Menelusuri Sejarah Penamaan Sungai Cisadane

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 27 September 2016
Menelusuri Sejarah Penamaan Sungai Cisadane

Seorang warga sedang mencari ikan di pinggir Sungai Cisadane, Kota Tangerang. (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya – Sungai Cisadane, sungai yang membelah Kota Tangerang mempunyai berbagai cerita dari sudut pandang masyarakat yang berbeda. Sebagian masyarakat menyebut sungai ini bernama "sadane", ya berasal dari bahasa Sansekerta, dan artinya istana kerajaan. Sedangkan "ci" berasal dari bahasa Sunda yang berarti air. Jadi, Sungai Cisadane artinya air istana kerajaan.

Namun versi yang berbeda muncul dari budayawan Tangerang Abah Mustayah. Menurut pria gaek yang juga dalang wayang golek di Tangerang ini, "cisadane" berasal dari bahasa Sunda, karena jauh sebelum masyarakat Tionghoa datang ke Tangerang, di sekitar Sungai Cisadane adalah orang-orang Sunda.

Sejarah Sungai Cisadane sendiri, menurut Abah Mustayah, tidak bisa dilepaskan dengan cerita babat tanah Banten, di mana berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari tanah Pajajaran ke tanah Banten, yang menjadi cikal bakal masyarakat Baduy.

“Semua ini ada kaitannya dengan Sungai Cisadane, karena ini (Sungai Cisadane, red) kan perlintasan, pada zaman babat tanah Banten. Berpindahnya agama Sunda Wiwitan dari tanah Pajajaran ke Banten, ini perlintasannya. Makanya, sebelum orang Tionghoa datang ke Tangerang, di sekitarnya itu orang-orang Sunda, ” ujar Abah Mustayah kepada merahputih.com, Selasa (27/09).

Abah Mustayah meriwayatkan, dahulu arus air sungai tersebut sangat deras dan bersuara gemuruh. Nama "cisadane" sendiri menurut Abah Mustayah, barasal dari akar bahasa Sunda, yang airtinya air yang riaknya gemuruh.

“Itu (Sungai Cisadane, red) padahal tidak ada batu-batu, tapi suaranya gemuruh. Makanya dikasih nama 'cisadane,' akarnya dari bahasa Sunda. Dari orang-orang Sunda Wiwitan. Sekarang sudah enggak lagi kan karena ada Sangego (bendungan) yang dibangun pada zaman Belanda sekitar tahun 1921-an,” ujar ungkap Mustayah.


 Seorang warga sedang membersihkan sampah di sekitar Pintu Air Sepuluh, Sungai Cisadane, Kota Tangerang. (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)

Abah Mustayah juga mengungkapkan, di Sungai Cisadane tersebut pernah ada misteri buaya putih. Munculnya misteri buaya putih ini ketika menjelang banjir besar akibat luapan sungai tersebut, yaitu sekitar tahun 1962.

“Sebelum banjir itu buaya putih muncul. Itu banjirnya luar biasa, Gerendeng itu tenggelam sampai empat meter,” ungkapnya.

Selain misteri buaya putih, kata Abah, juga terdapat misteri kura-kura berukuran besar yang di punggungnya terdapat tulisan huruf Cina. “Jadi ada buaya putih, ada kura-kura raksasa yang ada tulisan huruf Cina. Itu di sekitar Pekong, yang biasa buat perayaan Pe Chun,” pungkasnya. (Wid)

BACA JUGA:

  1. Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Tangerang
  2. Nikmatnya Kuliner Ikan Cere Menu Khas Kali Cisadane
  3. Ramai-ramai Cari Ikan di Sungai Cisadane
  4. Sungai Cisadane Kering, Pasokan Air Bersih di Tangerang Tersendat
  5. Kemarau Panjang, Bupati Tangerang Kunjungi Sungai Cisadane
#Sejarah Banten #Sejarah Tangerang #Sungai Cisadane Tangerang
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Berita Foto
Serunya Uji Adrenalin Wisata Naik Rafting Menyusuri Sungai Cisadane Bogor
Wisatawan bermain Rafting atau Arum Jeram di Aliran Sungai Cisadane, Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Jum'at (13/9/2024).
Didik Setiawan - Jumat, 13 September 2024
Serunya Uji Adrenalin Wisata Naik Rafting Menyusuri Sungai Cisadane Bogor
Bagikan