Ramadan Momentum Latih Mengendalikan Nafsu


Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat menyampaikan kultum Ramadan di kantor Kemenag, Jakarta, Senin (6/6). (Foto: kemenag.go.id)
MerahPutih Nasional - Umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan sejak Senin (6/6). Pada bulan Ramadan, harus menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya, dari mulai terbit matahari hingga terbenam.
Pada hari pertama Ramadan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) Ramadan di kantornya, tepatnya di Musala Attarbiyah, gedung Kementerian Agama lantai 6, Jakarta. Di sana, Menteri Lukman menyampaikan tausiah di depan para aparatur Kemenag.
Menteri Lukman mengajak untuk lebih memaknai puasa, tidak sekadar menahan makan, minum, dan menahan berhubungan suami-istri. Puasa berarti penendalian diri. Hakikat menahan diri adalah pengendalian hawa nafsu. Nah, bulan Ramadan ini merupakan kesempatan penting untuk melatih dan mengendalikan hawa nafsu.
“Mengapa nafsu harus dikendalikan? Karena segala kerusakan di muka bumi ini berawal dari nafsu. Semua masalah, dari persoalan bangsa, masyarakat, RT/RW, tetangga hingga keluarga atau bahkan diri sendiri, semua berawal dari ketidakmampuan kita mengendalikan nafsu,” kata Menteri Lukman, Senin (06/06), seperti dilansir situs resmi Kemenag.
Menteri Lukman menjelaskan tentang pembagian hawa nafsu tesebut. Alquran memilah nafsu menjadi tiga. Petama nafsu mutmainnah yaitu nafsu yang membuat pemiliknya tenang dalam ketaatan. Kedua nafsu ammarah. Nafsu ammarah ini sangat berbahaya apabila melekat pada diri seorang manusia karena mengarahkan kepada perbuatan buruk. Sementara nafsu yang ketiga nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang sudah menggenal baik dan buruk tapi condong ke keburukan.
Menteri Lukman juga melanjutkan, dengan menjalankan syariat puasa, umat Islam diharapkan akan lebih arif atau bijak dalam menghadapi segala persoalan. Orang yang arif atau bijak itu lebih dari sekedar tahu atau paham, tapi juga mengetahui implikasi dan beroreinstasi masa depan. Bahkan mampu memahami latar belakang dari sebuah persoalan.
Selain itu, Menag juga mengingatkan pentingnya dampak puasa dalam kehidupan sosial. Menurutnya, ketaatan hamba Allah sebagai khalifah harus direfleksikan dalam fungsi sosial. “ Jadi jangan lagi punya anggapan, saya buru-buru pulang, saya tinggalkan pekerjaan di kantor, karena di rumah mau baca Alquran atau ibadah mahdhoh lainya. Padahal masih harus menjalankan tugas melayani,” tutur Menag.
“Menjalankan fungsi sosial juga ibadah, Islam tidak memisahkan itu. Fungsi sosial bagian dari esensi ajaran agama,” tambahnya sembari mengapresisai acara kultum ini sebagai tradisi baik.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Masjid Istiqlal Gelar Sejumlah Program Ramadan, Ada 4 Ribu Boks untuk Buka Puasa dan Sahur Tiap Harinya

Jam Kerja ASN DKI Disesuaikan Selama Ramadan, Senin - Kamis Pulang Jam 3 Sore

3 Bacaan Doa yang Disarankan ketika Berziarah Kubur Jelang Ramadan

Jadi Lokasi Pemantauan Hilal 1 Ramadan 2025, Pelataran Puncak Monas Ditutup Sementara

50 Ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Penuh Makna dan Berkah di Bulan Ramadan

50 Ucapan Menyambut Ramadan 2025, Menyentuh Hati!

Disdik DKI Minta Sekolah Gelar Kegiatan Ramadan Seperti Tadarus Al-Quran Hingga Kajian Keislaman
Cegah Lonjakan Harga saat Bulan Ramadan, Pelaku Penyelewengan Bahan Pokok Diancam Pidana

Pemprov DKI Masih Rumuskan Materi Pembelajaran Anak Sekolah Selama Ramadan

Legislator Senayan Dukung Libur Sekolah Selama Bulan Ramadan
