Cuan Datang dari Karton Kotak Susu

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 27 September 2022
Cuan Datang dari Karton Kotak Susu
Sampah plastik, organik, dan sisa makanan punya tempatnya masing-masing. (Foto: Unsplash/Kenny Eliason)

JEPANG memberikan banyak inspirasi bagi Kurniati Rachel Sugihrehardja, karib disapa Nia, dan Remy. Ketika tinggal di Jepang, pasangan suami istri ini melihat orang tertib membuang sampah sesuai ketentuan bahannya. Sampah plastik, organik, dan sisa makanan punya tempatnya masing-masing. Termasuk pula karton kotak bekas kemasan susu.

Sampah-sampah itu kemudian diambil dan didaur ulang. Dari sekian banyak sampah itu, kotak susu paling 'bernasib sial'. “Waktu di Jepang, jarang banget pada mau ambil kotak susu,” kenang Remy kepada Merahputih.com saat acara Local Market di Citywalk Sudirman, Jakarta.

Dia dan istri lalu kepikiran untuk mengolah bekas kotak susu jadi produk kreatif dan bernilai jual. Pasangan suami-istri ini pun memulai usahanya pada 2009. Mereka mengambil karton kotak susu yang terbengkalai dan jarang diminati untuk diolah kembali jadi produk yang bisa dipakai tanpa mengubah bentuk aslinya (upcycle).

Baca Juga:

Uniknya Tas Rajut Dari Limbah Pakaian

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh popsiklus (@popsiklus)

Mendapat tanggapan positif dari teman-temannya, Remy dan Nia makin bersemangat. Mereka tak berhenti hanya pada produk buku daur ulang. Mereka mengembangkannya lagi menjadi kotak pensil, card holder, tas, dan lainnya.

Selama membangun usaha itu, Remy dan Nia dibantu oleh beberapa temannya. Sebermula, mereka menamakan usaha itu Bikinbikincraft. Kemudian namanya berganti jadi Popsiklus. Nama ini masih digunakan sampai sekarang dan kian kesohor.

Karena kerja keras mereka mendaurulang sampah, Popsiklus mendapatkan penghargaan Indonesia Handicraft atau Inacraft Awards 2022 yang diinisiasi oleh Unesco untuk pengrajin lokal Indonesia. Mereka menyabet penghargaan dalam kategori produk other materials dan produk upcycle.

Baca Juga:

Hooman.id, Membeli Berarti Berdonasi

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh popsiklus (@popsiklus)

Pasar Popsiklus sudah merambah ke mancanegara, salah satunya ke Jepang. Untuk penjualannya, Posiklus mengandalkan media sosial seperti whatsapp dan instagram. Harga produk Popsiklus bervariasi. Tergantung jenisnya. Card holder dan kotak pensil dipatok Rp125 ribu, sedangkan tas berharga Rp550 ribu.

Perjalanan Popsiklus tak mulus. Kenaikan pajak dan ongkos kirim sempat menghambat. “Ada pembeli dari Jepang, tapi ongkos kirim dan pajak-pajaknya bikin harga barangnya (naik) dua kali lipat dari yang disini. Jadi enggak bisa bersaing sama yang di Jepang,” jelas Remy.

Tapi Remy dan Nia tak patah arang. Mereka terus berusaha menyajikan produk-produk upcycle yang inovatif, kreatif, dan menjangkau lebih banyak orang. Mereka kini sedang mencoba mengolah tutup botol jadi keramik. Tapi kata mereka, produk ini masih dalam proses. Oke, deh. Ditunggu, nih, ya! (yos)

Baca Juga:

Kolaborasi Kampus Perangi Sampah Makanan

#September Warga +62 JUALAIN
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan