Penaklukan Wahanten Girang, Cikal Bakal Kesultanan Banten

Zahrina IdzniZahrina Idzni - Jumat, 30 Desember 2016
Penaklukan Wahanten Girang, Cikal Bakal Kesultanan Banten
Gerbang komplek pemakaman dua tokoh penting berdirinya kesultanan Banten (MP/Sucitra)

Banten dahulu merupakan kesultanan yang pernah mencapai kejayaan sebelum ditundukan oleh VOC. Kesultanan Banten kemudian dihapuskan oleh Thomas Stanford Raffles yang merupakan perwakilan penguasa Inggris.

Jauh sebelumnya, Kesultanan Banten berdiri setelah menaklukan sebuah kerajaan Sunda bernama Wahanten Girang.

Wahanten Girang adalah kerajaan Sunda yang memiliki pelabuhan internasional yang bertransaksi dengan kerajaan-kerajaan lain, dari bangsa-bangsa di nusantara sampai kerajaan-kerajaan di negeri Cina.

Menurut naskah sejarah singkat yang ditulis oleh Abdu Hasan, penjaga makam Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju (dua tokoh penting berdirinya Kesultanan Banten), letak pelabuhannya berada di area pusat Kota Serang, sebelum bergeser ke wilayah utara.

Rajanya bernama Prabu Jaya Dewata yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Prabu Pucuk Umun. Prabu Jaya Dewata memiliki seorang patih bernama Ajar Jong (Ki Mas Jong).

Ajar Jong mempunyai seorang adik bernama Ajar Ju (Ki Agus Ju), seorang abdi rendahan yang bertugas menjaga pintu gerbang kerajaan.

Ajar Jong meminta kepada Prabu Jaya Dewata agar memberikan jabatan Tumenggung kepada Ajar Ju, namun permintaan itu tidak dikabulkan karena faktor hambatan dari keluarga kerajaan.

"Maka permohonan Ajar Jong mendapatkan hambatan dari pihak keluarga raja, sehingga timbul terjadinya penolakan secara diam-diam," begitu tulis Abdu Hasan pada naskah yang dipajang di dinding kompleks pemakaman Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju yang berlokasi di Kampung Telaya, Desa Sempu, Kota Serang.

Karena itulah Ajar Jong merasa sakit hati dan menganggap Prabu Jaya Dewata tidak adil. Ajar Jong kemudian meninggalkan Wahanten Girang menuju Kerajaan Demak yang bercorak Islam.

Di Demak, Ajar Jong mengabdi pada Sultan Trenggono yang mempunyai adik ipar bernama Fatahilah yang berasal dari Pasai. Ajar Jong belajar Islam dari Fatahillah dan semakin akrab.

Atas perintah Sultan Trenggono, Ajar Jong bersama Fatahillah dan bala tentaranya menyerbu Kerajaan Wahanten Girang.

Ajar Jong yang merupakan mantan patih yang sakit hati dan mengetahui kelemahan Wahanten Girang. Ia memegang peranan penting untuk menggempur di titik lemahnya.

Kerajaan Wahanten Girang sendiri sedang dalam kemerosotan ekonomi yang dirasakan oleh Prabu Jaya Dewata, hingga ia bertapa di Gunung Kosala (Gunung Pulosari yang terletak di Pandeglang) untuk meminta petunjuk Tuhan.

Pada saat ditinggalkan rajanya itulah, Kerajaan Wahanten Girang lemah. Ajar Jong memimpin penyerbuan awal dan pintu gerbang kerajaan dibukakan oleh adiknya Ajar Ju dari dalam istana kerajaan, sehingga penguasaan terhadap kerajaan Sunda itu berlangsung mudah.

Sunan Gunung Jati menjadi penguasa pertama Banten era pemerintahan monarki Islam yang dimulai pada tahun 1526.

Sejarah singkat Banten dan hubungannya dengan kerajaan Sunda Wahanten Girang dipampang pada dinding kompleks pemakaman Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju. (MP/Sucitra)
Sejarah singkat Banten dan hubungannya dengan kerajaan Sunda Wahanten Girang dipampang pada dinding kompleks pemakaman Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju. (MP/Sucitra)

Artikel kerajaan Sunda Wahanten Giran yang kemudian menjadi Kesultanan Banten lainnya bisa dibaca di Wahanten Girang, Kerajaan Sunda yang Direbut Kesultanan Banten

#Wahanten Girang #Kesultanan Banten #Sejarah Banten
Bagikan
Ditulis Oleh

Zahrina Idzni

Gaul, supel dan berkibarlah bendera negeri, Merah Putih Jaya
Bagikan