Kisah Perjalanan Bisnis Hamzah si "Raminten"


House of Raminten, rumah makan 24 jam yang berlokasi di Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta (MerahPutih/Fredy Wansyah)
MerahPutih Bisnis - Hamzah Sulaeman bukan nama yang asing bagi masyarakat Yogyakarta. Pria kelahiran 7 Januari 1950 ini memiliki bisnis yang menggurita di Kota Yogyakarta.
Lapak usahanya mulai dari batik, toko minimarket, hingga cafe. Bahkan, setiap brand bisnis tidak hanya satu lapak saja, melainkan di berbagai tempat. Misalnya, selain di Kota Baru, cafe The House of Raminten memiliki cabang di Jalan Kaliurang. Begitu juga nama toko Mirota yang berada di beberapa tempat di Kota Yogyakarta.
Semua usahanya itu tidak terlepas dari peran dan peninggalan orangtua. Saat anak bungsu dari 5 bersaudara ini masih balita, kedua orangtuanya telah memulai bisnis dengan berdagang makanan di kawasan Malioboro. Orangtuanya membuka toko Minuman dan Roti Tawar. Kedua orangtuanya bahkan mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku kuliah, meski tidak semua menyelesaikan perkuliahannya.
Hamzah, misalnya, tidak menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada. Begitu juga dengan kakaknya. Namun, pria yang gemar bermain seni peran ini memilih studi di jurusan bahasa Inggris IKIP Yogyakarta -saat ini Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan bekal ilmu bahasa Inggris itu, Hamzah mulai melanglangbuana ke dunia dengan menjadi pekerja di kapal pada tahun 1971.
Tiga tahun kemudian, 1974, Hamzah pulang ke Yogyakarta. Sejak itulah ia mulai memikirkan masa depannya secara mandiri dengan memulai bisnis. Setahun kemudian, 1975, ayahnya meninggal. Kepergian ayahnya memaksa dirinya harus melanjutkan bisnis yang telah dibangun.
Selanjutnya, tahun 1976, Hamzah membuka toko batik. Toko itu ia namai "Mirota Batik".
Namanya diambil dari akronim nama toko orangtua, Minuman dan Roti Tawar. Ia mulai disibukkan dengan bisnis yang ia bangun sendiri. Namun, di tengah-tengah kesibukannya, ia sempat membuka bisnis lainnya, yakni bisnis catering. Sayang, bisnis itu tak bertahan lama.
Hamzah pun terus membesarkan nama "Mirota". Ia membuka cabang "Mirota" di beberapa tempat. Namun, sayangnya, Mirota Batik di Jalan Malioboro terbakar pada tahun 2004. Ia lantas tak patah semangat. Ia kembali membangun Mirota Batik, namun dengan nama barunya, Hamzah Batik. Kini, Hamzah Batik telah besar dan terkenal. Tidak hanya dikenal bagi warga Yogyakarta semata, melainkan juga wisatawan yang berkunjung ke Kota Pelajar ini.
Tidak sampai di situ, Hamzah menambah gurita bisnisnya. Pada tahun 2008, ia membuka cafe, setelah sempat membuka bisnis jamu. Cafe tersebut diberi nama The House of Raminten.
"Namanya dikasih House of Raminten, supaya orang-orang tahu, inilah rumahnya Raminten," ujar Bayu, salah satu pegawai The House of Raminten kepada merahputih.com, baru-baru ini.
Usia telah menua, Hamzah tak lagi berambisi memegang kendali seluruh bisnisnya. Sebelum mendirikan cafe The House of Raminten, ia telah menyerahkan pengelolaan Mirota Batik kepada pegawai terbaiknya.
Begitu juga cafe nyentrik di Kota Baru Yogyakarta ini, kini tidak lagi dikendalikannya.
"Sekarang anak angkatnya yang nerusin, yang mengelola cafe ini," kata Lisa, Manager Umum The House of Raminten, saat berbincang dengan merahputih.com, di Kota Baru, Kota Yogyakarta, Kamis (28/4). (Fre)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi

Melonjak Signifikan, 47.471 Penumpang Wisatawan WNA Manfaatkan KA di Daop 6 Yogyakarta

Hamzah Sulaiman Berpulang, Seniman dan Pengusaha di Balik House of Raminten
