KEBAKARAN hutan dan lahan gambut menjadi salah satu momok bagi masyarakat, salah satunya di wilayah Siak, Riau. Kasus kebakaran hutan dan lahan gambut di Siak sering terjadi di sepanjang 2011 hingga 2015. Insiden itu menimbulkan kerugian amat besar.
Gambut nan merupakan tumpukan vegetasi berusia ratusan tahun sejatinya lahan penyimpan banyak karbon. Namun, vegetasi ini mudah terbakar. Oleh karena itu, saat gambut terbakar, terjadi pelepasan karbon sangat tinggi. Karbon terlepas ke udara itu dapat membuat bumi semakin panas dan memperparah perubahan iklim.
Baca Juga:
CEO PT Alam Siak Lestari (ASL) Musrahmad atau akrab disapa Gun mengatakan hidup di area lahan gambut nan rentan kebakaran merupakan suatu fakta tak terelakkan. Hal tersebut memacunya mencari solusi terbaik agar bisa hidup nyaman bersama gambut.

Gambut berisiko terbakar merupakan gambut kering. Salah satu cara untuk memperkecil risiko kebakaran dengan menjaga lahan gambut tetap basah. Dari situlah tercetus model bisnis nan bertujuan bisa membantu masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
"Saya menerapkan budi daya ikan gabus di lahan konservasi gambut dan area sekat kanal. Hal ini terwujud berkat gotong royong antara Pemkab Siak, masyarakat sipil, sektor swasta, dan orang-orang muda," jelas Gun pada keterangan pers kepada merahputih.com.
Sebelum memutuskan untuk membudidayakan ikan gabus, Gun beserta tim mengenali budaya warga Siak atau orang Melayu nan kerap memanfaatkan protein tinggi pada ikan gabus untuk membantu proses pemulihan kesehatan, khususnya bagi ibu setelah bersalin.
Saat menyadari banyak ikan gabus ditangkap liar dari perairan lahan gambut, Gun dan sejumlah mitra Siak Hijau berusaha mendalami berbagai spesies endemik gabus di habitat gambut, seperti jenis toman dan lompong.
Dengan riset mendalam tentang kandungan dalam ikan gabus, mereka menemukan ikan gabus dari habitat gambut mengandung albumin tinggi, lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah albumin hewan lain.
Baca Juga:
Hal tersebut membuat Alam Siak Lestari memutuskan bereksperimen dengan budidaya dan ekstraksi ikan gabus dengan produk turunan kesehatan melalui program Healthy Ecosystem Alternative Livelihood (HEAL) Fisheries.
Program tersebut diharapkan bisa memotivasi warga dan desa untuk memelihara gambut tetap basah. Tentunya memunculkan mata pencaharian baru nan menjanjikan dari hasil olahannya.
Menariknya, ketika masuk ke pengolahan proyek HEAL Fisheries, seekor ikan gabus pulang hanya tinggal nama. Setiap bagian tubuhnya sampai sekecil apa pun akan dimanfaatkan secara maksimal. Tak ada bagian ikan gabus terbuang percuma.
Setelah albumin diekstrak, daging ikan tetap utuh kemudian diolah menjadi tepung mengandung protein tinggi. Selain albumin, ikan gabus mengandung banyak protein lain, seperti omega 3 dan omega 9. Tepung tersebut diolah lagi menjadi makanan berprotein tinggi.
"Kami punya produk turunan protein ball. Ada juga cookies dari tepung ikan gabus, daun kelor, dan gula aren. Produk itu tinggi peminat. Kulitnya diolah menjadi gelatin, yang kemudian diubah menjadi bahan plastik ramah lingkungan yang bahkan bisa dimakan. Nah, isi perut dan kepala ikan dijadikan pupuk cair dan pupuk padat. Sebagian juga diolah menjadi kecap ikan yang berkualitas baik," jelas Gun.

Tidak hanya bertujuan menyelamatkan lingkungan, Alam Siak Lestari juga dibentuk untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
"Kami ingin memastikan, saat perusahaan ini berjalan, pendapatan, keuntungan, serta hal-hal diperoleh dari proses tersebut harus kembali lagi kepada masyarakat. Kami ingin kesejahteraan masyarakat meningkat," ujar Gun.
Ekosistem usaha pun meningkat, meliputi masyarakat nan terlibat dalam setiap proses produksi, pemilik lahan nan lahannya digunakan untuk budi daya ikan gabus, dan masyarakat terpapar dalam operasional perusahaan.
"Bagi orang muda, ini menjadi hal yang penting. Mereka tinggal di lingkungan mereka sendiri, rumah dekat kantor, makan bisa di rumah, tapi standar gajinya disamakan dengan standar Jakarta. Artinya, mereka tidak harus ke Jakarta untuk jadi keren," ujar Gun. (Ryn)
Baca Juga:
Ritel Perlengkapan Rumah Tangga Ini Berbagi Ratusan Peralatan untuk UMKM