Cheng Beng, Abdi Setia yang Terlupakan, dan Putra Mahkota yang Terbuang


Perayaan Cheng Beng. (Foto: Instagram/mellycen)
MerahPutih Budaya - Perayaan Cheng Beng dilakukan warga keturunan Tionghoa dengan membersihkan makam leluhur. Kegiatan ini dilakukan sebagai penghormatan kepada mereka yang sudah meninggal.
Menurut Pendeta Atma Gita Dharma, tradisi Cheng Beng dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Tionghoa. Kegiatan yang dilakukan yakni berziarah dan membersihkan makam leluhur.
"Yang dilakukan adalah membersihkan makam, melakukan penghormatan, dan berdoa. Memanjatkan doa dengan mengenang jasa para leluhur, dengan hati penuh cinta kasih," kata Atma di ujung telepon, Senin (4/4).
Cheng Beng biasanya dilakukan saat akhir pekan atau liburan. Tradisi ini sudah dilakukan sejak dahulu kala.
"Arti kata Cheng Beng atau Qing Ming adalah cerah dan terang. Hari itu dipilih karena selesai panen petani punya banyak waktu mengunjungi makam leluhur. Sehingga Cheng Beng menjadi kegiatan semua orang (Tionghoa)," sambungnya.
Sedangkan mantan Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi S. Tanuwibowo menjelaskan, penghormatan kepada leluhur sudah sepatutnya dilakukan.
"Sebagai rasa bakti terhadap leluhur, sudah sepatutnya kita mengenang dengan mengunjungi makamnya," ucapnya.
Peringatan Cheng Beng juga dikenal sebagai Hari Han Shi Jie atau Festival Makanan Dingin. Hal ini merujuk kepada dongeng lama tentang putra mahkota Zhong Er dan pembantu setianya, Jie Zi Tui sekira 600 SM.
Jie Zi Tui rela mengorbangkan satu kakinya untuk dimakan Zhong Er, yang kelaparan setelah terusir dari Istana. Saat menjadi raja Zhong Er melupakan Jie Zi Tui.
Peristiwa itu menyakiti hati Jie Zi Tui yang lari ke hutan. Lantaran kesal tidak menemukan Jie Zi Tui di dalam hutan Gunung Mian, Zhong Er memerintahkan pasukan membakar hutan agar Jie Zi Tui keluar. Namun, nasib malang menimpa Jie Zi Tui yang tewas dalam kebakaran hutan tersebut.
Jasad Jie Zi Tui kemudian dikuburkan di bawah bekas pohon Liu yang terbakar. Untuk membalas rasa penyesalannya Zhong Er memerintahkan rakyatnya memakan makanan dingin untuk mengenang peristiwa itu. Peristiwa tersebut dikenal sebagai Han Shi Jie atau Festival Makanan Dingin.
Setahun kemudian Zhong Er berziarah ke makam abdi setianya itu. Saat itu terjadi peristiwa aneh. Pohon Liu yang dahulu terbakar kini tumbuh subur dengan bunga bermekaran nan indah. Hari tersebut, yang sebelumnya dikenal sebagai Han Shi Jie lalu berubah menjadi Hari Qong Ming atau Cheng Beng. (Ard)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025

Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian

Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China

Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa

Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo

Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon

PITI Kunjungi MUI Pusat demi Kolaborasi Tuntaskan Masalah Keumatan dan Kebangsaan
PITI Kunjungi Muhammadiyah Kuatkan Sinergi Demi Merawat Harmonisasi Bangsa

Usai Dilantik, Lexyndo Hakim: Lahirnya PITI Bukti Islam dan Tionghoa Sangat Dekat
