Gerhana Matahari, Antara Mitos, Sains dan Kebesaran Tuhan


Gerhana Matahari. (Foto: Screenshot Youtube)
MerahPutih Budaya - Fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) akan menyapa masyarakat Indonesia 9 Maret mendatang, pasalnya GMT kali ini sebagian besar melewati beberapa provinsi di Indonesia.
Gerhana matahari sering disangkut pautkan dengan hal-hal mistis, menurut pengamat gerhana, Muhammad Rayhan berbagai mitos membayangi peristiwa gerhana. Untuk itu, ia mengajak masyarakat berbagi pengetahuan untuk mengamati peristiwa GMT agar terbuka wawasan dalam memahami fenomena alam tersebut.
“Dulu, orang beranggapan bahwa matahari adalah dewa, jika sampai matahari tertutup oleh kegelapan, berarti matahari sudah dikalahkan oleh makhluk jahat, dan sebagainya. Sehingga, orang-orang akan serempak menolak aura jahat tersebut dengan membunyikan kentongan, dan yang lainnya. Ini terjadi saat ilmu pengetahuan belum memberikan jawaban, lain halnya dengan sekarang," ungkapnya dalam diskusi ‘Selamat Malam, Pagi’ yang diselenggarakan Tempo di Planetarium dan Observatorium, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (25/02) lalu seperti yang dikutip dari lapan.go.id.
Lain halnya dengan orang Muslim, Islam mengajarkan agar mengerjakan salat sunah gerhana saat terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, karena fenomena gerhana merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
"Telah terjadi gerhana Matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana Matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya Matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR. Bukhari & Muslim).
Sedangkan secara ilmiah, Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengawali presentasi dengan menyampaikan sejarah pengamatan dan proses terjadinya GMT. Ia memaparkan gerhana sebagai peristiwa astronomi suatu obyek yang menghalangi obyek lainnya. Berdasarkan teori Albert Einsteins, cahaya dibelokkan oleh suatu masa yang besar. Pada saat itu, gerhana pernah menjadi pembuktian dari teori fenomenal.
Ternyata, fenomena ini juga berdampak terhadap kehidupan hewan. Perubahan perilaku hewan akan sangat terlihat, antara lain burung berhenti berkicau, kehidupan menjadi sunyi, kelelawar keluar dari sarangnya, nyamuk juga semakin banyak mencari santapan, serta jangkrik yang mengeluarkan suara nyaringnya. Hal ini disebabkan, hewan-hewan tersebut mengalami kebingungan.
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
