Lasem Desa Kutukan Warga Tionghoa Bermarga Han

Zulfikar SyZulfikar Sy - Kamis, 21 April 2016
Lasem Desa Kutukan  Warga Tionghoa Bermarga Han

Diskusi "Kesengsem Lasem" di Pusat Dokumentasi Arsitektur Jalan Tebet Dalam IV-I No 30, Tebet, Jakarta, Rabu (20/4). (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya- Lasem, sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Desa ini menyimpan ragam cerita dan sejarah yang unik. Seperti misalnya, cerita kutukan bagi marga Han (Tionghoa).

Meski sudah tidak relevan mengingat perkembangan zaman yang kian maju, bagi sebagian masyarakat khususnya warga Desa Lasem masih mempercayai kutukan tersebut.

Adapun rangkaian kisahnya bermula dari satu keluarga Jawa keturunan Tionghoa bermarga Han yang kaya raya. Keluarga kecil itu terdiri atas seorang ayah bernama Han, istri, dan empat anak yang semuanya laki-laki.

Kegetiran keluarga tersebut, muncul semenjak kematian istri Han yang menyebabkan sang tuan larut dalam kesedihan. Setiap hari, hatinya luluh lantak mengingat mendiang istri tercinta. Hari demi hari, dirinya hanya ditemani oleh duka dan juga luka.

Kepedihan itu, semakin bertambah tatkala keempat putra Han sibuk dalam kubangan dunia hitam. Kegemarannya mabuk, bermain wanita, dan berjudi membuat sang ayah tidak bisa menaruh harapan kepada empat anaknya itu. Nahasnya, kegemarannya berjudi justru membuat harta keluarga Han semakin terkikis, bahkan segala benda bernilai mereka pun ikut habis.

Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, Han tidak bosan menghujani keempat anaknya itu dengan nasihat yang meski hanya seperti angin lalu.

Opa Han saat mengikuti diskusi Kesengsem Lasem

Menghadapi perangai yang buruk dari keempat anaknya itu, Han pun kemudian mengingat kembali masa lalunya yang tak ubah demikian.

Keadaan tersebut, akhirnya membuat Han jatuh sakit dan lalu meninggal dunia, menyusul istri tercinta yang terlebih dulu pergi bersemayam.

Hidup yang telanjur miskin bukan alang kepalang, membuat keempat bersaudara itu tidak mampu menguburkan sang ayah dengan layak. Alhasil, mereka pun sepakat untuk meminta bantuan kepada masyarakat Lasem.

Setelah uang terkumpul banyak, bahkan melebihi biaya untuk membeli peti mati dan upacara pemakaman. Celakanya, keempat anak yang berperangai buruk itu justru mempertaruhkan semua uang sumbangan untuk berjudi.

Bukan kemenangan yang didapat melainkan kekalahan telak yang mengakibatkan uang pemakaman untuk ayahandanya habis terkuras. Jasad ayahnya pun tergeletak begitu saja. Hingga pada suatu malam yang sunyi dan mencekam, keempat anak itu mendapat sebuah kutukan dari arwah seorang lelaki yang tak lain adalah ayah mereka sendiri.

Ketika mendengar kutukan, keempat anak itu segera menghapus nama ayahnya, Han pada nama mereka dan pergi berkelana tak kunjung arah.

"Cerita itu yang masih dipercaya oleh masyarakat sana. Bahkan, marga Han tidak boleh melintas desa Lasem baik udara, darat, dan laut. Tapi, belum dibuktikan secara ilmiah," ucap Agni Malagina saat diskusi Kesengsem Lasem di Pusat Dokumentasi Arsitektur Jalan Tebet Dalam IV-I No 30, Tebet, Jakarta, Rabu (20/4).

Menimpali pemaparan tersebut, Opa Han salah seorang sesepuh Tionghoa yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa dirinya mempunyai pengalaman lain di Lasem. "Dulu saya pernah melintasi Lasem dan tidak apa-apa," ungkap Opa Han.

Seperti diketahui, Lasem merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rembang yang dari sejarahnya merupakan tempat keturunan Tionghoa bermukim. Karena itu, sebagian besar bangunan serta situs bersejarah di Lasem memiliki corak Tionghoa. (Ard)

BACA JUGA:

  1. Lasem, Kota Unik dan Surga Fotografer
  2. Pantai Angsana, Surganya Pecinta Snorkeling di Kalsel
  3. Keindahan Pantai Pagatan Tanah Bumbu Kalsel
  4. Waterpark Taman Kota Ciperna, Wisata Air Murah di Cirebon
  5. Lima Tempat Wisata Malam Cihuy di Yogyakarta
#Budaya Indonesia #Sejarah Indonesia #Tionghoa #Lasem
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

ShowBiz
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Film ini merupakan iktikad dan semangat melestarikan praktik berkebaya.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 Juli 2025
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Tradisi
Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming
Alasan posisi Anak Coki biasanya diisi anak-anak cukup sederhana namun penting, yakni karena bobot tubuh mereka lebih ringan, perahu bisa melaju lebih cepat dan stabil.
Wisnu Cipto - Selasa, 08 Juli 2025
Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming
Indonesia
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
"Jangan sampai sejarah ditulis oleh pemenang itu terjadi."
Wisnu Cipto - Selasa, 17 Juni 2025
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
Tradisi
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Gelar Pahlawan Nasional bukan cuma soal jasa, tapi juga politik dan kontroversi. Dari proses penetapan hingga perdebatan soal Soeharto—simak sejarah panjang dan panasnya di sini!
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Indonesia
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Pembaruan buku sejarah Indonesia dilaksanakan mulai Januari 2025 dan ditargetkan rampung Agustus 2025.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 01 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Indonesia
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Proyek penulisan ulang buku sejarah Indonesia
Wisnu Cipto - Senin, 26 Mei 2025
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Indonesia
AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'
Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia menolak proyek 'sejarah resmi' oleh Kementerian Kebudayaan yang dinilai mengaburkan fakta sejarah dan menjadi alat legitimasi politik.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 19 Mei 2025
AKSI Kritik Proyek Penulisan Ulang 'Sejarah Resmi', Disebut sebagai 'Kebijakan Otoriter untuk Legitimasi Kekuasaan'
Tradisi
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Cari tahu sejarah lengkap tradisi halalbihalal di Indonesia! Dari gagasan elite politik hingga budaya silaturahmi yang mengakar, semua terangkum dalam penelusuran sejarah yang menarik dan informatif.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 17 April 2025
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Tradisi
Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai
Jelajahi kisah inspiratif Sultanah Nahrasiyah, ratu perempuan pelopor dari Samudra Pasai
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 14 Maret 2025
Sultanah Nahrasiyah, Jejak Perempuan Pemimpin dari Samudra Pasai
Tradisi
Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera
Temukan kisah inspiratif Samudra Pasai, kerajaan yang berhasil menyatukan budaya dan agama di tengah persaingan ketat. Pelajari strategi sukses mereka dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 12 Maret 2025
Petualangan Waktu ke Samudra Pasai, Melihat Kehidupan Masyarakat Pesisir di Kerajaan Besar Bercorak Islam di Sumatera
Bagikan