Karyono Wibowo: Bukan Barbar, Ahok Harus Jaga Etika
Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama menyampaikan pidato pembukaan pada musyawarah pimpinan di Balai Agung, Jakarta, Kamis (12/3). (Foto: Antara/Vitalis YT)
MerahPutih Megapolitan - Analis politik senior Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, menilai lontaran kata-kata kotor yang disampaikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama merupakan sikap yang tidak pantas.
"Ingat, Indonesia bukan negara barbar. Ahok harus mengedepankan etika," kata Karyono saat dihubungi Merahputih.com, Kamis (19/3). (Baca Juga: 42,6 Persen Warga Jakarta Percaya Ahok daripada DPRD)
Lebih lanjut mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) ini menambahkan, dalam kultur dan budaya timur, khususnya di Indonesia, etika dan sopan santun harus dikedepankan. Segala perbedaan pandangan antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta juga bisa diselesaikan dengan menggunakan kepala dingin.
"Apalagi ia (Ahok) seorang pemimpin. Sudah seharusnya ia menjadi panutan bagi warga DKI Jakarta," sambung Karyono.
Masih kata Karyono, selama memimpin DKI Jakarta, Ahok melakukan terobosan dalam memimpin Ibukota. Beberapa terobosan yang dilakukan Ahok adalah pemilihan Lurah melalui mekanisme lelang. Dalam pemilihan tersebut, hanya orang yang memenuhi syarat yang bisa menjadi Lurah. Kemudian Ahok melakukan reformasi dalam jajaran birokrasi, memberangkatkan puluhan pengurus masjid dan mushola di Jakarta.
"Terobosan Ahok cukup baik dalam bidang manajerial, tapi itu saja kan tidak cukup. Yang jelas Ahok harus menjaga etika. Itu yang penting," tandas Karyono.
Seperti disampaikan sebelumnya, dalam wawancara eksklusif Ahok mengumpat. Dalam video berdurasi 50 detik itu, Ahok beberapa kali mengumpat dan mengeluarkan kata-kata kotor. Sebaliknya presenter mengingatkan Ahok agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor. (Baca Juga: Ahok Mengamuk dan Umbar Kata-Kata Kotor)
Perseteruan antara Ahok dengan DPRD DKI Jakarta dipicu temuan dugaan dana siluman sebesar Rp2,1 triliun dalam APBD DKI Jakarta tahun 2015. Pejabat bekas politikus Partai Gerindra ini menuding angka tersebut diselipkan oleh oknum DPRD DKI Jakarta.
Ahok tidak mengajukan draft APBD yang sudah disetujui DPRD DKI Jakarta ke Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri). Ahok lebih memilih membuat dan mengirimkan draft rancangan APBD versi pemerintah dengan sistem e-budgeting. Atas ulah Ahok, DPRD DKI Jakarta sendiri geram dan sepakat menggunakan hak angket untuk melakukan penyelidikan atas perbedaan tersebut.
Sebaliknya Kemendari sendiri sudah melakukan mediasi dengan mempertemukan Ahok dengan DPRD DKI Jakarta beberapa waktu silam. Namun sayang pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apapun. Bahkan dalam pertemuan tersebut sempat terjadi adu mulut, dan muncul kata-kata kotor dari sejumlah anggota DPRD. (bhd)
Bagikan
Fredy Wansyah
Berita Terkait
Jakarta Targetkan Masuk 50 Kota Global 2030, Gubernur Pramono Ungkap Langkah Konkret di Berlin
Gubernur Pramono Pastikan KJP Plus Pelaku Ledakan SMAN 72 Tidak Dicabut
Promono Belum Putuskan Kenaikan UMP Jakarta 2025 Sesuai Kemauan Buruh Rp 6 Juta
Soal Kabar Tarif LRT Velodrome-Manggarai Sampai Rp 60 Ribu, Gubernur Pramono: Jadi Saja Belum
Berkelakar soal Isu Pakan Hewan Taman Margasatwa Ragunan Dibawa Kabur Petugas, Gubernur Pramono: Kalau Benar, Harimaunya Saya Keluarin
Gubernur Pramono Buka-bukaan, Banyak Siswa SMAN 72 Ingin Pindah Sekolah Pasca Ledakan
Gubernur DKI Jakarta Pramono Tanggapi Pernyataan Ahok Monas akan Kebanjiran jika Tanggul Laut Mutiara Jebol
Gubernur Pramono Anung Instruksikan Penertiban Sopir JakLingko yang Tidak Disiplin
Normalisasi Kali Krukut Dipersoalkan PKS, Gubernur Pramono Janji Lakukan Sosialisasi ke Warga
Gubernur Pramono Minta Adhi Karya Bongkar Tiang Monorel di Jakarta, Batas Waktu Sebulan