Anak Muda Jangan Sampai Dikendalikan Media Sosial


Batasi dirimu bermain media sosial. (Foto: Unsplash/Meghan Schiereck)
KETIKA bosan dan tidak ada kerjaan, sebagian besar anak muda biasanya menghabiskan waktu bermain media sosial, entah untuk mendapatkan informasi atau sekadar melihat Instagram Story teman. Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Analisa Widyaningrum mengatakan penting bagi masyarakat, terutama generasi muda untuk mengontrol penggunaan media sosialnya.
"Generasi muda ini adalah generasi yang paling banyak menggunakan media sosial, sehingga perlu disertai growth mindset dan pikiran kritis dengan baik. Informasi-informasi yang didapatkan, harus mampu kita pikir, kita cek apakah info ini valid, dan memberikan pengaruh baik bagi kita," kata Analisa mengutip laman ANTARA.
Menurutnya, resiliensi itu perlu diasah dan kita juga harus beradaptasi dengan cepat dan mengontrol emosi. Sebagai pengguna tentu kita memiliki kontrol penuh dengan informasi yang ada di media sosial.
"Kontrol tersebut dapat didapatkan ketika pengguna memiliki kesadaran diri penuh terhadap apa yang dipikirkan, rasakan, dan lakukan. Menurutnya, akan berbahaya jika pengguna tidak sadar dan tidak mampu mengontrol pengguna media sosialnya," ujarnya.
Ia memaparkan sebuah riset yang menyatakan ketika seseorang menggunakan media sosial secara berlebih, rupanya dapat memunculkan sebuah kondisi psikologis.
Baca juga:
Cara Move On Dari Kecanduan Media Sosial, Nomor 3 Solusi Terbaik!

"Kalau penjelasan klinisnya, ini berpengaruh pada neotransmiter atau sistem kerja otak di kepala kita pada saat melihat sesuatu yang relate dengan apa yang kita rasakan, kita merasakan dopamine, dan ada semacam adiksi juga," jelas Analisa.
"Misalnya, ketika kita post sesuatu, dapat likes dan komen, itu juga meningkatkan kadar dopamine kita. Kalau ini berlebih, ini bisa tidak bisa kita tanggulangi dan bisa menjadi fenomena lain seperti fear of missing out (FOMO), hingga merasa dibenci atau di-bully," tuturnya.
Baca juga:

Salah satu hal yang dirasakan adalah istirahat sejenak dari layar ponsel dan media sosial. Namun menurutnya, rehat sebentar bukanlah jaminan.
Perempuan yang juga merupakan pendiri dari Analisa Personality Development Center (APDC) itu lebih menyarankan pengguna media sosial untuk membuat nilai hidup yang bisa dipegang.
"Jadi, perlu kita pilah lagi. Banyak hal yang bisa kita dapatkan, tapi carilah yang sesuai dengan value kita dan optimalisasi manfaatnya. Ingat, bahwa kita lah yang mengontrol," kata Analisa.
"Hal lainnya adalah menerima kenyataan bahwa kita itu tidak apa-apa kok, ketinggalan. Kadang-kadang yang bikin stres kan ketika kita merasa 'Kok teman aku sudah seperti ini' dan lainnya. Itu yang harus kita sadari kalau hidup bukan perkara kecepatan, tapi tentang bagaimana kita bertahan dalam situasi yang kita tidak nyaman," tutupnya. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Bocoran Warna Xiaomi 17 Series Terungkap, Segera Meluncur 25 September

iPhone Air Lebih Awet dari Samsung Galaxy S25 Edge, Bisa Bertahan hingga 9 Jam!

Xiaomi 17 Series Meluncur 25 September, Bawa Chipset Snapdragon 8 Elite Gen 5

Spesifikasi OPPO Find X9 Mulai Bocor, Sudah Muncul di Database NBD Vietnam

iPhone 18 Pro Berencana Adopsi Desain Semi-transparan, Jadi Keputusan Paling Berani?

Vivo X300 Bakal Jadi Pesaing iPhone 17, Punya Fitur Mirip AirDrop

Casing Samsung Galaxy S26 Ultra Bocor, Desain Barunya Jadi Sorotan

Gucci, Balenciaga, dan Alexander McQueen Diretas, Hacker Sandera Data Pribadi Pelanggan

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia
