Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah, Silat yang Ajarkan Rendah Hati


Toyib, salah satu pengajar di Perguruan Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah, Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Foto: MerahPutih/Muchammad Yani)
MerahPutih Budaya - Saling Asah, Asih dan Asuh, seperti itulah yang diajarkan para guru di Perguruan Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah. Filosofi itu pun diabadikan dengan tiga buah kancing yang tertempel di pakaian silat mereka.
Toyib, salah satu pengajar Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah menjelaskan tiga buah filosofi memiliki makna yang sangat besar. Asah misalnya, pada kata tersebut seorang murid harus selalu belajar kepada seorang guru. Pantang menyerah pun seakan melekat pada kata itu.
Asih menjelaskan bila semua orang memiliki derajat yang sama. Tak ada seseorang yang lebih hebat sehingga saling menghormati sangat ditekankan pada kata Asih. Sedangkan Asuh menggambarkan setiap orang yang belajar harus bisa menjadi guru. Makna tersebut sangat mendalam agar seseorang dapat merasakan bagaimana tanggung jawab seorang guru.
"Karena menjadi guru itu sangat sulit. Biar mereka merasakan bagaimana menjadi sulitnya seorang guru," ucap Toyib di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan beberapa hari yang lalu.
Pada awalnya silat Beksi dibawa oleh seseorang bernama Lie Ceng Oek yang berasal dari Tiongkok Utara. Saat Lie Ceng Oek menetap di Kampung Dadap, Tangerang, ia mengajarkan ilmunya kepada warga Betawi bernama Marhali.
"Dari Kong Marhali turun ke bapak Haji Ghozali dan dari Kong Ghozali turun ke guru besar kami Kong Haji Hasbullah. Lalu turun ke anaknya yaitu Babeh Sabeni Masir selaku guru besar kami," tutur Toyib.
Silat ini memiliki ciri khas kepalan tangan terbalik di setiap jurus. Ciri khas lainnya adalah sabuk warna hijau yang dipakai. Berbeda dengan ilmu beladiri lain yang memperlihatkan jenjang pendidikannya melalui warna sabuk, di Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah kita hanya akan melihat sabuk berwarna hijau. Sabuk ini juga menggambarkan kesetaraan pada Silat Beksi Tradisional Haji Hasbullah.
"Untuk tingkatan tergantung kepenguasaan mereka, enggak tergantung umur. Kalau sabuk kita tetap hijau karena kita berpikir kalau pergantian sabuk perlu biaya. Kita memandang orang tua kita dan mereka saling membutuhkan," katanya. (Yni)
BACA JUGA:
- Pertunjukan Silat Meriahkan Lebaran Betawi Tangsel 2016
- Silat Rantai Emas Beksi Marhali Bertahan Sejak Penjajahan Belanda
- Festival Palang Pintu 2016 Hadirkan Perguruan Silat Se-Jakarta
- Peguron Paku Silat Banten yang Lebih Tersohor di Lampung
- Silat Beksi Akan Dimasukkan ke Kurikulum Sekolah di Tangerang
Bagikan
Berita Terkait
Duet Maut Iko-Eko Guncang Istana Negara, Aksi Pencak Silatnya Bikin Prabowo 'Ngangguk-Ngangguk' dan Jutaan Pasang Mata Ternganga

Tampilkan Tarian Silat Wajah Budaya Indonesia, Etoile Dancer Bersinar di OCA General Assembly 2025

Pencak Silat Diprediksi Bakal Dipertandingan di Olimpiade Los Angeles 2028

Reaksi Prabowo saat Tahu 4 Ribu Anak Muda di Mesir Menggeluti Pencak Silat

Indonesia Bakal Atraksi di Pembukaan Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-20

170 Atlet Pencak Silat Indonesia Siap Berlaga dalam Kejuaraan Dunia di Abu Dhabi

DRX jadi Apparel Tim Pencak Silat Indonesia di Ajang '20th World Pencak Silat & Junior Championship'

Momen Prabowo Swafoto Bersama Bintang Bulu Tangkis Greysia Polii di Paris

Didampingi Ketua NOC Indonesia Hingga Menpora, Prabowo Beri Semangat Atlet Pencak Silat

13 Pesilat PSHT Tersangka Pengeroyokan Polisi, 2 Pelaku Masih di Bawah Umur
