental dengan ajakan perlawanan terhadap pelaksanaan pemilu," ungkap Abdullah Muzakar dalam Gerakan Sosial: Telaah Aksi Perlawanan Pengamen.
Baca juga:
Desain APK Pemilu Indonesia, Dari Kalimat Puitis Sampai Gaya Kartunis
Sepenggal liriknya jadi begini.
"Pemilihan umum telah menjajah kita. Wakil rakyat tertawa gembira. Hak demonstrasi dikebiri. Cita rakyat belum merdeka."
Mochtar Embut tak perlu melihat harapannya dalam lagu pemilu melenceng jauh dan lagunya diplesetkan. Tuhan sudah memanggilnya pulang pada 1973.
Setelah Orde Baru runtuh pada 1998, Pemilu 1999 digelar dengan harapan dan semangat baru.
Nortier Simanungkalit, komponis dan pencipta lagu, mendapat permintaan dari Lembaga Pemilihan Umum (LPU) untuk membuat lagu pemilu anyar yang menggambarkan semangat dan harapan baru itu. Dia menyanggupinya.
Sebelum membuat lagu, Nortier membaca undang-undang pemilu dan membandingkan dengan sebelumnya. Laku ini untuk mengeluarkan inspirasinya.
Setelah itu, Nortier mulai menyusun lagunya, lalu menyerahkannya kepada LPU untuk dirapatkan. Ada masukan sana-sini dari LPU untuk perbaikan. Nortier lekas merevisinya hingga akhirnya lagu itu disepakati sebagai lagu resmi Pemilu 1999.
Pada 2004, lagu berjudul "Mars Pemilu" itu mendapat penambahan lirik sesuai dengan pembaruan pemilu, yaitu pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Presiden secara langsung untuk kali pertama. Liriknya jadi begini.
"Pemilihan Umum kini menyapa kita. Ayo songsong dengan gempita. Kita pilih wakil rakyat anggota DPR, DPD, dan DPRD. Mari mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 45. Memilih Presiden dan Wakil Presiden. Tegakkan reformasi Indonesia. Laksanakan dengan jujur, adil dan cermat. Pilih dengan hati gembira. Langsung, umum, bebas, rahasia. Dirahmati Tuhan Yang Maha Esa."
Lagu karya Nortier bertahan hingga Pemilu 2004. Pada Pemilu 2009, Komisi Pemilihan Umum (KPU) meluncurkan lagu baru.
Dibuat oleh Faizal Motik, lagu itu berjudul "Pemilu Kita". Secara isi, lagu ini punya kemiripan dengan lagu pemilu sebelumnya: ajakan untuk mengikuti pemilu sekaligus sosialisasi pemilu. Bedanya, lagu ini dibuat dalam lima bahasa: Palembang, Jawa, Batak, Ambon, dan Betawi.

Musisi senior dan tenar menyanyikan lagu ini. Antara lain Titiek Puspa, trio komedian Bajaj, Memes, Elly Kasim, Koes Hendratmo, Sundari Sukoco, Indi Barens, dan Hedi Yunus.
Menjelang Pemilu 2014, KPU menggelar sayembara lagu pemilu. Ratusan lagu masuk. Dari ratusan, dikerucutkan jadi 10 besar. Dan terpilih satu lagu sebagai lagu resmi Pemilu 2014.
Lagu anggitan Pegawai Negeri Sipil bernama Enrico Michael Wuri itu diberi judul "Memilih untuk Indonesia". Lagu itu dinyanyikan oleh Judika dan berlirik seperti berikut.
"Tiba saatnya kita untuk memilih. Di bilik suara, satu yang kau pilih. Mari rayakan pesta demokrasi. Tentukan pilihanmu untuk bangsa Indonesia. Berikan suaramu demi masa depan kita. Langsung umum bebas rahasia jujur dan adil. Ayo memilih untuk Indonesia! Ayo memilih untuk Indonesia! Indonesia!"
KPU kembali mengadakan sayembara untuk lagu Pemilu 2019 bersama maskotnya. Tercatat 250-an lagu diseleksi. Hasilnya, karya L. Agus Wahyudi keluar sebagai pemenang.
Lagu berjudul "Pemilih Berdaulat Negara Indonesia Kuat itu" diaransemen ulang Eros (Sheila On 7) dan dinyanyikan oleh Kikan, vokalis grup musik Cokelat.
Liriknya sederhana saja. "Tiba saatnya Indonesia untuk memilih (yuk memilih). Bersama datang ke TPS salurkan aspirasi. Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil. Demi Indonesia Damai Sejahtera (Ayoo !!!). Kita memilih untuk Indonesia. Menggapai cita lewat suara kita. Bagimu Indonesia sukseskan demokrasi. Jadi Pemilih Berdaulat Negara Indonesia Kuat. Jadi Pemilih Berdaulat Negara Indonesia Kuat."
Kikan bersama bandnya, Cokelat, kembali terlibat dalam lagu pemilu 2024. Dia menyanyikan lagu resmi pemilu yang berjudul "Suara Kita Sangat Berharga".
Liriknya seperti ini. "Tiba waktunya untuk gunakan hak pilih kita. Salurkan aspirasi bersama demi bangsa. Teguh percaya suara kita sangat berharga. Menentukan arah masa depan Indonesia. Langsung umum bebas rahasia jujur dan adil. Sebagai sarana integrasi bangsa. Ayo rakyat Indonesia bersatu langkahkan kaki. Menuju bilik suara. Rabu 14 Februari. Ayo rakyat Indonesia. Beri kontribusi nyata. Beri asa bersama. Kita memilih untuk Indonesia."
Begitulah jingle-jingle pemilu Indonesia. Tiap lirik mewakili harapan pembuatnya. Juga refleksi semangat zamannya. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Lirik Lagu 'Dreams, Books, Power and Walls' dari JANNABI Bicara Tentang Idealisme

Lirik Lagu “MASAHITAM” Kritik Pedas DRIVEN BY ANIMALS untuk Ketidakadilan dan Kemiskinan

Lirik Lagu 'Perempuan' dari Tarrarin, Bentuk Apresiasi dan Persembahan Khusus

TADI Gandeng Kafin Sulthan dalam Single “Surga Sementara”, Ketika Kebahagiaan Bersifat Fana tetapi Abadi untuk Dikenang

'Balik Kanan' Bicara Tentang LDR dari Mata Seorang Mario G Klau, Berikut Liriknya

Michael Jackson Ajak Pendengar Tumbuhkan Rasa Cinta, Perdamaian, Kepedulian Lewat ‘Heal the World’, Simak Liriknya

Lirik 'Breaking Dawn' dari The Boyz, Jembatan 3 Bahasa dalam 1 Lagu

Lirik Lagu 'Iconik' dari Album Terbaru dari ZEROBASEONE

Hayley Williams Rilis Album Ego Death At A Bachelorette Party Berisi 17 Single Baru

Lirik Sarat Makna Lagu Bahasa Batak 'Pulut Roham' dari Jun Munthe
