MerahPutih.com - Pertumbuhan ekonomi di negara-negara zona euro tercatat turun 0,1 persen di masing-masing dua kuartal terakhir.
Kondisi ini, membuat 20 negara zona euro mengalami resesi ringan pada awal tahun ini. Hal tersebut menurut data yang dirilis Kamis (8/6) oleh Eurostat atau kantor statistik Uni Eropa (UE).
Baca Juga:
Masyarakat Eropa Masih Rasakan Inflasi Tinggi
Eurostat mencatat, pertumbuhan ekonomi terganggu oleh harga pangan dan energi yang tinggi, jaringan perdagangan yang terganggu, dan ketidakstabilan, yang semua dampak tersebut besar dari konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Ekonomi zona euro mengalami kontraksi yang jauh lebih dramatis masing-masing sebesar 3,1 persen dan 11,5 persen, selama dua kuartal pertama tahun 2020, sebelum berkembang sebesar 12,4 persen pada kuartal ketiga tahun itu.
Berbeda dengan sedikit kenaikan yang diprediksi oleh para ekonom, kontraksi ekonomi zona euro pada kuartal pertama tahun ini sebagian besar tidak terduga.
Ekonomi terbesar zona euro gagal menunjukkan cukup pendorong untuk pertumbuhan yang lebih baik.
Jerman memasuki resesi pada kuartal pertama, setelah menyusut 0,5 persen pada kuartal terakhir 2022 dan 0,3 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Pertumbuhan di Prancis datar pada kuartal terakhir 2022, diikuti dengan pertumbuhan 0,2 persen pada awal tahun ini.
Italia, sementara itu, ekonominya menyusut 0,1 persen pada akhir 2022, sebelum pulih ke pertumbuhan 0,6 persen pada awal tahun ini - tingkat pertumbuhan tercepat di antara ekonomi utama UE.
Komisi Eropa masih memprediksi ekonomi Uni Eropa akan tumbuh sebesar 1,1 persen tahun ini dan 1,6 persen pada tahun 2024, angka keduanya sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. (*)
Baca Juga:
Tingkat Inflasi Mulai Melemah