Maharani Khan Jade, Perempuan Penyair Muda dari Yogyakarta


Sastrawati muda Maharani Khan Jade, saat pembacaan karya sastra Seno Gumira Ajidarma, di Kebun Seni Forum, Yogyakarta, Jumat (15/4). (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)
MerahPutih Nasional - Tak sedikit perempuan penulis atau perempuan sastra di Tanah Air. Mereka pun tak kalah dengan sederatan sastrawan berjenis kelamin laki-laki. Misalnya saja NH Dhini, Ayu Utami, Laksmi Pamuntjak, Dewi Lestari, dan sederatan nama lainnya.
Mereka tetap teguh berkarya meski dominasi kehadiran karya sastrawan laki-laki tak terelakkan. Beberapa karya mereka bahkan melampaui keapikan karya laki-laki. Sebut saja, misalnya, novel-novel karya NH Dhini. Dari tangan perempuan tangguh ini terlahir novel yang patut disegani.
Bagi Maharani Khan Jade, nama-nama perempuan tersebut adalah contoh dan menjadi sosok yang menginspirasi bagi dirinya. Mereka memberi contoh bagaimana perempuan mampu berkarya di tengah budaya patriarki dan di tengah dominasi karya-karya dari para sastrawan laki-laki.
Perempuan kelahiran 1995 ini pun memilih untuk menempuh studi sastra di Univeristas Negeri Yogyakarta. Di dunia kampus, ia mengasah kemampuan apresiasi sastranya.
Sastrawati muda Maharani Khan Jade, saat pembacaan karya sastra Seno Gumira Ajidarma, di Kebun Seni Forum, Yogyakarta, Jumat (15/4). (Foto: MerahPutih/Fredy Wansyah)
Upayanya itu perlahan menuai hasil. Karya demi karya dilahirkan oleh gadis berambut panjang ini. Puisi-puisinya sempat melanglang buana di beberapa media cetak. Suaranya yang khas serta nadanya yang pas ketika membacakan karya sastra seperti puisi dan cerpen membuat ia sering menjadi tamu dalam berbagai kesempatan event sastra di Kota Pelajar ini.
Dua acara terakhirnya ialah “Malam Sastra” dan “Forum Baca Sastra”. Dalam acara “Malam Sastra”, apresiasi sastra yang digelar di Anomie Cafe, Jalan Kaliurang Km 5, 1 April lalu, perempuan yang biasa dipanggil “Jade” ini membacakan beberapa puisi dengan apik.
Sedangkan penampilan terakhirnya, di acara “Forum Baca Sastra”, Jumat, 15 April, Jade membacakan cerpen berjudul “Clara” karya Seno Gumira yang berhasil menghibur banyak orang di acara tersebut.
Jade seakan memandang bahwa dalam sastra pun perempuan tidak layak terkekang. Kesempatan laki-laki tak ubahnya juga menjadi milik kesempatan para perempuan. Bila laki-laki layak melahirkan ribuan karya, perempuan juga layak. Bila laki-laki layak mementaskan karya sastra, perempuan juga layak. Tak hanya sekadar berkarya dalam hal tulis-menulis, semangat Jade pun tertuang dalam dunia teater.
Seakan ia mengilhami perjuangan sosok Kartini. Perempuan berparas ayu ini akan terus berkarya. Tak perlu membedakan gender baginya siapa pun yang hendak berkarya. (Fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi

Melonjak Signifikan, 47.471 Penumpang Wisatawan WNA Manfaatkan KA di Daop 6 Yogyakarta
