Skandal Pengaturan Skor Tenis Juga Terjadi di Indonesia


Ilustrasi Tenis (Foto: californiasportssurfaces)
MerahPutih Olahraga - Skandal suap pengaturan skor yang kini melanda kompetisi tenis dunia, rupanya tidak mengejutkan Indonesia. Pasalnya, hal serupa juga pernah terjadi.
Diutarakan Mantan Wakil Sekretaris Jederal (Wasekjen) Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PP Pelti) sekaligus pengamat tenis, Ferry Raturandang, hal tersebut dominan terjadi di level senior. Hanya saja ditegaskannya, alasan utamanya tidak selalu karena uang.
"Misalnya saya lawan anda, dan berasal dari klub yang sama. Akhirnya, salah satu pemain diminta atau dengan inisiatif sendiri mengalah untuk membantu pemain lainnya. Begitupun jika pelatih melawan pemainnya. Sehingga, unsur sportifitas dalam olahraga menjadi diabaikan. Padahal yang seharusnya, siapa pun lawannya kita harus fight," ujarnya kepada merahputih.com.
Sedangkan yang berlatar belakang untuk mencari uang, juga banyak terjadi. Selain adanya keinginan dari pemain, ditambahkannya, yakni karena munculnya dorongan dari pihak luar. Misalnya saja, dilanjutkan Ferry, yakni dari unsur pelatih, tim manajer, dan bandar-bandar judinya.
"Pengaturan skor seperti itu, marak terjadi lima sampai sepuluh tahun lalu. Tapi sekarang, saya sudah tidak mendengarnya. Tetapi, tidak semua pemain bisa disamaratakan. Sebab, banyak juga yang berjuang sunggug-sungguh," tutur promotor tenis remaja tersebut.
Meski begitu, Ferry menolak mamaparkan ajang tenis yang dimaksud tersebut. Hanya saja digambarkannya, praktek-praktek pengaturan skor cenderung terjadi di babak final.
Apalagi menurutnya, laporan yang ada tidak pernah ditindaklanjuti dan hanya menjadi buah bibir saja.
"Biar tidak rugi, akhirnya ada pemain yang sengaja kalah agar hadiah juara satu dan dua, bisa dibagi rata," kisahnya.
"Selain itu, kalau sistem mainnya setengah kompetisi, prakteknya mudah sekali dilihat. Tapi, tujuannya bukan semata-mata karena uang, melainkan untuk menghindari lawan. Istilahnya, bagian dari strategi dan itu pasti terjadi. Hal semacam itu, bisa terjadi di level junior ataupun senior. Terutama di seleksi nasional, para pemain yang berasal dari satu klub untuk saling mendukung," tutupnya.
Ribut-ribut soal tersebut, bermula dari Asosisasi Tenis Profesional (ATP) yang diklaim telah menerima laporan sejak 2008, tapi tidak pernah ada penyelesaiannya. Kemudian, ATP pun pernah membentuk badan penyelidik pada 2007, karena curiga dengan skor pertandingan antara petenis Rusia, Nikolay Davydenko dan petenis Argentina Martin Vassalo Arguello.
Sekalipun keduanya dinyatakan tidak bersalah, tapi investigasi berkembang dan untuk melihat keterlibatan para penjudi dengan petenis papan atas.
Tim penyelidik menemukan tiga pertandingan tersebut terjadi di turnamen Wimbeldon dan ada 28 pemain terlibat. Di antaranya, 16 pemain pernah berada di ranking 50 besar dunia, termasuk seorang pemenang Grand Slam. (esa)
BACA JUGA:
Bagikan
Rendy Nugroho
Berita Terkait
Petenis Muda Indonesia Janice Tjen Catat Sejarah Baru Tembus Ranking 100 WTA

KPK Kembalikan Toyota Alphard Milik Immanuel Ebenezer, Ternyata Mobil Sewaan

KPK Beberkan Keterkaitan Abdul Halim, La Nyalla, dan Khofifah dalam Kasus Suap Dana Hibah Jatim

KPK Tahan Tersangka Penyuap Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan

KPK Tangkap Tersangka Penyuap Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan di BSD

Bupati Pati Sudewo Irit Bicara Usai Diperiksa KPK 5 Jam terkait Kasus Korupsi Proyek DJKA

Janice Tjen jadi Runner-up di WTA 250 Sao Paulo: Sukses Tembus Peringkat 103 Dunia dan Ukir Sejarah Baru bagi Tenis Indonesia

Petenis Indonesia Janice Tjen Lolos ke Final WTA Sao Paolo, Mengikuti Jejak Legenda Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja

KPK Tahan Putri Eks Gubernur Kaltim Awang Faroek Terkait Suap Tambang Rp 3,5 M

Melaju ke Semifinal AS Terbuka, Novak Djokovic Joget ‘Soda Pop’ dari KPop Demon Hunters’ sebagai Hadiah Ultah sang Putri
