Lenong Betawi Tanpa Akulturasi Jawa, Sunda, dan Tionghoa, Apa Jadinya?


Abah Misar, tokoh sepuh Lenong Betawi mengaku lenong telah mengalami akulturasi (Foto: MP/Noer Ardiansyah)
MerahPutih Budaya - Lenong merupakan salah satu kesenian Betawi yang sudah dikenal banyak masyarakat luas sejak beberapa puluh tahun silam. Meski kesenian tersebut asli dari Betawi, namun untuk mencapai keselarasan, kesenian lenong juga memadukan alat tradisional Sunda, Jawa, dan Tionghoa sebagai pengiring pementasan.
Lantas, bagaimana jika kesenian lenong Betawi tidak ada akulturasi atau perpaduan budaya dari ketiga suku tersebut?
Menurut penjelasan salah seorang seniman sesepuh Betawi, Abah Misar, kesenian tersebut mungkin tidak akan banyak dikenal. Apalagi perpaduan dari budaya Jawa, Sunda, dan Tionghoa, yang membuat kesenian lenong Betawi menjadi semakin menarik.
"Kalau ga ada campur dari budaya Sunda, Jawa, dan Tionghoa, mungkin tidak akan menarik dan dikenal masyarakat. Sejak Abah ikut lenong, alat tradisional dari tiga suka tersebut memengaruhi lenong itu sendiri," kata Abah Misar (85) di halaman rumahnya Jalan Kober Paderan RT 4/7, Jalan Raya Jagakarsa, Jakarta, Kamis (18/3).
Adapun alat-alat tradisional sekaligus pengiring kesenian lenong yang memadukan budaya yang dimaksud adalah seperti gong dan kempul, yang merupakan alat musik gamelan dari Sunda ataupun Jawa. Kemudian ada lagi jenis tehyan, alat seni musik gesek yang berasal dari Tionghoa.
"Alat musik tradisional itulah yang membuat lenong Betawi semakin hidup. Ada ruh di dalamnya ketika iringan musik dialunkan," jelas Abah Misar.
Dengan adanya perpaduan tersebut, papar Abah Misar, sangat jelas memberikan pengaruh terhadap Kesenian Lenong Betawi.
Bahkan, kalau dilihat sejarah panjang, Abah Misar mengatakan ihwal lenong sangat berkaitan dengan masalah kecintaan terhadap budaya.
Kecintaan tersebut, akhirnya menjadikan lenong menjadi sebuah kesenian yang memadukan beberapa suku dengan hasil yang sangat menarik. "Semua 'kan, diawali dengan cinta. Seperti ini aja, musik gambang keromong itu awalnya kalau dari cerita dulu, ada orang Tionghoa yang suka dengar suaranya. Akhirnya, gambang keromong itu dipadukan dengan budaya mereka. Kasarnya, memasukkan unsur tehyan dan lainnya," pungkas Abah.(ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Perda 4/2015 Bikin Budaya Betawi Terancam Punah, Hal ini Bakal Selamatkan Identitas Jakarta

Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global

Hotel Bintang 4 - 5 di Jakarta Wajib Tonjolkan Budaya Betawi selama 2 Bulan dalam Setahun

Maudy Koesnaedi Melawak Gaya Betawi Hadirkan Sketsa Kesehariaan Warga
Pimpinan DPRD DKI Minta Pemprov tidak Asal dalam Jatuhkan Sanksi kepada Pengamen Ondel-Ondel

Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta

Jadi Kado Ultah, Perda Larangan Ondel-Ondel Ngamen Rampung Sebelum HUT Jakarta

Ketua DPRD DKI Usulkan Kebudayaan Betawi Masuk Kurikulum Pembelajaran di Sekolah

Ketua DPRD DKI Dorong Pendidikan Budaya Betawi di Sekolah untuk Pelestarian Jangka Panjang

Gubernur Pramono Wajibkan 10 Hotel Bintang 5 Hadirkan Unsur Betawi
