Shinta Ratri, Jadi Waria Sejak SD hingga Pimpin Temannya Belajar Agama


Shinta Ratri Pemimpin Ponpes Al Fatah, Yogyakarta (Foto: MP/Fredy Wansyah)
MerahPutih Nasional - Shinta Ratri merupakan pemimpin Pondok Pesantren Al Fatah, Celenan, Kota Gede, DI Yogyakarta. Shinta Ratri memimpin pondok pesantren ini setelah pergantian pemimpin dari Maryani. Kini, Shinta membina rekan-rekannya sebanyak 42 orang untuk belajar bersama-sama tentang agama.
Pondok Pesantren Al Fatah merupakan pondok pesantren yang dihuni para santri waria. Didirikan sejak 2008, hingga kini ponpes masih mengadakan kegiatan tak ubahnya ponpes umumnya. Mereka mengadakan pengajian, tafsir quran bersama ustad, berbagi pengalaman, belajar syariat Islam, hingga berencana membentuk fiqih waria dalam kajian Islam.
Bagi Shinta, menjadi waria adalah takdir. Dia tidak pernah terpikirkan sejak kecil bahwa hidupnya menjadi waria. Menurutnya, waria adalah sosok manusia yang memiliki raga laki-laki dengan jiwa perempuan.
"Saya tidak pernah berdoa kepada Allah untuk agar saya dijadikan waria. Saya merasakan jiwa saya perempuan saat SD. Saya membayangkan, sejak dilahirkan adanya jiwa perempuan di tubuh saya. Baru ketika SD, saya menyadari tanda-tanda itu. Saya main-main dengan teman perempuan. Waktu kecil kan kita semua tidak berpikir jernih seperti berpikir dewasa. Bermain-mainnya kan seperti naluri saja. Saya berpikir jernih harus bermain dengan siapa pun mana bisa, kecuali naluri bermain anak saja. Sampai saya bertanya-tanya, waktu SD itu, kok bisa saya menangis saat digoda laki-laki," kata Shinta menjelaskan, dengan mengenakan jilbab, saat ditemui merahputih.com, di Ponpes Al Fatah, Celenan, Kota Gede, DI Yogyakarta.
Hingga tamat SD, Shinta, yang enggan menyebutkan namanya saat kecil ini, masih berpenampilan laki-laki. Memasuki sekolah SMP, ia mulai pelan-pelan berdandan ala perempuan. Ketika itu pula Shinta merasa jatuh cinta kepada seorang pria. Tapi Shinta sadar, tidak mungkin ia sebagai laki-laki menyatakan cintanya kepada laki-laki juga.
Di keluarganya, Shinta memiliki 8 saudara. Keluarga Shinta mulai mengamati perubahan pada dirinya. Namun, keluarganya hanya memberi peringatan. "Setelah SMP itu, keluarga mulai memperingati, jangan keluar malam-malam. Setelah diperingati tentang saya, orangtua lama-kelamaan mulai terima. Alhamdulillah saya bisa diterima keluarga saya. Pada intinya, keluarga saya keluarga yang paham agama. Sejak kecil kami saudara-saudara saya diajarkan ilmu agama betul-betul," kata Shinta menceritakan.
Sampai dewasa, Shinta bertemu dengan komunitasnya sesama waria. Ia menemui banyak waria yang terkucilkan dari kelompok masyarakat, bahkan dari keluarga. Untuk itulah, Shinta ingin mengajak para waria tetap menjalani hidupnya sebagai waria tanpa meninggalkan agama.
"Saya sendiri tidak pernah memakai pakaian seksi, meski saya waria. Waria juga manusia, sama seperti perempuan dan laki-laki. Banyak juga kan perempuan-perempuan di luar sana pakai pakaian seksi," imbuhnya dengan nada kesal.
Kini Shinta berusaha ikhlas menjalankan hidupnya. Ia dan rekan-rekannya di Ponpes Al Fatah ingin tetap teguh dengan menerima takdir Tuhan tanpa membenci Tuhan. Karena itu pula, Shinta tetap sebagai waria yang menjalankan syariat Islam. "Saya seperti ini, dengan jiwa perempuan ini, yang berusaha terus menjalankan syariat Islam," pungkasnya.(fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kearifan Lokal Jaga Warga Bikin Yogyakarta Cepat Pulih Dari Demo Berujung Rusuh

KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi

Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Pride Month 2025 Sepi dari Ingar-Bingar Perusahaan Besar, Khawatir Trump Makin Keras terhadap LGBTQ

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari
