Lelang Obligasi Ritel, Pemerintah Targetkan Utang Rp20 Triliun


Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (tengah) saat konferensi pers penawaran surat berharga (obligasi) seri ORI012 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (21/9). (MerahPutih/Restu F)
MerahPutih, Keuangan-Pemerintah menjual obligasi ritel Indonesia seri 012 atau ORI012 untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam APBN-P 2015. Pada penawaran ORI012 ini pemerintah memasang target indikatif sebesar Rp20 triliun.
Bertempat di aula Mezzanine Gedung Juanda 1 Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (21/9), Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menyatakan tujuan penerbitan ORI 012 yakni untuk memenuhi pembiayaan defisit dalam APBN-P 2015 dan mengembangkan pasar Surat Utang Negara (SUN) domestik melalui diversifikasi instrumen sumber pembiayaan dan perluasan basis investor.
"Penerbitan ORI012 untuk pembiayaan defisit APBN-P 2015 dan ini adalah bagian dari upaya untuk pendalaman pasar. Maka inilah cara yang paling tepat dengan resiko yang jauh lebih rendah," jelas Bambang.
Bambang menambahkan target indikatif dalam penawaran ORI012 ini sebesar Rp20 triliun. Namun, jika permintaannya tinggi, tidak menutup kemungkinan Pemerintah menambahkannya dari target yang telah ditentukan.
Masa penawaran ORI012 ini berlangsung mulai 21 September hingga 15 Oktober 2015 dengan minimum pemesanan Rp5 juta dan maksimum sebesar Rp3 miliar. Pembayaran kupon berlangsung setiap tanggal 15 dan pertama kali dilakukan 15 November 2015.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan hasil penjualan ORI011 pada 2014 sebesar Rp21,2 triliun atau sedikit lebih tinggi dari target indikatif yang telah ditentukan sebelumnya sebesar Rp20 triliun, yang berarti memperlihatkan tingginya minat investor domestik atas instrumen ini.
Obligasi Negara seri ORI011 memiliki tingkat kupon 8,5 persen per tahun, dengan tanggal penerbitan pada 22 Oktober 2014 dan tanggal jatuh tempo pada 15 Oktober 2017, serta pembayaran kupon setiap bulan pada tanggal 15.
Pembelian dapat dilakukan di 21 agen yang ditunjuk, yaitu Bank ANZ Indonesia, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, Citibank, Bank Danamon, Bank DBS, Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC), Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Standard Chartered, Bank Tabungan Negara (BTN), Danareksa Sekurities, Reliance Securities, Sucorinvest, dan Trimegah Securities. (rfd)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Masih Dalam Tekanan, Defisit Anggaran Negara Bakal Capai 2,78 Persen di 2025

Defisit Anggaran Sudah Capai Rp 104 Triliun, Menkeu: Tidak Jebol APBN-nya

Sri Mulyani Pastikan Defisit ABPN Tidak Jebol, Minta Rakyat Jangan Khawatir

Alarm Defisit APBN Berbunyi: Penerimaan Pajak Anjlok, DPR Desak Pemerintah Benahi Sistem Coretax!

Negara Alami Defisit di Awal Tahun, Sinyal Keras Indonesia Hadapi Tekanan Berat

Kemenkeu Yakin Defisit Anggaran 2024 Tidak Melebar

Kemenkeu Didorong Lakukan Upaya Perbaikan Tekan Defisit APBN 2024

Indef Ingatkan Risiko Utang Pemerintahan Anyar Saat Defisit APBN di Bawah 3 Persen
