Mengenal Buto Kala, Raksasa 'Penyebab' Gerhana Matahari

Ana AmaliaAna Amalia - Sabtu, 05 Maret 2016
Mengenal Buto Kala, Raksasa 'Penyebab' Gerhana Matahari

Instagram @riana_hoseani

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Gerhana Matahari Total (GMT) akan melintasi langit Indonesia 9 Maret mendatang, gerhana matahari ini terjadi selama 350 tahun sekali.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan cerita legenda dan mitologi, ada berbagai legenda Gerhana Matahari dari cerita rakyat dan hikayat negeri ini, Raksasa Batara Kala salah satunya.

Sebagian masyarakat Jawa percaya, Gerhana Matahari terjadi saat Buto Kala atau Raksasa Kala yang juga dikenal sebagai Rahu Kala menelan matahari karena dendamnya pada Dewa Surya.

Lalu siapakah Batara Kala?

Dalam ajaran Hindu, Kala adalah putra Dewa Siwa, Kala bergelar sebagai penguasa waktu alias dewa waktu. Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa.

Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya. Jika ada yang bersikeras ingin hidup lama dengan kemauan sendiri, maka ia akan dibinasakan oleh Kala. Maka dari itu, wajah Kala sangat menakutkan, bersifat memaksa semua orang agar tunduk pada batas usianya.

Hikayat tentang Dewa Kala memiliki berbagai sumber, berdasarkan Kitab Kala Tattwa, Dewa Kala lahir dari air mani dewa Siwa yang menetes ke air laut. Saat itu Dewa Siwa tengah berjalan-jalan di pantai bersama Dewi Uma, air mani Dewa Siwa menetes saat ia melihat betis Dewi Uma, dari situlah lahir raksasa yang menggeram-geram menanyakan siapa orangtuanya. Atas petunjuk dari Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, raksasa itu mengetahui bahwa Dewa Siwa dan Dewi Uma adalah orangtuanya.

Dewa Siwa pun mengekui raksasa itu sebagai anaknya dan memberikannya gelar Batara Kala.

Sedangkan menurut perwayangan Jawa, Batara Kala lahir dari rahim Dewi Uma yang bersenggama dengan Batara Guru saat berada dalam kendaraan suci Lembu Andini.

Batara Guru kaget dan tersadar atas tindakannya melanggar larangan itu. Seketika itu Batara Guru marah pada dirinya dan Dewi Uma, dia menyumpah-nyumpah bahwa tindakan yang dilakukannya seperti perbuatan "Buto" (bangsa rakshasa).

Karena semua perkataannya mandi (bahasa indonesia: cepat menjadi kenyataan) maka seketika itu juga Dewi Uma yang sedang mengandung menjadi raksasa. Batara Guru kemudian mengusirnya dari kahyangan Jonggringsalaka dan menempati kawasan kahyangan baru yang disebut Gondomayit.

Hingga pada akhirnya Dewi Uma yang berubah raksasa itu terkenal dengan sebutan Batari Durga. Setelah itu ia melahirkan anaknya, yang ternyata juga berwujud raksasa dan diberi nama Kala.

Hingga saat ini masyarakat Jawa, ketika fenomena gerhana matahari terjadi maka wanita hamil harus masuk rumah. Anak-anak kecil diharuskan masuk rumah untuk menghindari murka Betara Kala. Di beberapa wilayah di Jawa, mitos ini masih dipegang teguh.

Batara Kala dikenal sebagai raksasa rakus yang gemar memakan manusia, dan membuat kenonaran di muka bumi.

Untuk itu Batara Kala harus dilawan agar tidak memakan matahari, masyarakat jawa biasanya membunyikan kentongan, peralatan dapur dan sebagainya agar bising dna menakuti Batara Kala.

BACA JUGA:

  1. Tips Aman Melihat Gerhana Matahari Total Tanpa Pelindung
  2. Ini Jadwal Waktu Gerhana Matahari Total 9 Maret
  3. Festival Gerhana Matahari Total di Berbagai Wilayah Indonesia
  4. Gerhana Total, Komunitas Penjelajah Langit Kumpul di Tugu Yogyakarta
  5. Gerhana Matahari Total 9 Maret, Bumi Akan Kembang Kempis
#Mitos Gerhana Matahari #Gerhana Matahari
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
Gerhana Matahari Total 8 April, Simak Fasenya
Gerhana Matahari tidak bisa diamati di Indonesia, hanya di Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
Frengky Aruan - Senin, 08 April 2024
Gerhana Matahari Total 8 April, Simak Fasenya
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Gerhana Matahari, Bumi Gelap Selama Tiga Hari
Beredar sebuah postingan di Facebook mengklaim bumi akan menjadi gelap selama tiga hari berturut-turut mulai Senin 8 April 2024
Frengky Aruan - Senin, 08 April 2024
[HOAKS atau FAKTA]: Gerhana Matahari, Bumi Gelap Selama Tiga Hari
Fun
Fenomena Gerhana Bisa Pengaruhi Psikologis? Ini Penjelasannya
Ternyata gerhana dapat memengaruhi kondisi psikologis seseorang.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 27 Maret 2024
Fenomena Gerhana Bisa Pengaruhi Psikologis? Ini Penjelasannya
Indonesia
Warga Antusias Lihat Gerhana Matahari Hibrida di Ponpes Assalam Solo
Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam Solo menggelar pengamatan gerhana matahari hibrida Kamis (20/4). Selain menggelar nonton bareng (nobar) gerhana matahari, Observatorium Assalam juga membagikan ribuan kacamata untuk melihat langsung gerhana
Mula Akmal - Kamis, 20 April 2023
Warga Antusias Lihat Gerhana Matahari Hibrida di Ponpes Assalam Solo
Indonesia
Warga Diminta Tidak Lihat Langsung Gerhana Matahari Total
Durasi puncak gerhana di Pulau Kisar selama satu menit lima detik, sementara durasi puncak gerhana di Biak selama satu menit dua detik.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 20 April 2023
Warga Diminta Tidak Lihat Langsung Gerhana Matahari Total
Lifestyle
Jelang Lebaran, Fenomena Astronomi Gerhana Matahari Hibrida Warnai Langit Indonesia
Hadiah nan menakjubkan bagi para muslim.
Dwi Astarini - Jumat, 07 April 2023
Jelang Lebaran, Fenomena Astronomi Gerhana Matahari Hibrida Warnai Langit Indonesia
Bagikan