BERMUSIK sambil menampilkan budaya Indonesia jadi kombinasi apik. Bukan soal musikalitas atau dandanan, melainkan gabungan antara alat musik khususnya gitar dengan motif batik. Batiksoul Guitars hadir secara khusus menggabungkan dua hal tersebut.
Pendiri Batiksoul Guitar Guruh Sabdo Nugroho mengatakan usaha dirintis sejak 2011 di Solo tersebut ingin membuat gitar butik kelas dunia berciri khas Indonesia. Ia lantas memilih Batik nan sudah menjadi trademark produk budaya Jawa mendunia pada gitar buatannya.
"Dulu saya pakai untuk mengangkat brand saja, biar eksposur ke luar lebih mengangkat jadi enggak semua gitar dibuat bermotif batik," ujar Guruh, melansir laman ANTARA, Sabtu (26/3).
Baca juga:

Dalam proses pembuatannya semua dilakukan secara handmade, menggabungkan teknik tradisional dan teknik standar luthier (istilah untuk pembuatan gitar dunia). Guruh mengaplikasikan teknik batik tradisional pewarna alam pada media premium tonewood di instrumen gitar, khususnya gitar akustik.
"Sampai saat ini, baru Batiksoul gitar bermotif batik benar-benar motif batik bukan digambar, tapi dengan batik tulis pewarna alam," lanjutnya.
Gitar kreasinya tidak jual secara massal. Hanya dibuat satu unit dan memiliki sertifikat. Gitar dijual mulai dari harga USD 2.500 sampai USD 5.000 atau sekitar Rp 35 juta sampai Rp 70 juta untuk seri eksklusif.
Sementara seri premium mulai dari USD 1.200 sampai USD 1.600 atau sekitar Rp 17 juta sampai Rp 22 juta, dan premium gitarlele USD 750 sampai USD 1.000 atau sekitar Rp 10 juta sampai Rp 14 juta. Sedangkan untuk premium ukulele mulai dari USD 650 sampai USD 8650 atau sekitar Rp 9 juta sampai Rp 12 juta.
Produk Batiksoul Guitar sudah dipasarkan ke 20 negara, termasuk Singapura, Malaysia, Thailand, Amerika Serikat, Prancis, Italia, dan Belanda. Deretan musisi ternama Tanah Air pernah menggunakannya gitar bermotif batik tersebut, seperti Tohpati, Franky Sihombing, Ras Muhammad, Adera, hingga Tantowi Yahya. Bahkan menjadi salah satu koleksi gitar dari Barack Obama dan Presiden Joko Widodo.
Baca juga:

Di masa pandemi, Guruh mengatakan penjualan Batiksoul ke pasar luar negeri justru mengalami peningkatan. Di 2020-2021, permintaan gitar terus berdatangan khususnya dari musisi menerapkan sistem bekerja dari rumah. Sedangkan untuk pasar lokal justru menurun tajam karena sangat terdampak pandemi COVID-19.
"Kelas gitar itu kan ada segmen-segmennya sendiri. Kalau bagi orang luar negeri mungkin enggak terasa bagi mereka karena sudah biasa dengan barang-barang seperti ini. Beda dengan target marketnya menengah ke bawah," kata Guruh.
Guruh terus berinovasi dalam segi model agar tidak menimbulkan kebosanan bagi kolektor atau pengguna. Ia juga mengaku terus mempertahankan kualitas dari gitar buatannya. Sebab, di era digital dan media sosial, kesalahan kecil bisa menjadi besar dan berdampak pada penjualan. (and)
Baca juga: