POLUSI suara ternyata dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia dan satwa liar, baik di darat maupun di laut. Dari kebisingan lalu lintas hingga konser rock, suara keras dapat menyebabkan gangguan pendengaran, stres, dan tekanan darah tinggi.
Sementara itu kebisingan dari kapal dan aktivitas manusia di laut berbahaya bagi paus dan lumba-lumba yang bergantung pada ekolokasi untuk bertahan hidup.
Baca Juga:
Polusi Suara sebagai Krisis Besar Bagi Kesehatan dan Lingkungan

Suara diukur dalam decibel dan suara yang mencapai 85 desibel atau lebih tinggi dapat membahayakan telinga seseorang. Sumber suara yang melebihi ambang batas ini mencakup hal-hal yang sudah dikenal. Seperti mesin pemotong rumput (90 desibel), kereta bawah tanah (90 hingga 115 desibel), dan konser rock (110 hingga 120 desibel).
Polusi suara ini berdampak pada jutaan orang setiap hari. Masalah kesehatan paling umum yang ditimbulkannya adalah Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Paparan suara keras juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan tidur, dan stres.
Masalah kesehatan ini dapat berdampak pada semua kelompok umur, terutama anak-anak. Anak-anak yang tinggal di dekat bandara atau jalan yang bising bukan mustahil menderita stres dan masalah lain. Seperti gangguan memori, tingkat perhatian, dan keterampilan membaca.
Polusi suara juga berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan satwa liar. Penelitian menunjukkan bahwa suara keras dapat menyebabkan pembuluh punggung ulat berdetak lebih cepat, dan menyebabkan bluebirds menetaskan lebih sedikit telur.
Hewan menggunakan suara untuk berbagai alasan, termasuk untuk bernavigasi, mencari makanan, menarik pasangan, dan menghindari pemangsa. Polusi suara mempersulit mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas ini, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertahan hidup.
Baca Juga:

Peningkatan kebisingan tidak hanya mempengaruhi hewan di darat, tetapi juga menjadi masalah yang berkembang bagi mereka yang hidup di laut. Kapal, bor minyak, perangkat sonar, dan uji seismik telah membuat lingkungan laut yang dulu tenang menjadi keras dan kacau.
Salah satu hewan laut yang paling terpengaruh oleh polusi suara adalah paus dan lumba-lumba. Mamalia laut ini mengandalkan ekolokasi untuk berkomunikasi, bernavigasi, mencari makan, dan menemukan pasangan, dan kebisingan yang berlebihan mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan ekolokasi secara efektif.
Michel Andre, seorang peneliti bioakustik di Spanyol yang merekam suara laut menggunakan instrumen yang disebut hidrofon untuk melakukan penelitian bawah laut. Proyeknya, LIDO (Listening to the Deep Ocean Environment) telah mengumpulkan data di 22 lokasi berbeda.
Analisis yang dilakukan Andre bertujuan untuk menentukan efek kebisingan bawah air terhadap hewan-hewan laut. Andre berharap proyeknya akan menemukan cara untuk melindungi hewan laut dari bahaya kebisingan laut. (Ref)
Baca Juga: