Aktif Bergerak dalam BOKS untuk Cegah Diabetes pada Anak
PULUHAN anak dari berbagai ras dan daerah nampak tertawa bahagia dalam sebuah video berdurasi kurang lebih 2 menit. Mereka bermain bersama, melempar pesawat kertas, dan berkejar-kejaran. Tawa mereka seakan tak kalah cerah dari pendaran warna kuning yang menghiasi lantai 2 Bale Nusa, Jakarta Selatan. Video singkat itu seakan ingin mengatakan kepada penonton kalau aktif bergerak bisa membawakan kebahagiaan.
Video tersebut ditayangkan pada Peluncuran Program BOKS Sun Life & Wahana Visi Indonesia, Senin (14/11). Acara ini dilangsungkan bertepatan dengan Hari Diabetes Sedunia. Seperti namanya, dalam acara kali ini ada sebuah program bernama BOKS yang diperkenalkan dan disebut sebagai langkah awal untuk kemajuan anak Indonesia.
Baca Juga:
BOKS adalah singkatan dari Build Our Kids' Success. Program ini ditujukan untuk menghadirkan sebuah rangkaian kegiatan fisik yang bertujuan untuk mengajak anak aktif bergerak. Secara spesifik, program BOKS bekerja sama dengan berbagai sekolah dasar di Jakarta dan Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
"Program BOKS ini didesain untuk memastikan program fisik pada anak-anak. Harapannya mereka bisa memahami pentingnya kegiatan fisik bagi anak-anak, sehingga mereka paham kegiatan fisik itu bisa dilakukan di mana saja," ungkap Ministry Quality and Impact Director dari Wahana Visi Indonesia Mitra Tobing.
Di Indonesia, program ini telah berjalan sejak 2021. Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang menerapkan program ini bagi anak-anak. Di luar sana, ada sederet negara maju yang turut menerapkan BOKS. Misalnya Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat.
Salah satu motivasi utama mengapa Sun Life dan Wahana Visi Indonesia menghadirkan BOKS adalah karena mereka sadar bahwa angka aktivitas fisik yang aktif di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini didukung oleh report card 2 tahunan yang disampaikan oleh Agus Mahendra, Country Leader dari Active Healthy Kids Indonesia (AHKI).
Report card, seperti namanya, adalah laporan yang dinilai dari seberapa aktif dan seberapa maju fasilitas olahraga di Indonesia. Mengejutkannya adalah secara rata-rata Indonesia masih berada di level F atau paling rendah. Hanya 20 persen anak Indonesia yang bergerak fisik secara aktif tiap harinya. Bergerak aktif di sini dinilai dari 60 menit kegiatan harian yang memaksa otot serta jantung untuk bekerja secara optimal. Di negara lain, setidaknya anak-anak melakukan kegiatan olahraga lima hari dalam seminggu. Sedangkan Indonesia hanya sehari dalam seminggu.
Baca Juga:
Report card ini merupakan produk AHKI yang kini dinaungi oleh organisasi global Active Kids Global Health Alliance (AKGHA). Tujuannya tentu menilai seberapa aktif anak di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain. Harapannya, Indonesia dapat mendorong anak dan generasi muda Tanah Air untuk lebih aktif bergerak. Baik itu dalam bidang olahraga ataupun kegiatan sehari-hari.
Nah, BOKS mencoba menerapkan konsep tadi ke dalam programnya. Misalnya dengan mengajak anak-anak di 50 sekolah dasar terpilih untuk melakukan banyak kegiatan fisik, seperti permainan tradisional atau olahraga di sekolah. BOKS juga sebisa mungkin selalu menyisipkan kegiatan jasmani dalam pelajaran lain seperti matematika.
Hal ini bertujuan agar anak merasa antusias dan tidak bosan, serta tubuhnya sehat kala belajar. Program ini pun menuai respons positif dari para murid karena mereka merasa semakin semangat ketika harus pergi ke sekolah dan menantikan permainan apa yang akan diajar hari ini. Harapannya, program ini tak hanya berlaku di sekolah dasar terpilih saja. Namun juga menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.
Kegiatan fisik tak melulu harus tentang olahraga seperti basket, bulu tangkis, dan voli. Apalagi mengingat tak semua sekolah mampu menyediakan alat olahraga yang cukup. Oleh sebab itu, guru bisa menyiasatinya dengan permainan kreatif selama itu melibatkan gerakan fisik.
Head of Branding & Communications Sun Life Indonesia Wennyta Soebroto menjelaskan bahwa kegiatan fisik secara aktif dan rutin akan membuat anak terhindar dari diabetes tipe 2. Diabetes jenis ini biasanya muncul karena pola hidup yang tidak sehat, salah satunya kurang bergerak. Kurangnya aktivitas fisik dapat mengarah pada penumpukan gula darah pada anak. (mcl)
Baca Juga: