Mau Jadi Caketum Partai Golkar? Setor Dulu Rp20 Miliar


Ketua Umum Aburizal Bakrie saat membuka Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Sabtu (23/1). (Foto: MerahPutih/Venansius Fortunatus)
MerahPutih Politik - Wacana Partai Golkar menarik setoran Rp20 miliar bagi kader yang ingin maju dalam pemilihan ketua umum pada munas 7 Mei mendatang, sontak mendapat tanggapan riuh dari para kadernya.
Wacana penarikan setoran itu sebelumnya disampaikan Ketua Organizing Committee Munaslub Partai Golkar, Zainudin Amali. Sejumlah kader partai berlambang beringin itu menyatakan keberatan. Salah satunya berasal dari bakal calon ketua umum Golkar, Mahyudin.
Menurut Mahyudin jumlah Rp20 miliar terlalu besar dan berisiko karena bisa dianggap sebagai gratifikasi.
"Cari di mana nanti kita kena gratifikasi. Yang ada kader Golkar ditangkapin KPK semua," kata Mahyudin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/4/).
Bukan hanya Mahyudin yang protes dengan setoran Rp20 miliar. Sebelumnya, Bambang Soesatyo juga mengungkapkan hal serupa. Padahal Bamsoet dikenal sebagai kader Partai Golkar yang tajir. Mahyudin menilai, setiap calon ketua umum memang sebaiknya menyumbang sebagai biaya penyelenggaraan.
"Kalau Rp1 miliar wajar, itu uang partisipasi. Kalau Rp20 miliar, saya sebagai caketum berat juga. Lapor LHKPN saja enggak sampai segitu," ujarnya.
Sejumlah kalangan internal Partai Golkar menilai, jika wacana penarikan setoran Rp20 miliar bagi setiap calon ketua umum, makanya yang tersisa hanya 4 orang. Artinya, hanya 4 orang bakal calon yang bisa bayar dan punya dana sebanyak itu.
Makanya Mahyudin menyatakan wacana itu sebagai salah satu cara menyingkirkan bakal calon ketua umum yang kurang modal. Padahal penyelengaraan munas Partai Golkar ditujukan untuk mengajak semua kader berkompetisi. Ia mengusulkan, jika Golkar memang tak memiliki dana untuk menggelar munas, akan lebih baik jika semua kader diminta menyumbang.
"Kan kita punya kader ribuan di seluruh Indonesia. Kalau yang di DPR diminta iuran Rp 10 juta kan sudah ketutup dana munas itu. Jangan kita diadu," ujar Mahyudin.
Mantan Bupati Kutai Timur yang saat ini menjabat wakil ketua MPR itu berharap penarikan dana Rp 20 miliar yang masih menjadi wacana ini tak direalisasikan. Dengan begitu, setiap calon ketua umum bisa berkompetisi secara sehat.
"Kalau saya sebagai salah satu calon tetap mendaftar di munas, tapi saya tidak akan menyetor Rp 20 M karena saya tidak punya uang sebanyak itu untuk pendaftaran. Kalau nanti saya digugurkan, ya saya akan mengambil langkah hukum. Konflik Golkar nanti enggak selesai-selesai," ujarnya.
Di tepi lain Ketua Organizing Committee Zainudin Amali mengungkapkan, gagasan itu muncul sebagai langkah untuk meminimalkan praktik jual beli suara. Mengenai munculnya angka Rp 20 miliar, menurut Amali, hal itu belum menjadi keputusan final.
BACA JUGA:
- Mahyudin: Islah Golkar Belum Batal
- Mahyudin Ingin Kementerian Daerah Tertinggal Dihapus
- Sayap Partai Golkar Dukung Diselenggarakan Munaslub
- Rapimnas Diklaim Persatukan Partai Golkar
- Ade Komarudin Imbau Anggota Partai Golkar Patuh
Bagikan
Berita Terkait
Golkar Nilai Prabowo Berhasil Redam Eskalasi Demonstrasi dengan Pendekatan Tegas Sekaligus Adil

Jadi Perdebatan Publik, Golkar Tegaskan Anggota DPR Nonaktif tak Terima Gaji dan Tunjangan

Muhammad Sarmuji Minta Kader DPRD Golkar Utamakan Kebijakan Pro Rakyat

Golkar Ingatkan Kritik Terhadap DPR Wajar Tapi Jangan Sampai Berubah Menjadi Kebencian yang Bisa Perlebar Jurang Perpecahan Bangsa

Setya Novanto Bebas Lebih Cepat, Sebut Kader Setia yang Telah Selesai Jalani Hukuman

Profil Setya Novanto, Mantan Sales hingga Ketua DPR yang Baru Bebas dari Penjara Pasca Terlibat Korupsi e-KTP

Istana Ogah Dikaitkan Dengan Dinamika dan Isu Munaslub Partai Golkar

Golkar Duga Isu Munaslub Ganti Bahlil untuk Memecah Belah Partai

DPD Jakarta Sebut Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia Sebagai Isu Liar

4 Tahun Sebelum Pemilu, Golkar Jateng Ingin Rampungkan Seluruh Kepengurusan
