Museum Radya Pustaka Solo Tutup?


Museum Radya Pustaka Solo tampak dari depan, Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo, Jawa Tengah. (Foto: MerahPutih/Win)
MerahPutih Budaya - Museum Radya Pustaka Solo merupakan salah satu museum tertua yang ada di Indonesia. Museum ini dibangun pada 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosoningrat IV. Dahulu, museum ini memang hanya menyimpan buku-buku budaya dan pengetahuan saja, baik dengan bahasa Indonesia, Jawa maupun Belanda.
Namun seiring berjalanya waktu, museum ini terus melengkapi koleksinya, seperti gamelan, keris, tombak hingga mata uang dari waktu ke waktu. Tak heran, jika banyak orang dari berbagai penjuru selalu datang ke museum yang berada di Jalan Slamet Riyadi ini atau tepatnya di kawasan Sriwedari.
Mayoritas masyarakat yang datang tidak hanya sekedar berkunjung, melainkan ada juga yang sedang melakukan penelitian. Bahkan, guna terus menjaga keawetan museum, pihak komite museum terus melakukan digitalisasi naskah. Hal ini dilakukan agar naskah tetap bisa dilihat oleh pengunjung.
Namun sayang, beberapa waktu lalu, museum ini dikabarkan tutup sementara waktu. Beredar kabar karena 12 pekerjanya belum gajian sejak Januari tahun ini.
"Memang beberapa hari di bulan April kemarin sempat tutup,” jelas Sekretaris Museum Radya Pustaka ST Wiyono kepada merahputih.com, Sabtu (14/5) siang.
Ia menepis jika tutupnya museum itu karena pekerja belum gajian. Hal ini terjadi lantaran dana hibah dari Pemkot Kota (Pemkot) Solo mengalami keterlambatan. Namun, ia mengakui jika akhir bulan April lalu, dana hibah itu sebagian sudah turun untuk membayarkan gaji pegawai, listrik museum dan masih banyak lagi.
Bahkan, atas kejadian ini, pemerintah pusat melalui Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harry Widianto datang langsung ke museum. Harry Widianto mengatakan bahwa pemerintah tak akan tinggal diam terkait masalah yang terjadi di museum.
Museum Radya Pustaka Solo (Foto: MerahPutih/Win)
ST Wiyono memaparkan, dalam setiap bulan saja pihaknya harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp15 juta. Di mana Rp12 juta untuk membayar gaji pegawai dan Rp4 juta untuk membayar listrik museum. Bahkan terkadang, pihak komite harus melakukan urunan untuk membayar pengoperasian museum, selain memanfaatkan biaya tiket masuk museum.
Kini hibah tahap satu sudah cair, pihaknya berharap pertengahan tahun ini hibah kedua bisa segera cair pula, karena biaya pencairan tahap pertama kemarin sudah habis untuk membayar gaji seluruh pegaai selama empat bulan dan listrik museum.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo Eny Tyasni Suzana membantah kabar yang beredar bahwa pegawai Museum Radya Pustaka mogok kerja lantaran gaji sejak bulan Januari kemarin tak dibayarkan.
"Pekerja tidak ada yang mogok, hanya saja ada beberapa pekerja yang izin tidak masuk, karena memang ada keperluan, salah satunya ada orang tuanya meninggal,” kata Eny belum lama ini.
Walau begitu, sejak akhir April kemarin dana hibah tersebut sudah cair di tahap pertama. Mengingat dana hibah senilai Rp300 juta, akan dicairkan selama tiga tahap.
(Win)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Roblox Jadi Ekstrakurikuler SMP di Solo, Walkot Respati Sebut Jadi Edukasi Menarik

Pemkot Pastikan Revitalisasi Segaran Peninggalan Era PB X tak Langgar UU Cagar Budaya

KemenPU Tinjau Gedung DPRD Solo yang Dibakar saat Demonstrasi, Biaya Perbaikan Bakal Diusulkan ke Pemerintah Pusat

Pemkot Solo Cabut Status Siaga Darurat setelah Kerusuhan, kini Jadi Transisi Darurat Bencana Sosial

Polisi Temukan Mobil yang Dipakai Membawa Lari Uang Nasabah Bank Jateng Wonogiri, Uang Rp 10 Miliar Lenyap

Cegah Rabies, Pemkot Solo Sediakan 1.100 Kuota Vaksin Gratis

Peringati 7 Hari Kematian Affan Kurniawan, Ojol Solo Nyalakan Lilin dan Pasang Bendera Setengah Tiang

Aktivis Sebut Penonaktifan 5 Anggota DPR RI Bodohi Rakyat, Gaji Tetap Diterima

Solo International Performing Arts 2025 Diramaikan 9 Negara, Perkuat Posisi sebagai Kota Budaya Dunia

Warga Solo Ramai Pasang Spanduk Tolak Tindakan Anarkistis
