Ini nih, 3 Baju Daerah yang Menang di Upacara HUT Ke-74 RI di Istana Negara

Dwi AstariniDwi Astarini - Sabtu, 17 Agustus 2019
Ini nih, 3 Baju Daerah yang Menang di Upacara HUT Ke-74 RI di Istana Negara
Presiden Jokowi menyerahkan sepeda untuk pemenang baju adat daerah terbaik saat upacara HUT ke-74 RI. (foto: Twitter @setkabgoid)

SEPERTI tahun lalu, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara diwarnai pemberian hadiah untuk tamu dengan pakaian adat terbaik. Tahun ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan nama 3 tamu yang terpilih ialah Nora Tristyana (juara 3) dengan baju adat Lampung, Sultan Gunung Tabur Adji Raden M Bachrul (juara 2) yang mengenakan baju adat Kalimantan, dan Khalidah (juara 1) yang memakai baju dari daerah NTT.

Tampilan ketiganya sungguh berwarna, membuat suasana upacara makin meriah. Yuk, kenali lebih jauh baju adat yang menang di upacara peringatan HUT ke-74 RI.

BACA JUGA: Dulunya Kuliner ini Bentuk Perlawanan, kini Malah Jadi Favorit

1. Baju Adat Lampung

baju adat lampung
Baju adat Lampung menarik dengan hiasan kepala yang megah. (foto: Instagram @excelent_project)

Untuk kaum perempuan, tampilan baju adat Lampung amat meriah, terutama karena hiasan kepalanya yang sangat indah. Nora Tristyana yang merupakan istri Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tampil mengenakan baju adat Lampung dalam nuansa putih.

Untuk perempuan, baju adat Lampung dilengkapi berbagai aksesori yang indah, yakni siger, seraja bulan, subang, perhiasan leher dan dada, tapis, serta perhiasan lengan dan pinggang. Setiap aksesori itu punya makna mendalam.

Siger atau mahkota emas melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Siger memiliki 9 ruji, menandakan bahwa ada 9 sungai besar yang terdapat di Lampung. Siger terbuat dari bahan logam berwarna kuning keemasan, berbentuk gerigi lancip dan di atasnya berlekuku-lekuk.

Seraja bulan merupakan mahkota kecil beruji 3 yang terletak di atas siger dengan jumlah sebanyak 5 buah. Filosofi di balik seraja bulan ialah sebagai pengingat bahwa dahulu ada 5 kerajaan yang sempat berkuasa di Lampung. Selain itu, seraja bulan bisa juga melambangkan 5 falsafah hidup masyarakat adat Lampung, yakni piil pesengiri (rasa harga diri), nemui nyimah (terbuka tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), juluk adek (bernama bergelar), dan sakai sambayan (gotong royong).

Yang juga enggak kalah menarik ialah kain tapis. Kain tradisi itu merupakan kain tenun asli berbenang emas warna-warni. Tapis menjadi unsur kelengkapan pakaian adat. Kain itu dikenakan terutama kaum wanita saat upacara-upacara adat perkawinan maupun penobatan gelar.

2. Pakaian Adat Kustim

baju kustim
Baju Kustim dari suku Kutai. (foto: borneochannel.com)

Pulau Kalimantan punya berbagai pakaian adat, tergantung dari suku dan daerahnya. Di perayaan HUT ke-74 Kemerdekaan RI, Sultan Gunung Tabur Adji Raden M Bachrul hadir mengenakan pakaian dari daerahnya, yakni Kalimantan Timur.


Pakaian adat Kustim berasal dari suku Kutai loh Bornean. Bornean Kustim ini berasal dari bahasa Kutai yang berarti busana.

Busana yang ditampilkan dari Kustim ini sungguh elok dan mewah dibalut dengan bahan dasar beludru hitam yang dipasang dodot rambut bundar berhiaskan lambang wapen. Untuk wanita biasanya dipadukan dengan rambut yang disanggul layaknya adat Jawa.

Baju Kustim terdiri dari dodot rambut bundar berhiaskan lambang wapen. Untuk perempuan biasanya dipadukan dengan rambut yang disanggul layaknya adat Jawa.


3. Baju Adat NTT

baju adat rote
Baju adat Rote dengan ciri khas kain tenun berwarna gelap. (foto: rumahulin.com)

Sama seperti Kalimantan, ada berbagai jenis baju adat di NTT, sesuai dengan sukunya. Khalidah, masyarakat yang diundang ke Istana Negara, mengenakan baju adat suku Rote.

Baju adat dari Suku Rote merupakan perwakilan baju adat NTT yang sudah dikenal di seluruh Indonesia. Pakaian ini dipilih karena keunikan desain serta nilai sejarahnya. Contoh dari keunikan baju adat NTT bisa dilihat dari Ti’i langga.

Keunikan tampilan baju adat ini terletak pada aksesori ti'i langga yang digunakan kaum pria. Ti’i langga merupakan topi yang memiliki bentuk seperti topi khas Meksiko, sombrero. Topi itu terbuat dari bahan daun lontar kering. Ti'i langga merupakan simbol percaya diri serta wibawa jika dipakai oleh laki-laki suku Rote.

Sementara itu, kaum perempuan mengenakan bula molik (bulan sabit) sebagai hiasan kepala. Tak ketinggalan, ada juga sarung, pendi (ikat pinggang wanita) terbuat dari perak/emas, dan habas yang dikalungkan di leher.

Semua aksesori itu berpadu harmonis dengan kain tenun khas NTT yang cenderung berwarna gelap.(dwi)

BACA JUGA: Gaya Anti-Mainstream Rayakan HUT RI: Wisata Museum

#Agustus Nakal
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan