Dari Padepokan untuk Para Seniman di Tanah Air


Padepokan Seni Bagong, Bantul, Yogyakarta. (Foto: MP/Fredy Wansyah)
MerahPutih Budaya - Sepi. Pepohonan begitu rapat. Ditambah udara sejuk membuat suasana pas untuk menenangkan pikiran. Tak ubahnya orang-orang hebat terdahulu, meninggalkan keramaian demi mencari ketenangan dan keteduhan.
Begitulah gambaran bagian depan beberapa bangunan di atas tanah sekira 2.000 meter persegi. Bangunan yang terletak di Dusun Kembaran, Tirtomartani, Bantul ini memiliki banyak cerita. Terlebih cerita mereka yang cukup terkenal di Tanah Air. Di antaranya mantan Wakil Presiden Boediono dan pelakon monolog kondang Butet Kertaredjasa.
Memasuki ke salah satu ruangan di bangunan ini, tiga orang menyapa dengan hangat. Dua laki-laki dan satu perempuan, yakni Wisnu Yudha, Tita Dian Wulansari, dan Teguh Hari. Tidak hanya sambutannya yang hangat, ketiganya juga cukup terbuka. Mereka adalah Tim Kurasi sekaligus pengurus sehari-hari di tempat ini.
Ketiganya merupakan seniman, yang juga menjadi kurator. Mereka bergumul bersama-sama dengan para seniman lainnya untuk mengasah, mencipta karya, dan mengolah rasa dalam berbagai segi kehidupan. Mereka bagian dari kehidupan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK).
PSBK merupakan peninggalan seorang seniman asal Yogyakarta Bagong Kussuadiardja. Ia adalah seniman yang menggeluti dunia koreografer dan seni lukis. Awalnya, Bagong mendirikan Pusat Latihan Tari pada 1958. Selanjutnya, ia mendirikan PSBK pada 1978.
"Ceritanya dulu, Pak Bagong langsung jatuh cinta sama tempat ini. Meski dulu belum bagus jalan ke sini, tapi Pak Bagong udah punya rasa-rasa, tempat ini pas untuk mengembangkan pikirannya," cerita Tita Dian kepada merahputih.com, Kamis (3/3).
Bagong meninggal pada 2004. Namun, wafatnya Bagong meninggalkan banyak karya seni rupa dan lainnya. Tak hanya itu, ia juga meninggalkan dua anak seniman Tanah Air, yakni Butet Kertaredjasa dan Djaduk Ferianto. Selain itu, ia memiliki lima buah hati lainnya.
Kini, PSBK menaungi karya seni dan buah pikiran Bagong. Seakan sang seniman itu tak pernah meninggalkan dunia ini. "Di sini, yang berasal dari pikiran Pak Bagong, kami ditanamkan bahwa seni berkontribusi untuk semua bidang. Untuk melihat semua kenyataan hidup," tutur Teguh Hari.
Di kompleks PSBK kini berdiri satu panggung tempat berapresiasi seni peran maupun seni musik, satu gedung untuk kesekretariatan, satu ruangan tempat khusus menyimpan alat-alat musik tradisional, satu ruangan pameran karya seni lukis dan seni rupa, dan satu gedung untuk perpustakaan.
"Perpustakaannya banyak diisi karya-karya Pak Bagong. Di sini siapa saja boleh baca," kata Wisnu Yudha.
Setelah apa yang Bagong cita-citakan terwujud dalam sebuah padepokan seni, tak berapa lama usai kepergiannya, dua anaknya pun mendirikan Yayasan Bagong Kussudiardja. Seakan menjawab keresahan siapa dan bagaimana PSBK sepeninggalan sang empu.
Yayasan ini bertujuan untuk memelihara warisan fisik dan non-fisik. Apa yang ditinggalkan Bagong dianggap perlu dijaga keutuhannya demi menjaga buah pikiran sang seniman yang dikenal sangat dekat dengan masyarakat. Kini yayasan ini dipimpin oleh kurator handal dari telah makan asam garam dunia kurasi di Amerika Serikat. Ia adalah Jeannie Park, perempuan berdarah Korea yang lahir dan besar di Amerika Serikat. Jeannie bersama Butet sepakat membawa PSBK melalui Yayasan Bagong Kussudiardja untuk mewadahi seniman-seniman muda di Tanah Air, seperti ketiga kurator PSBK tadi. (fre)
BACA JUGA:
- Ini Acara Seni Terdekat di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
- Padepokan Seni Bagong Kumpulkan Seniman Se-Indonesia melalui Talirasa Nusantara
- Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Kembali Adakan Beasiswa Seniman
- Refleksi Human Trafficking dan Buruh Migran Melalui Karya Seni
- Lestarikan Sandiwara Sunda, Seniman Miss Tjitjih Hidup Prihatin
Bagikan
Berita Terkait
Kearifan Lokal Jaga Warga Bikin Yogyakarta Cepat Pulih Dari Demo Berujung Rusuh

KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi

Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Kisruh Royalti Lagu, Pelaku Usaha dan Seniman Desak DPRD Solo Bubarkan LMKN

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
Gamelan Ethnic Music Festival 2025 Siap Digelar, Seniman dari 7 Daerah Bakal Ikut Meramaikan

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

Seniman Tato Korea Selatan Perjuangan Revisi Tattooist Act, Janjikan Praktik Sesuai Standar Kesehatan dan Keamanan

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi
