Kisah Mistis di Balik Pesona Curug Seribu

Rabu, 09 November 2016 - Ana Amalia

MerahPutih Wisata – Seperti diketahui, pesona alam Curug Seribu yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) Salak, Bogor, Jawa Barat, memang tiada santirannya. Namun, dibalik keindahan curug terbesar di sekitar TNGH Salak itu, ternyata menyimpan rentetan cerita mistis yang dialami beberapa pengunjung di sana.

Dengan melewati jalan setapak yang terjal dan berbatu, beberapa pohon besar bertumbangan, ditambah keheningan kawasan tersebut memang sudah membuat bulu kuduk sedikit naik.

Kesan mistis memang sudah mulai terasa saat kami sudah berada persis depan curug yang besar dan dihimpit lembah itu.

Berdasarkan penuturan salah satu penjaga warung, Pak Dadang, di sekitar lokasi curug memang banyak pengunjung yang menceritakan pengalaman mistisnya.

“Ada juga mata air keramat. Jangan sesumbar kalau berada di sana. Pernah ada yang kerasukan,” tutur Pak Dadang di warung kopinya, Rabu (9/11).

Kisah lainnya, kata Dadang, dari beberapa anak kampus, salah satu universitas swasta di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa ada kejadian aneh saat berada di lokasi.

“Anak IISIP bersama tiga temannya sedang asyik merekam keindahan Curug Seribu. Anehnya, saat mereka memutar kembali rekaman tersebut, air terjun itu malah airnya naik ke atas, bukan jatuh ke bawah. Dan ketika mereka ingin merekam area atas curug, katanya seperti ada yang menggerakkan kamera ke bawah,” kata Dadang.

Dan yang lebih anehnya lagi, Dadang menuturkan bahwa saat memutarnya kembali di warungnya, semua rekaman itu kembali normal.

“Bagi kami, tidak aneh. Di sana memang ada yang ‘jaga’. Tidak boleh sembarangan,” imbuhnya.

Selain itu, Dadang juga mengungkapkan bahwa untuk berkunjung ke Curug Seribu dibatasi oleh waktu. Para pengelola dan warga menyarankan para pengunjung untuk tidak berada di sekitar curug di atas pukul 16.00 WIB. Bahkan, warga sendiri pun belum ada yang berani untuk berada di sana saat menjelang senja.

“Takut kena tulah atau kesurupan. Pernah ada orang kerasukan dan bilang kepada kami untuk tidak boleh sampai maghrib di sana. Dan jangan ke tempat yang dilarang. Tamu harus menghormati ‘tuan rumah’ kalau mau aman. Jangan sembarangan,” ungkapnya.

Meski demikian, ia juga menjelaskan bahwa jika kita dapat menjaga sikap dan ucapan, tidak akan terjadi apa-apa dan selamat sampai balik ke rumah.

“Sebenarnya, di mana pun hutan atau gunung, kita memang tidak boleh berucap atau berprilaku sembarangan. Ada tulah,” jelasnya.

Karena itu, ia pun mengimbau kepada para pengunjung untuk selalu menjaga sikap demi kenyamanan dan keamanan bersama. (Ard)

BACA JUGA:

  1. Harya Suraminata, Seniman yang Dekat dengan Anak Muda
  2. Asyik, Kebun Raya Kuningan Dibuka Kembali Awal Tahun
  3. Kereta Api Ranggajati Express Cirebon-Jember Resmi Beroperasi
  4. Jadwal Kereta Api Daop III Kembali Normal
  5. Gerbong Kereta Anjlok di Subang, Jadwal Kereta Api Jadi Kacau

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan