Mengenal Sejarah Perkembangan Tari Cokek


Tari cokek. (Foto: Instagram/pramukauinjakarta)
MerahPutih Budaya - Sejauh ini masyarakat hanya mengenal tari cokek adalah tarian yang diiringi oleh musik gambang keromong. Tapi ternyata, munculnya tari cokek itu berbarengan dengan munculnya lagu dalem atau lagu sayur dalam musik gambang keromong.
Menurut Robertus R Suhartono, salah seorang dosen FSP Institut Kesenian Jakarta (IKJ), para penyanyi lagu dalem atau sayur ini dulunya disebut sebagai wayang cokek. Secara etimologis, cokek bersumber dari kata "chioukhek", dari bahasa Hokian Selatan yang artinya adalah menyanyi. Namun, pengertian cokek sebagai penyanyi akhirnya rancu dengan munculnya istilah penari cokek atau anak wayang cokek, yang sebenarnya menemani tamu ngibing atau berjoget.
“Sebagai tari pergaulan ngibing di antara tamu dan penari cokek di masa lalu, dilakukan dalam jarak tertentu, dengan tujuan menghindari pesentuhan,” ujar Robertus R Suhartono.
Namun demikian, kata Robertus, seiring perkembangannya budaya jaga jarak tersebut bergeser. Hal ini dipengaruhi oleh budaya lokal seperti Sunda yaitu ngibing jaipongan, Jawa dengan kesenian tayub dan Melayu dalam kesenian ronggeng.
“Munculnya gejala ngibing ini menunjukkan semakin besarnya serapan budaya lokal, khususnya yang bersal dari budaya Sunda, Jawa yaitu tayub, dan Melayu yaitu Ronggeng,” katanya.
Ia juga menyebut, dahulunya, para penari cokek berasal dari daerah Karawang, Tambun, Cikarang, dan Bekasi. Pada umumnya, para penari cokek ini berstatus sebagai janda. Ada juga yang masih berstatus isteri, namun atas izin dari para suaminya.
“Pada dasarnya, para penari cokek tempo dulu ini tidak mendapatkan pelatihan. Kemampuan mereka menari, biasanya terjadi karena melihat dan mencontoh rekan-rekannya yang sudah menjadi penari,” paparnya. (Wid)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Makna Mendalam dan Sejarah dari Tari Tortor dari Sumatra Utara

Tari Serimpi, Begini Sejarah dan Makna Tarian Tradisional dari Jawa Tengah

Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah
