5 Jenis Hujan Teraneh di Planet-Planet, dari Besi hingga Berlian


Setiap planet memiliki kondisi tanah dan gas yang berbeda-beda. (Foto: Pixabay/PIRO4D)
AKTIVITAS hujan air terjadi karena adanya proses presipitasi. Air sungai yang menguap akan menjadi embun dan berkumpul di langit membentuk awan. Proses tersebut dinamakan siklus hidrologi. Hal ini terjadi tidak hanya di planet Bumi.
Banyak sekali jenis hujan yang terjadi di planet yang berada di tata surya. Bukan saja berbentuk air, tetapi zat kimia atau benda yang diciptakan secara alami di planet tersebut. Jika dibayangkan akan terasa menyeramkan bercampur kagum.
Baca Juga:
Setiap planet memiliki kondisi tanah dan gas yang berbeda-beda. Terbentuk secara alami karena zat yang dikandungnya. Hanya beberapa yang berhasil diketahui oleh para pengamat tata surya. Berikut ini 5 jenis hujan unik yang terjadi di berbagai planet di alam semesta dikutip Steemit.
1. Hujan air

Salah satu planet yang menghasilkan hujan air yaitu bumi. Terkhususnya di Indonesia, terbagi jadi tiga di antaranya hujan frontal, hujan orografis, dan hujan zenith dengan proses yang berbeda-beda. Umumnya, hujan berawal dari sinar matahari yang mengantarkan energi panas melalui proses evaporasi. Berasal dari dalam bumi seperti laut, danau atau sungai menghasilkan uap air dan terangkat ke udara untuk diproses secara kondensasi.
Proses ini mengubah embun dari suhu uap air. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak dan padat hingga membentuk jadi awan. Udara langit atau biasa disebut angin menggerakan awan yang membawa butiran air menuju suhu yang lebih rendah. Kumpulan awan ini bergabung menjadi awan besar kelabu atau disebut mendung.
2. Hujan besi

Dari seluruh planet, Ogle-TR-56b merupakan planet Jupiter Panas terjauh yang pernah ditemukan pada 2003. Memiliki suhu permukaan hingga 200 derajat celcius, planet ini terbuat dari atom besi. Beberapa astronom mengabarkan hujan besi disebut sebagai bintang gagal berbentuk sangat besar, tetapi terlalu kecil untuk bintang.
3. Hujan asam sulfur

Salah satu planet yang menghasilkan hujan besi adalah Venus. Memiliki ukuran, massa, komposisi, dan berdekatan dengan matahari. Atmosfer Venus terdiri dari 96,5 persen karbon dioksida dan 3,5 persen nitrogen, 93 kali lipat daripada atmosfer bumi. Demikian seperti yang dilansir Zme Science.
Venus memiliki kandungan CO2 yang dihasilkan dari suhu planet mencapai 462 derajat celcius, asam sulfat, dan tetesan sulfur dioksida. Atmosfer Venus membentuk awan buram yang terbuat dari asam sulfat. Konsentrasi sulfur dioksida dihasilkan dari belerang letusan gunung berapi.
Baca Juga:
4. Hujan kaca

HD 189733b merupakan planet ekstrasuraya yang memiliki jarak 63 tahun cahaya dari tata surya. Pertama kali ditemukan pada tahun 2005. HD 189733b mengorbit tiap 50 jam sekali. Diperkirakan suhu planet ini lebih dari seribu derajat celcius sehingga menghasilkan hujan horizontal. Arah hujan ini dikarenakan terhempas angin kencang.
Planet ini menurunkan hujun kaca. Hal ini dikarenakan suhu panas yang membuat permukaan kering sehingga memungkinkan atmosfernya membentuk magnesium silikat (MgSiO3) atau disebut kaca.
5. Hujan berlian

Umumnya, manusia merasakan hujan air yang membasahi bumi. Berbeda dengan planet Saturnus, Neptunus, Jupiter dan Uranus yang menurunkan hujan berlian. Planet-planet ini memiliki tekanan dan suhu yang mengandung karbon sehingga membentuk berlian yang memesona. Hal ini dikarenakan badai petir yang mengubah metana jadi karbon yang mengeras membentuk potongan-potongan grafit, barang tambang menyerupai arang batu. Selanjutnya, berubah menjadi berlian.
Ukuran berliannya bisa mencapai satu sentimeter. Hampir setiap tahunnya, planet Saturnus menurunkan seribu ton hujan berlian, seperti dilansir BBC.
6. Hujan metana

Bulan terbesar Saturnus atau biasa disebut titan, jadi satu-satunya satelit alami yang memiliki atmosfer padat dan benda cair. Terdapat lautan cair yang terbuat dari hidrokarbon, danau, gunung, kabut, samudera air bawah tanah, dan hujan metana di titan. Tak berbeda jauh dengan bumi, titan juga memiliki iklim seperti angin dan hujan. Permukaan yang serupa meliputi bukit pasir, sungai, danau, laut, metana cair dan delta.
Titan mendapat radiasi matahari seratus kali lipat daripada suhu bumi. Hal ini menghasilkan hujan metana cair dan mengikis lapisan es. Memungkinkan terjadi banjir bandang atau gersang. (Dys)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar Masih Akan Diguyur Hujan pada Kamis, 11 September 2025

Warga NTT Diminta Waspada Cuaca Ekstrem hingga Timbulkan Bencana Hidrometeorologi

Diharapkan Hujan Tidak seperti di Bali hingga Sebabkan Banjir, BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca di Jawa Timur

Prakiraan BMKG: Hujan Akan Turun di Sebagian Besar Kota di Indonesia Termasuk Disertai Petir pada Rabu, 10 September, Waspada Gelombang Tinggi

Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan Ringan Selasa, 9 September 2025

Prakiraan BMKG: Hujan Turun di Sebagian Jakarta pada Selasa Sore hingga Malam

Prakiraan BMKG: Mayoritas Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan pada Jumat, 29 Agustus 2025

Prakiraan BMKG: Hujan Ringan di Sejumlah Kota pada Kamis, 28 Agustus, Lainnya Berawan Tebal

Prakiraan BMKG: Hujan Ringan Masih Turun di Sejumlah Kota pada Rabu, 27 Agustus 2025, Lainnya Cerah hingga Berawan Tebal

Prakiraan BMKG: Hujan Ringan Turun di Sebagian Besar Kota pada Selasa, 26 Agustus
