Kekejaman Tanam Paksa di Lebak Banten dalam Karya Sastra 'Max Havelaar'

Ana AmaliaAna Amalia - Sabtu, 07 Mei 2016
Kekejaman Tanam Paksa di Lebak Banten dalam Karya Sastra 'Max Havelaar'

Gambar dalam salah satu lembaran cover buku Max Havelaar. (Foto Repro: MerahPutih/Abdul Majid)

Ukuran:
14
Audio:

Merahputih Budaya -  'Max Havelaar' sebuah karya sastra berbentuk novel yang ditulis Multatuli di musim dingin, di sebuah losmen di Belgia tahun 1859. Naskah diselesaikan Multatuli dalam satu bulan.

Kemudian Max Havelaar untuk pertama kalinya terbit tahun 1860. Kemunculannya mengundang banyak perhatian dan banyak diperbincangkan oleh para kritisi sastra dunia. Secara tidak langsung pula, nama Lebak (sebagai bagian dari Indonesia) menjadi buah bibir orang-orang diberbagai dunia.

Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar, of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")

Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun 1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.

Karena Max Havelaar dunia membaca Indonesia (kala itu masih nusantara dalam penyebutan daerah terbagi banyak pulau) dari segala sudut pandang seperti Politik, ekonomi, budaya, dan sikologis masyarakat Indonesia.

Untuk kemudian setelah kemunculannya yang menggemparkan sekian lama, barulah Indonesia menerima subsidi dari pemerintah Belanda tahun 1972 bertepatan dengan tahun buku internasional.

Di Indonesia, karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya yang dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah. Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum bumiputera di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya besar yang diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk dipentaskan di panggung.

Mendapat kesan pada cetakan pertama yang baik, meski dengan segala kekurangannya. Selang satu tahun cetakan kedua menyusul tahun 1973, dengan ejaan yang telah disempurnakan. Dan pada cetakan selanjutnya pula, Dr Gerard Termorshuizen membut kata pendahuluan yang baru dengan anotasi yang ditambah dengan begitu teliti. Sebagai pembuktian bahwa karya sastra yang berkualitas tidak termakan zaman. (Dul)

BACA JUGA:

  1. Mengenal Calung, Alat Musik Sunda Sejenis Angklung
  2. Pagelaran Musik Tradisional, Yoyon: Tidak Ada Ritual Khusus
  3. Calung Renteng Alat Musik Tradisional Mirip Angklung
  4. Arumba, Musik Tradisional Khas Jawa Barat
  5. Pantun Bambu, Musik Tradisional Banten yang Terancam Punah
#Sastra #Max Havelaar #Kabupaten Lebak Banten
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late
Proyek penerjemahan harusnya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tapi juga bisa dilakukan oleh swasta, korporasi, atau oleh perorangan untuk mendorong untuk menumbuhkan ekosistem sastra.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 12 Juni 2025
Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late
Fun
'Bunga Besi' Tida Wilson Hadirkan Panggung Puisi, Musik Eksperimental, dan Pameran Visual
Peluncuran Bunga Besi bukan sekadar perayaan buku, tapi juga penghayatan kolektif terhadap kata-kata yang menjelma menjadi pengalaman multisensori.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 31 Mei 2025
'Bunga Besi' Tida Wilson Hadirkan Panggung Puisi, Musik Eksperimental, dan Pameran Visual
Fun
Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Bunga Besi hadir sebagai perpaduan puisi dan artbook yang menawarkan pengalaman membaca yang segar dan mendalam.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 10 Mei 2025
Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin
Indonesia
Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Denny JA Sama-Sama Berpengaruh di Mata AI
Masing-masing nama tersebut meninggalkan jejak yang berbeda dalam sastra Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 03 Februari 2025
Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Denny JA Sama-Sama Berpengaruh di Mata AI
Indonesia
Pergerakan Tanah Menyusul Cuaca Ekstrem Sebabkan Puluhan Rumah Rusak di Lebak Banten
Pergerakan tanah di Kabupaten Lebak, Banten kerap terjadi, karena topografi alamnya pegunungan, perbukitan, dan aliran sungai.
Frengky Aruan - Rabu, 11 Desember 2024
Pergerakan Tanah Menyusul Cuaca Ekstrem Sebabkan Puluhan Rumah Rusak di Lebak Banten
Indonesia
3 Orang Suku Badui Dalam Meninggal Akibat Tidak Dapat Akses Obat TBC
Kabar duka datang dari pemukiman suku Badui Dalam, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten.
Wisnu Cipto - Selasa, 05 November 2024
3 Orang Suku Badui Dalam Meninggal Akibat Tidak Dapat Akses Obat TBC
Fun
Mengetahui Arti Epilog, Bagian Penting dari Karya Sastra
Epilog menawarkan gambaran atau refleksi tentang apa yang terjadi setelah peristiwa-peristiwa penting dalam cerita.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 18 Oktober 2024
Mengetahui Arti Epilog, Bagian Penting dari Karya Sastra
Indonesia
Rumah Suku Badui Hancur Diterjang Puting Beliung, Ini Nama-Nama Korban
Perumahan Suku Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, diterjang angin puting beliung. Kerusakan akibat puting beliung diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Wisnu Cipto - Kamis, 26 September 2024
Rumah Suku Badui Hancur Diterjang Puting Beliung, Ini Nama-Nama Korban
Indonesia
Pemukiman Suku Badui Diterjang Puting Beliung, Kerugian Capai Rp 350 Juta
Kondisi rumah suku Badui yang terbuat dari bilik bambu dan atap rumbia di antaranya roboh hingga rata dengan tanah.
Wisnu Cipto - Kamis, 26 September 2024
Pemukiman Suku Badui Diterjang Puting Beliung, Kerugian Capai Rp 350 Juta
Berita Foto
Mengintip Pameran Sastra Jakarta 2024 di Galeri HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta
Pengunjung saat menuliskan pesan dan kesan saat melihat karya Pameran Sastra Jakarta 2024 di Galeri PDS HB Jassin
Didik Setiawan - Jumat, 14 Juni 2024
Mengintip Pameran Sastra Jakarta 2024 di Galeri HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta
Bagikan