Riwayat Sejarah Gedung Candra Naya Jakarta

Gedung Chandra Naya Foto: MerahPutih/Jhon Abimanyu
Merahputih Wisata - Gedung Chandra Naya menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungin oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Lokasi gedung tersebut berada di dalam sebuah komplek Gedung hotel mewah di Kawasan Jl Gajah Mada No 188, Jakarta Barat.
Saat Merahputih.com menyambangi daerah tersebut terlihat jelas bangunan kuno dengan desain arstiektur bergaya Tionghoa. Juru kunci (kuncen) Pak Menan mengaku bahwa dulunya bangunan tua ini merupakan peninggalan seorang Mayor Khouw Kim An.
"Dulua ia adalah Mayor Tionghoa yang terakhir di Batavia pada pemerintah tahun 1910-1918. Kemudian beliau terpilih dan kembali menjabat pada tahun 1927-1942," ujar Menan saat ditemui di Gedung Naya, Jl. Gajah mada, Jakarta Barat, Rabu (13/1).
Meski begitu, hingga saat ini tidak diketahui secara pasti kapan bagunan ini berdiri. Menurut Menan, kalau diperkirakan banguan tersebut mulai didirikan sekitar tahun Dingmao (kelinci api), yaitu tahun 1807 oleh Khouw Tian Sek dalam rangka menyambut kelahiran anaknya yang bernama Khouw Tjeng Tjoan setahun kemudian.
"Kalau sumber lain menjelaskan bahwa bangunan Candra Naya dibangun oleh Khouw Tjeng Tjoan pada tahun 1867 dan masih masuk kedalam tahun Dingmao," terangnya.
Asal Muasal Chandra Naya
Melihat dari sejarah Khouw Tian Sek merupakan tuan tanah yang memiliki tiga putra dan mereka masing-masing diberi sebuah gedung.
"Salah satunya adalah Khouw Tjeng Tjoan yang mendapatkan gedung Candra Naya di Jalan Gajah Mada 188. Khouw Tjeng Tjoan, yang memiliki 14 istri dan 24 anak, menggunakan bangunan utama Candra Naya sebagai kantor dan bangunan belakang sebagai tempat tinggal," tuturnya.
Menan menjelaskan lantas bangunan ini diwariskan kepada putranya yang bernama Khouw Kim An yang lahir di Batavia pada 5 Juni 1876. Hingga saat ini rumah tersebut karena posisi jabatannya saat masih hidup adalah Mayor Tionghoa (Major der Chineezen).
Gedung Chandra Naya Foto: MerahPutih/Jhon Abimanyu
"Sabagai Mayor Tionghoa ia diberi tugas untuk mengurusi kepentingan masyarakat Tionghoa pada zaman Hindia-Belanda. Tidak hanya itu, Khouw Kim An juga seorang pengusaha dan pemegan saham di Bataviaanche Bank," tuturnya.
Pada tahu 1934 Khouw Kim An mulai menempati gedung Candra Naya dan akhirnya ia memilih untuk tinggal di Bogor, Jawa Barat. Namun, Nasib berkata lain, ketika Jepang melancarkan ekspansi militirnya ke Indonesia ia ia ditangkap dan dimasukkan dalam kamp konsentrasi hingga wafat di Cimahi pada 13 Februari 1945.
"Usai Perang Dunia II, Candra Naya ditempati Sin Ming Hui (Yayasan Terang Hati) dengan kegiatan beragam dari perkumpulan olahraga, poliklinik sampai klub fotografi tertua di Jakarta yang didirikan pada 1948 dengan nama Sin Ming Hui Photographic Society," jelasnya. (Abi)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Jakarta Heritage Open Top Tour, Cara Baru Nikmati Sejarah Jakarta Bersama Transjakarta

Senarai Lonely Planet’s The Best in Travel 2024, Jakarta Peringkat Ketujuh

Liburan Tiba, Intip Rekomendasi Wisata di Jakarta

Jalan-jalan Murah di Jakarta? Bisa, Kok!
