Bullying Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental Anak

Soffi AmiraSoffi Amira - Jumat, 16 Februari 2024
Bullying Bisa Berdampak pada Kesehatan Mental Anak

Tindakan bullying dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Foto: Unsplash/Road Ahead

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Studi menunjukkan, bahwa anak-anak yang pernah mengalami bullying atau perundungan di usia 11 tahun, bisa memicu ketidakpercayaan interpersonal yang kuat. Hal itu terjadi seiring bertambahnya usia dan berisiko tiga kali lipat mengalami masalah kesehatan mental saat remaja.

Mengutip Medical Daily, studi yang dilakukan UCLA Health dan University of Glasgow menunjukkan, bahwa ancaman sosial seperti bullying, dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Di mana, membentuk keyakinan bahwa orang lain tidak bisa dipercaya atau dunia bersifat bermusuhan, berbahaya, atau tidak dapat diprediksi.

Baca juga:

Pentingnya Pemeriksaan Awal Kesehatan Mental

Keyakinan tersebut akhirnya menjadi penyebab munculnya masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, hiperaktivitas, dan kemarahan di tahun-tahun berikutnya. Temuan tersebut juga dipublikasikan dalam jurnal berjudul Nature Mental Health.

Sebelumnya, studi itu telah menunjukkan, adanya hubungan potensial antara bullying pada masa kanak-kanak dan masalah kesehatan mental, seperti depresi, penyalahgunaan zat, kecemasan, dan tindakan menyakiti diri sendiri.

Namun, studi saat ini mengonfirmasi bagaimana perundungan menyebabkan ketidakpercayaan dan akhirnya berkembang menjadi masalah kesehatan mental.

Para peneliti juga melakukan evaluasi sampel populasi sekitar 10.000 anak di Inggris, yang menjadi bagian dari Millennium Cohort Study. Hasilnya, anak-anak yang menjadi korban bullying pada usia 11 tahun mengembangkan ketidakpercayaan interpersonal yang lebih besar pada usia 14 tahun.

Baca juga:

5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Generasi Z di Era Digital

Studi menunjukkan korban bullying mengalami masalah mental pada usia 17 tahun
Studi menunjukkan korban bullying mengalami masalah mental pada usia 17 tahun. Foto: Unsplash/Roxy Aln

Studi itu menunjukkan, mereka memiliki kemungkinan sekitar 3,5 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental secara klinis pada usia 17 tahun dibanding dengan yang mengalami ketidakpercayaan yang lebih sedikit.

"Tidak ada topik kesehatan masyarakat yang lebih penting daripada kesehatan mental remaja saat ini," kata pemimpin Laboratorium Penilaian Stres dan Penelitian UCLA Health, Dr. George Slavich.

"Untuk membantu remaja mencapai potensi penuh mereka, kita perlu berinvestasi dalam penelitian yang mengidentifikasi faktor risiko untuk kesehatan yang buruk dan menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam program pencegahan yang dapat meningkatkan kesehatan dan ketangguhan seumur hidup."

Ia pun berharap, temuannya bisa membantu lembaga akademis untuk mengembangkan intervensi baru berbasis bukti. Lalu, dapat mengatasi dampak kesehatan mental negatif dari perundungan.

"Apa yang disarankan data ini adalah bahwa kita benar-benar memerlukan program di sekolah yang membantu membentuk rasa kepercayaan interpersonal pada tingkat kelas dan sekolah, katanya.

"Salah satu cara untuk melakukannya adalah mengembangkan program berbasis bukti yang terutama difokuskan pada transisi ke sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, dan yang menganggap sekolah sebagai kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang erat dan langgeng." (*)

Baca juga:

Kesehatan Mental Anjing Peliharaan Perlu Dijaga, Ini Kiatnya

#Kesehatan #Bullying #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Soffi Amira

Berita Terkait

Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - 1 jam, 51 menit lalu
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Bagikan