HOROSKOP merupakan ramalan yang didasarkan pada diagram yang menggambarkan posisi matahari, bulan, planet-planet, aspek-aspek astrologis, dan sudut-sudut sensitif pada saat kelahiran anak. Meskipun ilmu astrologi dan horoskop telah dinyatakan sebagai psudosains atau pengetahuan semu sejak berabad-abad lamanya. Namun banyak sekali orang di zaman sekarang yang masih percaya dengan ramalan horoskop ini.
Bahkan, ramalan astrologi dan horoskop menjadi industri bernilai miliaran dolar di beberapa negara. Para ahli menyatakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap ramalan horoskop dan astrologi erat sekali kaitannya dengan sesuatu yang disebut sebagai Efek Barnum. Jadi apa itu efek barnum?
Baca Juga:

Efek barnum adalah fenomena psikologis ketika seseorang menganggap deskripsi tentang diri mereka akurat dan seolah dibuat khusus untuk mereka. Padahal, deskripsi tersebut sebenarnya sangat umum dan bisa diterapkan kepada semua orang.
Sesuatu yang terkait dengan efek barnum pasti menggunakan formula bias kognitif yang disebut subjective validation (validasi subjektif) yang mengacu pada kecenderungan kita untuk berpikir bahwa informasi yang diberikan tentang kepribadian kita adalah tentang kita terlepas dari generalisasinya.
Selain ramalan astrologi dan horoskop, fenomena efek ini bisa kita temukan pada ramalan tarot, tes kepribadian berdasarkan golongan darah, grafologi, pembacaan aura dan lain-lainnya.
Pada jurnal bertajuk The Fallacy of Personal Validation a Classroom Demonstration of Gullibility, Bertram R. Forer melakukan sebuah percobaan klasik yang menunjukkan keberadaan efek ini pada tahun 1948. Dalam percobaan tersebut, ia membagikan teks kepada 39 mahasiswa. Para mahasiswa diberitahu bahwa mereka akan mendapatkan deskripsi kepribadian mereka berdasarkan hasil tes tersebut.
Satu minggu kemudian, Forer memberikan kepada setiap mahasiswa, deskripsi yang seolah-olah ditulis khusus untuk mereka. Hasilnya, kebanyakan mahasiswa merasa bahwa hasil tes kepribadian tersebut akurat, dengan rata-rata penilaian sebesar 4,26 dalam skala dari 0 hingga 5.
Nyatanya, semua mahasiswa tersebut mendapatkan 'deskripsi kepribadian' yang sama. Pada penelitian tersebut, Forer juga menyusun hasil dari 'tes kepribadian' tersebut menggunakan kata-kata yang umum di buku astrologi. Meskipun sebenarnya mereka sudah mendapatkan penjelasan dengan disklaimer yang sama. Namun tetap saja masih banyak orang yang percaya dengan ramalan horoskop dan astrologi, khususnyagenerasi millenial, mengapa begitu?
Baca Juga:

Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association, kanmengungkap bahwa generasi millenial adalah generasi dengan tingkat stres yang paling tinggi sejak 2014. Ini berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap horoskop dan ramalan-ramalan lainnya. Karena ketika seseorang merasa stres, ia membutuhkan cara cepat untuk kabur sejenak dari realita dunia, dan ramalan-ramalan seperti horoskop dan astrologi menawarkan itu.
Dengan kata lain, kita tertarik pada horoskop karena horoskop bisa menjadi pelarian atau pengalihan kita dari rasa stres.
Manusia benci ketidakpastian. Namun sayangnya, realita kehidupan kita sangat penuh dengan ketidakpastian tersebut. Ramalan-ramalan sejenis horoskop bisa seolah-olah memberikan kita kepastian terhadap apa yang akan terjadi dalam hidup. Ini kemudian menjadi faktor lain mengapa banyak orang percaya dan menyukai horoskop. Di dunia yang sering terasa di luar kendali dan terlalu rumit, bisa terasa membumi dan bahkan menenangkan untuk menghabiskan waktu dengan horoskop.
Dilansir dari byrdie.com, Alison Stone, psikolog holistik, menjelaskan bahwa salah satu alasan yang dilakukan astrologi bagi kita adalah menyediakan kerangka kerja untuk memahami perilaku dan kepribadian kita sendiri, bersama dengan perilaku dan kepribadian orang lain.
"Sama seperti beberapa orang menyukai tes kepribadian, yang lain bersumpah dengan astrologi. Ini bisa terasa meyakinkan dan mengandung emosi, dengan cara, memiliki seperangkat prinsip menyeluruh yang memberi makna pada peristiwa dalam hidup kita, atau membantu menyebutkan bagian kepribadian," ungkap Stone. (dsh)
Baca Juga:
Kepribadian Seseorang Bisa Dilihat dari 6 Genre Musik Favorit