Tradisi

Jatkarma Samskara, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi dalam Budaya Hindu Bali

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 02 Januari 2023
Jatkarma Samskara, Upacara Menyambut Kelahiran Bayi dalam Budaya Hindu Bali
Jatkarma Samskara, ritual menyambut kelahiran bayi di tradisi Hindu Bali. (foto: Instagram @littlehubby_pict)

SIKLUS hidup dalam Hindu Bali diwarnai dan dirayakan dalam tradisi dan upacara keagamaan. Dari lahir hingga kembali ke sang pencipta, kehidupan warga Hindu Bali lekat dengan upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dan keberkahan.

Saat bayi baru lahir dalam sebuah keluarga Hindu Bali, suka cita akan diungkapkan lewat laku tradisi demi mendoakan kehidupan panjang untuk si kecil. Upacara itu dikenal dengan nama Jatkarma Samsakara.

Seperti dilansir Budaya-indonesia.org, Jatkarma Samskara merupakan upacara kelahiran untuk mendoakan masa depan cerah bagi sang bayi. Upacara ini berupa penanaman ari-ari nan diiringi doa-doa. Ni Nyoman Suastini dan Ni Putu Suparwati dalam buku Tradisi Upacara Jatakarma Samskara dalam Merepresentasi Nilai Keagamaan pada Masyarakat Hindu Bali menyebut Jatakarma Samskara merupakan upacara kelahiran bayi yang dilaksanakan sebelum melepas tali pusar bayi.

BACA JUGA:

Ragam Budaya pada Prosesi Upacara Bayi dan Kematian di Indonesia

Ketika keluar dari kandungan ibunya, bayi dibantu keempat saudaranya yang disebut dengan Catur Sanak. Catur Sanak tersebut meliputi ari-ari, air ketuban, tali pusar (lamas), dan darah (rah). Oleh karena itu, sang bayi harus memelihara dan melindungi keempat saudaranya.

Upacara Jatakarma Samskara dipimpin salah seorang keluarga yang tertua atau dituakan. Orang tersebut akan berperan untuk menanam ari-ari (plasenta) si bayi. Jika anggota keluarga tertua tidak ada atau si keluarga yang menyambut anak sedang dalam perantauan, ayah si bayi berkewajiban melaksanakan upacara ini.

bayi
Jatkarma Samskara bertujuan memohon keselamatan dan masa depan cerah untuk si bayi. (Foto: Instagram @yogadiguna)

Ayah si bayi akan diminta menyentuh serta mencium buah hatinya yang baru lahir, sekaligus membacakan mantra pemberkatan di telinga sang bayi. Mantra tersebut berisi harapan agar kelak buah hatinya menjadi suputra atau anak yang berbakti kepada orangtua serta harapan si kecil berumur panjang.

Selain itu, baru lahir akan diupacarai dengan sajen berupa dapetan, canang sari, canang genten, dan penyeneng. Tujuan dari ritual ini ialah agar roh yang menjelma pada tubuh si bayi mendapat keselamatan.

Setelah upacara selesai, barulah ari-ari atau plasenta bayi dibersihkan dan dimasukkan ke kendil atau periuk kecil dan ditutup. Ada juga yang menggunakan tempurung kelapa untuk menampung ari-ari. Tempurung dibelah menjadi dua bagian barulah diisi ari-ari.

Aksara Om kara (Om) dituliskan pada bagian atas dan Ah Kara (Ah) pada bagian dasar kendil atau tempurung kelapa. Setelah disatukan, pada bagian sambungan ditulis aksara Ongkara yang bermakna agar Sang Catur Sanak selalu mohon kekuatan Hyang Widhi untuk melindungi sang bayi dalam kehidupannya di dunia. Bunga-bunga wewangian, seperti kantil dan kenanga, juga dimasukkan ke kendil.

Setelah itu, kendil dibungkus dengan kain putihatau kain mori lalu ditanam. Ari-ari bayi laki-laku akan ditanam di kanan pintu rumah dari sisi dalam rumah. Sementara itu, untuk anak perempuan, ari-arinya akan ditanam di sebelah kiri pintu.

BACA JUGA:

Pedas, Manis, dan Asam Bandeng Kropok Khas Semarang

Setelah ditimbun, di atasnya ditanam pohon pandan berduri. Secara mitos, hal tersebut terkait dengan cerita Dewi Adnyaswari yang mengisahkan tetesan darah dari anak Catur Sanak tersebut tumbuh menjadi tanaman yang berduri.

Selain itu, penanaman pohon pandan berduri juga memiliki makna sebagai senjata untuk melindungi si kecil. Selanjutnya, ditindas dengan batu besar yang rata permukaannya dan di sebelahnya ditancapkan sanggah cukcuk dengan upacara banten peras telung sayut, penyeneng dan tumpeng pancawarna, serta sekar sarwa miik.

Ketika menanam ari-ari, doa-doa dilantunkan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Itu demi memohon penjagaan dan anugerah umur panjang bagi sang bayi.(dwi)

BACA JUGA:

Liburan Seru, Yuk Main ke Kampung Keramik Kiaracondong Bandung

#Lipsus Januari 2023 Budaya Indonesia #Tradisi #Bali
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan